Saturday, April 5, 2014

​Karl Marx dan Teorinya itu Anti-Christ! Dosa! Kafir! Haram!

Sumber: google

Di sayup-sayup adzan Maghrib berkumandang, pikiran saya gusar dalam melihat wajah Karl Marx yg menangis karena orang-orang tertindas yg dibelanya bahkan mencela pemikirannya karena Marxisme itu sama dengan Atheis. Suatu argumen yg sangat fallacy! Gusdur saja mengakui kalau Karl Marx itu ialah seorang yg mengubah wajah peradaban dunia. Karl Marx yg sangat lelah memikirkan bagaimana caranya agar dunia tidak lagi ada penindasan dan bagaimana para pekerja bisa melampaui sistem yg menindasnya, kita malah mencelanya sebagai seorang yg menciptakan onar - bersama Lenin, Stalin, Mao, dan Pol Pot - menghancurkan sebagian dunia.
Disaat Marx menemukan hakikat kerja yg seharusnya bisa membuat manusia bahagia, kita malah nyenyak mengejar kerja yg nantinya akan menindas kita. Ada apa dengan kita semua? Logika Kapitalisme telah menyebabkan kita secara bersama-sama bersikeras mengatakan bahwa Marxisme itu iblis, haram, laknat, diciptakan oleh seorang Anti-Christ yg bernama Karl Marx! Seharusnya Marx itu menjadi kerak dari neraka yg paling jahanam! Atau kata lainnya, Komunisme itu kafir! Allahu Akbar!!!! Kepala kita, super-ego kita, dan id kita telah dimiliki para penimbun harta yg serakah. Kalau begitu, Alqur'an memang sangat benar. Mereka sejatinya telah dibicarakan dengan sederhana dalam berbagai ayat Alqur'an seperti surah Al Ma'un.
Jika Tuhan tidak menciptakan Karl Marx, maka kesehatan pemikiran anda semua mungkin tidak akan terganggu. Bagaimana tidak? Abad 20, ketika sepertiga penduduk dunia dikuasai pemikirannya, dua pertiga sisanya mempersoalkannya. Ketika Fukuyama memproklamirkan akhir sejarah dengan kemenangan Liberalisme-Kapitalisme, maka jangan bermimpi kalau penindasan akan menang, kenyataannya Eagleton juga mempertanyakan, "Why Marx Always Right?".
Jika saja Marx tidak mengatakan agama itu candu masyarakat serta tidak mengkritisi keberadaan pelayan Tuhan yg juga melayani kaum borjuis, mustahil bagi kita untuk tidak menolaknya layaknya kedatangan nabi baru. Tetapi Marx tidak bisa berbohong, jika kita membaca Weber mengenai etika Protestan, kita dapat memaklumi bahwa para pelayan Tuhan sebagian besarnya merupakan penghisap kantong borjuis. Para agamawan adalah para pekerja yg berkata, "ndak usah khawatir, jika kamu bersabar ditindas, surga di akhirat balasanmu". What the fuck? K.H. Misbach dan Uskup Romero saja sadar bahwa sejatinya agama bukan melulu berbicara soal akhirat, tetapi juga berbicara soal bagaimana masyarakat sejahtera.
Jika para liberalis sekaliber Milton Friedmann berusaha mempermalukan Marx dengan teori mutakhirnya, kita tidak perlu bersusah payah mengkritik teori tersebut, Rossa Luxemburg dengan "The Accumulation of Capital"nya sebelumnya sudah mengkritik itu. Jadi kelihatan siapa yg ketinggalan zaman, Marxis atau Liberalis? Bagaimana dengan Blair? Pada kenyataannya, Corbyn sudah menelanjanginya habis. Kasihan! Susah payah para Liberalis ini mengkritik seakan tiada gunanya. Di Indonesia, ada Rizal Mallarangeng dan Luthfie Assyaukanie yg mendoktrin soal kebebasan, dan rupanya omongan kosong mereka sudah dibantah Engels yg berkata, "perjuangan melawan penghisapan dan penghapusan kelas merupakan lompatan dialektika menuju kebebasan". Para liberalis ini berusaha menutup-nutupi penindasan, tetapi seakan tiada guna. Andai saja Marx tidak menelurkan teori nilai kerja dan pendalaman nilai lebih dengan mengkritik Smith dan Sismondi, mustahil Marxisme tetap relevan di masa kini.
Bagaimana dengan alienasi? Aku kasihan dengan Marx yg sangat diasingkan di Indonesia. Tetapi Marx tidak pernah mengasihani dirinya, ia lebih mengasihani para pekerja yg terasing dari komoditi ciptaannya. Lebih dari itu, ia mengasihani keterasingan manusia dari kemanusiaannya. Loh, Marxisme kan kontradiktif dengan Humanisme? Kata siapa? Selama Humanisme bukan bayang-bayang dari para borjuis untuk menutup-nutupi penindasan yg terjadi, maka Humanisme adalah suatu keharusan. Marx bukan tanpa alasan menyebutkan soal alienasi, hal ini tidak lebih karena Humanisme sudah terkikis maknanya di masa Kapitalisme.
Tapi kan masyarakat tanpa kelas itu utopis? Jangan menganggap masyarakat tanpa kelas itu khayalan belaka hanya karena Marx jarang membahasnya. Masyarakat tanpa kelas - menurut Marx - ialah suatu fase perjuangan tanpa akhir untuk menghapus kelas. Kenapa harus dihapus? Selama adanya kelas-kelas produksi yg saling berkontradiktif, selama itulah manusia saling menindas dan ditindas. Inilah yg menjadi alasan mengapa Marx menolak adanya kelas dalam masyarakat. Secara tersirat, hal ini tidak bertolak belakang dengan tujuan Islam di dunia. Untuk apa ada cerita Imam Mahdi kalau bukan untuk menunjukkan bahwa Islam juga memimpikan soal masyarakat tanpa kelas - tentunya dengan sebutan lain, yaitu masyarakat Tauhidi, kata Ali Ashgar Engineer.
Kata Eagleton, tidak ada ilmu yg secara kompleks melawan komplotan para penghisap, Fasisme, dan doktrin perjuangan Kolonialisme selain dari ilmu Marxisme. Bukan hanya itu saja, tidak ada satupun filsafat sejarah yg berusaha membuka kedok para sejarawan bayaran pemerintah atau sejarawan yg independen bahwa - pada kenyataannya - sejarah memang selalu memihak. Inilah mengapa muncul Mazhab Annales di Perancis dan juga Mazhab Historisme di Jerman. Atau kata Pak Dede Mulyanto, mustahil kita belajar Antropologi secara menyeluruh tanpa mengenal Marx dan Engels. Secara istimewa, lewat The Mathematical Manuscript juga, Marx membicarakan bagaimana kalkulus dapat membongkar penghitungan laba, sewa, harga komoditi, dan upah. So, what the fuck? Apa yg tidak relevan dari Marxisme? Menurut saya, yg tidak relevan dari Marxisme hanyalah soal dogmatisme-nya saja, selebihnya Marxisme dan perkembangannya merupakan suatu ilmu yg relevan selama Kapitalisme dan turunannya itu masih relevan.
Dalam kata pengantar penerbit Hasta Mitra dalam buku Das Kapital jilid pertama bahkan menyebutkan:
"Sebagai karya yg menguliti segala aspek sistem kapitalis dan memperlihatkan bagaimana sistem itu bekerja dalam kenyataan, Das Kapital akan terus relevan selama sistem yg dibahasnya masih bertahan. Dalam hal ini perlu diperjelas bahwa sistem kapitalis yg dibedah oleh Marx memang memiliki prinsip kerja yg sama seperti sistem yg kita hidupi sekarang ini. Produksi komoditi tentu mengalami kemajuan pesat, tapi tetap berpijak pada prinsip akumulasi modal yg dilihat Marx dalam Das Kapital. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir kita justru melihat kembalinya 'abad kegelapan' Kapitalisme, dimana perampasan milik dan pemupukan kekayaan berjalan seiring perang, kematian, dan kehancuran."
So, apa lagi yg harus bagaimana lagi kita bilang? Marxisme memang selalu benar ketika Kapitalisme bersikeras juga untuk benar. Jangan percaya logika kapital, tapi percayalah realita dan kerjakan praksisnya! Bela yg mustadh'afin! Ciptakan masyarakat tanpa kelas! Mulai dari diri sendiri! Tak guna filsafat jika kita hanya sekedar mendebatkannya. 
Seperti kata Marx:
"Para ahli filsuf dari dulu hingga sekarang hanya bisa menafsirkan dunia, tetapi yg terpenting ialah mengubahnya."

0 comments:

Post a Comment

 
;