Belakangan
ini kita mengalami suatu masa dimana Demonstrasi menjadi satu-satunya jalan
untuk menyatakan aspirasi rakyat. Kenapa saya berkata demikian, itu karena
penyampaian aspirasi lewat tulisan hampir tidak pernah di dengar oleh
pemerintah, padahal penyampaian aspirasi lewat tulisan lebih mengkaji mendalam
soal kebijakan-kebijakan pemerintah dan dampaknya bagi rakyat. Pemerintah
sekarang telah tuli atau buta (atau dibutakan) sehingga lewat tulisan pun tidak
mampu untuk merubah sikapnya yang egois dan tidak memikirkan rakyat.
Terlepas
dari penyampaian aspirasi lewat tulisan yang tidak pernah di tanggapi serius,
Pemerintah terus mengeluarkan kebijakan-kebijakan luar biasa yang dampaknya
membuat rakyat memutar otak untuk mengkajinya. Selain itu, pemerintah dengan
beberapa kebijakannya yang luar biasa itu kadang menipu rakyat dengan
dampak-dampak positif yang merupakan fakta belaka (sebagian besar). Kita tidak
memunafikkan beberapa kebijakan yang memang pro rakyat seperti menurunkan harga
BBM atau menaikkan UMR bagi kaum buruh dan kita juga tidak bisa memunafikkan
kebijakan negatif yang katanya berdampak baik juga bagi rakyat nantinya seperti
munculnya UU MD3 atau tentang investasi asing di Indonesia.
Beberapa
elemen rakyat memang bersikap awam terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat
pemerintah karena mereka kebanyakan tidak mengerti. Dalam konsep makro ekonomi
pun bukannya tidak berdampak besar kepada rakyat, tetapi kebanyakan rakyat
memilih diam dalam persoalan ini karena itu hanya masalah luar biasa pemerintah
yang tidak ada sangkut pautnya terhadap mikro ekonomi yang dikelola rakyat
(menurut pendapat mereka).
Setiap
kebijakan luar biasa yang di keluarkan pemerintah juga diperlukan kajian luar
biasa juga yang tentunya tidak bisa dilakukan oleh masyarakat awam, maka dari
itu diperlukannya elemen mahasiswa dalam kajian luar biasa tersebut. Tugas
mahasiswa sebagai pemuda yang mengembangkan ilmu dan kajian, wajib untuk
melakukan kajian luar biasa terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dan output
dari kajian tersebut haruslah sederhana sehingga rakyat kebanyakan bisa
mengerti apa yang dilakukan pemerintah dan dampaknya kepada mereka.
Kajian-kajian
tersebut merupakan bagian awal dari suara aspirasi yang akan dikeluarkan
nantinya. Saya tidak berpendapat setuju terhadap aksi yang tidak pernah
didahului oleh kajian yang mendalam sehingga menimbulkan kesan negatif di mata
rakyat awam. Diperlukannya kajian tersebut sebagai modal awal tuntutan aksi
agar rakyat mengerti kenapa harus dikeluarkan suara aspirasi yang keras dari
para demonstran, terlepas dari penghilangan kesan negatifnya.
Lepas
dari persoalan kajian tersebut, mahasiswa yang melakukan kajian lebih mendalam
tersebut harus menghasilkan tuntutan yang persuatif, tidak harus negatif,
karena tidak semua kebijakan pemerintah itu merugikan. Tetapi setidaknya kita
sebagai mahasiswa bisa memberikan pemahaman sederhana kepada rakyat terhadap
kebijakan-kebijakan tersebut, pro maupun kontra.
Kebijakan
mutakhir yang sedang dilancarkan pemerintah sekarang adalah kebijakan menaikkan
harga BBM dan menghapus subsidi BBM disaat harga minyak dunia sedang turun.
Naiknya harga BBM tersebut menimbulkan banyak kontra karena rakyat tidak
melihat adanya inflasi minyak dunia ataupun efek krisis moneter dunia terhadap
Indonesia, tetapi rakyat lebih melihat kebijakan ini untuk mendapatkan
keuntungan dua ribu rupiah untuk dimasukkan ke kantong para mafia migas.
Seperti
yang saya bilang tadi, kajian mendalam harus dilakukan para mahasiswa tentang
persoalan ini. Kajian ini sungguh menarik karena berkaitan dengan naiknya rezim
baru yang berjanji tidak akan menaikkan harga BBM sebelumnya. Aksi demonstrasi
yang dilakukan para mahasiswa di Makassar, Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta pun
dimaklumi (menurut saya) karena kebijakan aneh ini sungguh tidak masuk akal.
Menurut
beberapa sumber, kebijakan menghapus subsidi BBM yang dilakukan pemerintah saat
ini karena subsidi BBM yang selama ini diperlakukan tidak pernah tepat sasaran.
80% subsidi BBM lari ke penikmatnya yang berasal dari kalangan menengah keatas.
Bisa disimpulkan bahwa yang menikmati subsidi BBM ya para kapitalis juga
akhirnya.
Tetapi
patut dikaji, kenapa subsidi BBM bisa salah sasaran. Menurut saya, itu karena
tidak adanya perhatian pemerintah terhadap lokal SPBU di seluruh Indonesia,
atau lebih tepatnya tidak ada pantauan secara mendalam terhadap kebijakan
tersebut. Tidak adanya larangan yang tegas diberlakukan dalam menerapkan
kebijakan subsidi tersebut. Untuk penghapusan subsidi BBM ini, akhirnya rakyat dipersalahkan
lagi karena kelakuan para kapitalis yang mengambil jatah rakyat.
Kebijakan
menaikkan harga BBM juga patut dikaji. Menurut sumber yang saya langsir, hasil
dari kenaikan BBM yang nantinya berjumlah 252 triliun ini akan lari kepada
pembangunan infrastruktur yang bersifat keras seperti pembangunan di bidang
perhubungan dan pertanian. Tetapi pembangunan infrastruktur keras tersebut juga
menimbulkan ambigu, para mahasiswa sepakat mengambil kesimpulan bahwa
infrastruktur keras yang di bangun tersebut memang akan menimbulkan kemakmuran,
tetapi tidak akan lama karena sifatnya fisik.
Menurut
saya, kenapa pemerintah tidak membangun infrastruktur yang bersifat halus saja
? Infrastruktur yang bersifat halus yang dimaksudkan adalah pembangunan sumber
daya manusia, pengelolaan alam, dan pembangunan UKM yang menopang perekonomian
Negara. Infrastruktur keras yang dibangun tersebut mungkin akan berdampak
positif, tetapi tidak demikian kepada rakyatnya yang masih di rundung masalah
pemikiran dan kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas akan membuat kita
kembali ke zaman Orde Baru yang mengefektifkan kekuasaan eksekutif dalam
mengatur Negara.
Kembali
ke masalah utama, apa arti demonstrasi bagi beberapa pihak ? Saya melakukan
wawancara ke berbagai elemen rakyat mulai dari para kapitalis hingga para
proletariat yang menduduki peringkat sebagai mayoritas rakyat Indonesia. Hasil
dari wawancara tersebut beragam.
Menurut
para kapitalis (dalam hal ini para pengusaha, pemilik modal, dan sejenisnya),
aksi demonstrasi yang dilakukan para mahasiswa banyak merugikan mereka dalam
perspektif ekonomi karena bisa mengganggu jalannya arus makro ekonomi yang
selama ini berjalan efektif. Selain itu, aksi demonstrasi yang di ekspose media
menghasilkan efek negatif terhadap indeks IHSG dan terutama turunnya nilai
rupiah di pasaran. Itu bisa dimaklumi karena aksi yang demikian memang
melemahkan ekonomi para kapitalis.
Di satu
sisi, tanggapan beragam muncul di kalangan proletariat soal aksi demonstrasi
yang dilakukan oleh para mahasiswa. Tanggapan pertama bernilai negatif, menurut
mereka, mahasiswa yang berdemo tidak jarang melakukan aksi anarkis dengan
tuntutatn yang belum jelas sehingga menjerumuskan mereka sendiri ke persepsi
negatif yang dilontarkan para proletariat. Walaupun niat mahasiswa yang berdemo
sebenarnya baik dan sesuai dengan apa yang di harapkan rakyat.
Tanggapan
positif juga muncul di kalangan proletariat. Menurut mereka, aksi demonstrasi
yang dilakukan para mahasiswa sangat efektif membawa aspirasi rakyat secara
cepat dibanding dengan aspirasi lewat tulisan. Hal ini jika dilakukan secara
organisir dan serentak akan membawa dampak yang besar bagi perubahan kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah.
Tanggapan-tanggapan
tersebut merupakan bumbu-bumbu dari aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para
mahasiswa. Para mahasiswa tersebut berjuang demi kepentingan rakyat yang banyak
dan kadang mencemooh mereka sebagai kaum intelek yang tidak bertindak secara
akademis.
Masalah
dasarnya ialah apa arti demonstrasi menurut mahasiswa itu sendiri ? Saya
sebagai seorang demonstran menilai para mahasiswa di masa sekarang melakukan
aksi demonstrasi keluar dari koridor yang sebenarnya tentang demonstrasi itu
sendiri. Kenapa saya berkata demikian ? Karena para mahasiswa dinilai tidak
kritis dalam menanggapi berbagai kebijakan pemerintah yang ada termasuk
kebijakan mutakhir yang baru-baru ini diberlakukan.
Sejak
1998, gerakan mahasiswa akhirnya menyalahi aturan demonstrasi yang selama ini
dipegang teguh para aktivis mahasiswa angkatan 1998 kebawah. Aksi demonstrasi
yang dilakukan mahasiswa akhirnya hanya bersifat memblow up media agar
aksi tersebut di liput oleh media dan berharap aliansi mahasiswa yang melakukan
demonstrasi tersebut mendapatkan nama di kalangan pergerakan mahasiswa.
Hal
tersebut sangat miris didengar, kajian yang tidak mendalam dan soal tuntutan
yang kurang jelas menyebabkan kurangnya kepercayaan rakyat kepada para
mahasiswa sebagai garis depan penyuara aspirasi. Kalau sudah begini, apa yang
harus dilakukan kita sebagai mahasiswa dalam menanggapi persoalan yang demikian
?
Mahasiswa
harus menyelami arti demonstrasi itu sendiri secara mendalam sebelum melakukan
aksi turun ke jalan agar mendapat simpati dari rakyat sehingga rakyat mendukung
aksi tersebut. Caranya ? Sosialisasikan tuntutan-tuntutan hasil kajian tersebut
kepada rakyat sehingga rakyat dapat paham tentang efek negatif ataupun efek
positif yang dihasilkan kebijakan pemerintahan yang ada.
Efek dari
demonstrasi yang terorganisir tersebut akan menghasilkan suatu output yang
positif, walaupun kita kalah sebagai mahasiswa demonstran, tetapi saya yakin
rakyat sudah bisa memilih mana yang benar mana yang tidak. Pemahaman tersebut
akan menimbulkan aksi massa yang lebih masif lagi dan pemerintah akhirnya
memahami tuntutan tersebut.
Lepas
dari masalah demonstrasi yang menimbulkan kesan negatif di kalangan rakyat.
Krisis kepercayaan rakyat terhadap mahasiswa akhirnya bisa terselesaikan dengan
kajian-kajian luar biasa dengan hasil tuntutan yang bisa dimengerti rakyat.
Langkah selanjutnya adalah sebuah revolusi masif.
Terkadang
pemerintah memang benar-benar tuli dan tidak mau mendengar aspirasi sama sekali
karena menurut mereka, kebijakan yang kontra rakyat tersebut selalu
menguntungkan pihak mereka sebagai penguasa. Memang dari dulu, kebijakan-kebijakan
kontra rakyat yang dihasilkan pemerintah nyatanya menguntungkan pihak kapitalis
dan para penguasa yang borjuis. Maka diperlukan suatu pergerakan revolusi
secara besar-besaran untuk menumbangkan pemerintah yang demikian.
Sikap
mahasiswa yang revolusioner harusnya bisa jadi penggerak aksi massa yang
revolusioner dan terorganisir. Tetapi akhirnya kembali ke masalah awal, sebuah
revolusi juga harus mengumpulkan bahan kajian yang lebih dalam juga sehingga
kita tidak perlu susah payah mengeluarkan alasan yang bisa menjatuhkan
pemerintah.
Beberapa
aksi demonstrasi yang dilakukan di berbagai daerah dengan tuntutan yang cukup
beralasan bisa menjadi penggerak motor revolusi yang lebih matang lagi.
Diperlukannya sebuah aksi revolusi jika pemerintah memang benar-benar tuli dan
tidak peduli soal tuntutan tersebut.
Tan
Malaka mengemukakan pendapatnya soal revolusi dalam bukunya Aksi
Massa yang menyebutkan bahwa revolusi harus dilakukan oleh kalangan
mayoritas, terorganisir, terstruktur, dan kajiannya jelas. Prinsip-prinsip
revolusi tersebut lah yang membuat revolusi di Uni Soviet pada tahun 1917
mencapai keberhasilan dan revolusi kebudayaan di Cina mencapai kesuksesan.
Kegagalan
revolusi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak adanya
massa yang berdiri di satu tuntutan, kurang terorganisir dan tidak pernah
bersifat sosialis dalam meyampaikan pendapat atau tidak bisa menggugurkan ego
masing-masing dalam menyampaikan tuntutan.
Terkadang
aksi demonstrasi hanya bersifat emosional karena para mahasiswa yang intelek
tidak pernah bertindak akademis dalam melakukan aksi tersebut. Aksi tersebut
berujung anarkis dan menimbulkan dampak negatif dan persepsi negatif. Naluri
keremajaan mahasiswa belum habis ketika aksi tersebut mereka laksanakan.
Kalau
sudah begini, kita perlu mereformasi diri kita sendiri sebagai mahasiswa
sebelum mereformasi pemerintahan yang bersifat lebih penting lagi. Jika aksi
massa yang dilakukan oleh para mahasiswa sudah berada dalam koridornya, bukan
tidak mungkin aksi revolusi bisa dilakukan.
Saya
pribadi sebagai mahasiswa memang menginginkan sebuah revolusi untuk
menghasilkan output pemerintahan yang lebih merakyat, tetapi sebuah revolusi
perlu kajian dan perjalanan yang panjang agar bisa menjadi revolusi yang nyata.
Kebetulan para mahasiswa sekarang tidak bertindak sebagaimana tugas mahasiswa
yang sebenarnya sebagai motor penggerak revolusi rakyat.
Internal
kampus perlu di benahi, mahasiswa perlu diberikan pemahaman, dan perlunya
membangkitkan semangat revolusi di kalangan mahasiswa merupakan tugas-tugas
pertama seorang revolusioner dalam mengkonsolidasikan massa yang intelek.
Berikut
merupakan suatu agenda demonstrasi atau revolusi yang harus dilakukan oleh para
revolusioner dalam menggulingkan pemerintah yang kontra rakyat :
1.
Perlunya sosialisasi tentang tugas mahasiswa
sebagai pengembang ilmu, hal ini dikarenakan ilmu yang diberikan dosen kepada
mahasiswa kuantitasnya hanya 10%, sisanya adalah tugas mahasiswa untuk beropini
sesuai dengan koridor keilmuannya masing-masing.
2.
Memperbanyak diskusi di kalangan mahasiswa agar
mahasiswa sadar akan tugasnya sebagai motor penggerak bangsa, bukan sebagai
pemuda yang akhirnya menjadi awam juga seperti rakyat kebanyakan. Dalam diskusi
tersebut, para revolusioner harus memberikan pemahaman akan pentingnya tugas
mahasiswa sebagai pengembang ilmu dan pelaksana praktek dari keilmuan tersebut.
3.
Sosialisasi dan diskusi tersebut akan membuka mata
para mahasiswa yang sadar akan tugasnya sebagai motor penggerak bangsa.
Selanjutnya kita akan memberikan pemahaman akan pentingnya arti kritis. Disini
kita akan mencapai tahap tugas mahasiswa yang bukan hanya sebagai pengembang
ilmu, tetapi sebagai pengamat dan pemerhati pemerintah.
4.
Mahasiswa sebagai pengamat saja tidak cukup,
tingkat selanjutnya adalah mahasiswa harus melakukan tugasnya sebagai pengawas
pemerintah dalam setiap kebijakannya. Tentunya kritis yang dilakukan mahasiswa
harus disertai solusi-solusi yang sifatnya pro rakyat dan pro Negara.
5.
Jiwa mahasiswa yang sudah menggelora akibat dari
sosialisasi dan diskusi tersebut, apalagi ditambah dengan sikapnya yang sudah
menjadi pemerhati pemerintah akan timbul. Terlepas dari semangat tersebut,
mahasiswa harus memakai akalnya dalam menghadapi setiap kebijakan yang ada,
bukan dalam konteks yang emosional.
6.
Ketika kebijakan pemerintah bersifat kontra
rakyat, maka demonstrasi diperlukan dan akan bersifat masif ketika para
revolusioner sanggup menjaring massa yang intelek dan melek akan kebijakan
tersebut. Disini tugas mahasiswa harusnya naik menjadi motor penggerak massa
yang bersifat akademis.
7.
Dalam menjalankan demonstrasi, mahasiswa harus
bertindak akademis, artinya harus dalam koridornya sebagai mahasiswa yang
mengerti jalannya demonstrasi. Harusnya tindakan provokatif tidak dilakukan
ketika demonstrasi sedang terjadi. Ketika aparat melakukan tindakan provokatif
pun, mahasiswa tidak boleh mengandalkan emosinya semata.
8.
Ketika bentrok tidak bisa di hindarkan, mahasiswa
sebagai motor penggerak massa harusnya berada di garis depan untuk menghadapi
aparat yang tidak menanggapi persoalan aspirasi tersebut. Sesuai dengan
sumpahnya yang rela mati demi rakyat.
9.
Ketika berbagai aksi demonstrasi tidak pernah di
tanggapi oleh pemerintah. Disini tugas mahasiswa naik menjadi motor penggerak
bangsa. Para revolusioner harus menggerakkan aksi massa yang lebih masif dan
tergabung dalam satu tujuan untuk melakukan revolusi.
10.
Jika pemerintah memang benar-benar sudah tuli,
revolusi diperlukan untuk mengkudeta pemerintahan tersebut dan menggantinya
dengan membentuk dewan rakyat yang terdiri dari para rakyat yang lebih mengerti
persoalan negaranya daripada kalangan borjuis yang hanya mengerti persoalan
pribadinya.
Dewan
rakyat tersebut harus terdiri dari para buruh dan tani dan kaum intelek yang
harusnya lebih mengerti persoalan bangsa. Artinya Dewan rakyat tersebut harus
bersifat proletariat. Ini yang membedakan Dewan rakyat dengan Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang pada saat ini di duduki oleh para pejabat yang
tuli.
Akhirnya
kita mencapai suatu kesimpulan yang mendasar, yaitu arti demonstrasi sebagai
jalan satu-satunya menyuarakan aspirasi rakyat haruslah bersifat akademis dan
bisa menarik simpati rakyat agar rakyat menilai pemerintah sesuai dengan kajian
luar biasa yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Sedangkan
arti revolusi itu sendiri lebih kepada pergerakan rakyat yang lebih masif lagi
sebagai tindakan untuk merubah Negara agar lebih baik lagi. Hasil dari sebuah
revolusi adalah terbentuknya suatu Dewan Rakyat yang bersifat proletariat dan
pro rakyat.
Kebijakan
mutakhir pemerintah tentang menghapus subsidi BBM dan menaikkan harga BBM harus
di sikapi demikian sehingga rakyat tidak salah tanggap tentang arti pentingnya
sebuah kebijakan yang kontra rakyat atau arti buruknya barangkali. Kajian harus
lebih mendalam lagi, karena persoalan ini sungguh aneh, demikian menurut saya.
Tetapi
setidaknya untuk revolusi, kita harus menunggu terlebih dahulu apakah
pemerintahan sekarang perlu digulingkan melalui jalan revolusi atau lebih
bersifat pro rakyat sehingga revolusi tidak diperlukan. Demikian tanggapan saya
tentang arti demonstrasi dan revolusi terkait dengan kebijakan pemerintah yang
mutakhir ini.
0 comments:
Post a Comment