Thursday, April 21, 2016

KARTINIKU

Sumber: google

Aku dalam buku harianmu
cakapkah memerankan tokoh antagonis?
Sedangkan kamu dalam buku harianku
selalu saja menjadi tokoh utama yang teramat luar biasa.
Ada baiknya jika kita saling meminjamkan,
untuk pengganti diskusi yang tak pernah lagi kita melakukannya
atau memang, lebih baik kita menguburnya dalam-dalam
sehingga kebenaran terlahir dari kemestian yang tidak dapat dibicarakan?
apa salahnya kita berpelukan sebelum lebih dalam membahas soalan emansipasi dan patriarki,
kita yang saling memiliki peran penting untuk memakmurkan bumi ini
sudah seharusnya melengkapi satu sama lain
begitupun kamu, sebagaimana aku menjalankan tabiatnya!
namun bila kamu memiliki bakat memerankan tugas lelaki
walaupun seorang lelaki akan malu, janganlah sungkan untuk menjelaskan sebuah keahlian, karena hal itu merupakan kewajaran, keseimbangan dan adil-adil saja
Sudah sejauh mana kamu menuliskan tentang Raja lalim yang sewenang-wenang!?
Sempat kamu bertanya tentang hal yang tidak dapat kamu terima, 
sebab katamu Adam pasangan hidupnya hanyalah Hawa
kamu tak pernah dapat mengerti mengapa harus ada poligami
Sebagai seorang calon permaisuri tentu kamu akan cemburu!
Bukan, bukan atas nama pribadi katamu, tetapi kamu hanya ingin tahu pada saat itu dimanakah akal, dimanakah nurani?
Sebagai seorang lelaki tentu akan sangat bangga apabila memiliki istri seumpamanya Kartini,
yang ia berjuang demi hak wanita. Bukan, bukan ia yang memperjuangkan soal kewanitaannya, kiraanku tentang ini mengingatkan aku pada surat Anisa
Ternyata hakikatnya wanita adalah perkasa jua.
Suami yang hendak mempersunting dua, tiga atau empat istri tidak boleh timpang. 
tidak boleh kejalangan birahinya menjadikan ayat suci untuk berdalih, sementara keadilan bilapun murah dirafalkan bukanlah ia barang murahan.
keadilan adalah syarat pelik, karena itu aku inginkan hanyalah kamu sebagai permaisuri, kartiniku
tetapi kamu terlanjur menuliskan tentangku dalam buku harian
Kamu bilang "Arogan dan melulu ingin menang"
Padahal apa salahnya jika kita saling meminjamkan, 
sebagai pengganti diskusi yang tak pernah lagi kita melakukannya
atau kamu sudah cukup senang menertawakan?
Menertawakan aku yang kerap bicara sendirian sambil dikulumi kemistisan sebagaimana kamu menduganya selama ini!


0 comments:

Post a Comment

 
;