Sebenernya sih baca novel ini
sudah dari 3 minggu yang lalu setelah selesai membaca novel Burlian, sehabis
membaca aku langsung jatuh hati dengan keluarga yang diceritakan didalam novel.
Langsung nyomot buku selanjutnya dirak buku, yups aku ngambil buku berjudul ‘Pukat’,
keasikan baca baru samapi bab 4 aku keinget kalo besok lusa sudah ujian
tengah semester, dan ujian pertama adalah statistik(alamak baru ujian pertama
sudah yang susah aja ’nangis sambil nelen
linggis’).
Karena Ujian tengah semester
berlangsung sekitar 10 harian maka tertunda lah baca ini novel. Dah ini lah
resensinya hehhe Cuma mau berbagi kepada kalian untuk ikut membaca novel
fantastis ini.
Identitas
Novel
Judul : PUKAT (Serial Anak Anak Mamak)
Penulis :TERE-LIYE
Penerbit : REPUBLIKA
Tahun Terbit : 2010
Tebal halaman : vi+351
Judul : PUKAT (Serial Anak Anak Mamak)
Penulis :TERE-LIYE
Penerbit : REPUBLIKA
Tahun Terbit : 2010
Tebal halaman : vi+351
“Jangan pernah membenci Mamak kau, jangan
sekali-kali. Karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi
kau, Amelia, Burlian dan Ayuk Eli, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan
belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada
kalian..” Kalimat ini
merupakan kalimat yang tertulis pada cover bagian belakang novel ini,
ya pertama kali lihat sih bikin penasaran pembeli.
Buku karangan Tere Liye ini
menceritakan kehidupan Pukat dan keluarganya yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kebaikan dalam menjalani kehidupannya. Mereka semua tinggal di perkampungan,
walaupun begitu Pukat tetap semangat dalam menggapai impiannya .
Pukat adalah anak laki-laki
tertua dari empat bersaudara dalam tetralogi serial anak-anak mamak. Pukat yang
baru berumur 9 tahun mendapatkan julukan ‘si
anak pandai’ karena sikapnya yang kreatif, cerdik dan juga tekun.
Kecerdikan yang ia miliki seringkali digunakannya untuk memecahkan masalah.
Petualangan Pukat pun dimulai
ketika ia, Burlian dan Ayah mereka menumpang kereta untuk menemui Ko Achan di
kota. Awalnya situasi kereta berlangsung aman dan perjalanan pun terasa asyik.
Hal ini tidak bertahan lama, ketika kereta yang mereka tumpangi mulai memasuki
terowongan.
Tepat di tengah-tengah
terowongan yang gelap, tiba-tiba terdengar suara letusan senjata yang
bersahutan, ternyata mereka adalah kawanan perampok. Mereka bukanlah kawanan
perampok biasa karena mereka pintar memanfaatkan situasi. Mereka menjalankan
aksinya tepat di saat kereta berada ditengah-tengah terowongan yang gelap
sehingga tidak ada satu pun penumpang yang bisa mengenali identitas mereka.
Tidak hanya itu kawanan
perampok ini juga membawa senjata api yang membuat para penumpang meringkuk ketakutan
dan tidak berani berbuat apa-apa. Dalam menjalankan aksinya, perampok
memerintahkan agar para penumpang menyerahkan semua barang berharga
yang mereka bawa dan meletakkannya didalam karung goni yang telah disediakan.
Ketika para perampok medekati
kursi yang diduduki Pukat, Burlian dan Ayahnya, secara diam-diam Pukat
menaburkan bubuk kopi pada sepatu dan celana para perampok. Kebetulan saat itu
Pukat membawa kopi sebagai oleh-oleh untuk Ko Achan. Kecerdikan Pukat inilah
yang akhirnya membantu Komandan Polisi untuk meringkus kawanan perampok
berdasarkan bau kopi yang tertinggal di sepatu dan celana mereka.
Perampok yang tidak sadar akan
bau sepatu di celana dan sepatu mereka akhirnya tertangkap karena mereka tidak
bisa mengelak dari pemeriksaan Polisi ketika sampai di stasiun kota. Komandan
Polisi pun kagum dengan cara cerdik yang dilakukan Pukat dan memberinya julukan
“si anak jenius”.
Dari cerita pertamanya membaca
bang Tere Liye sudah menceritakan sifat utama dari pukat yang cerdik dan jenius
ini. Lalu selanjutnya silah kan baca novelnya langsung. Pasti lebih keren. Lalu
bang Tere Liye tidak menceritakan masa-masa remaja pukat dan samapi dia besar,
tapi bang terelie langsung menceritakan pukat dimasa dewasanya.
Empat belas tahun
kemudian Pukat berhasil melanjutkan pendidikannya di Amsterdam dan ia
berjanji akan kembali ke kampung jika ia telah menyelesaikan pendidikannya dan
untuk menjawab teka-teki Wak Yati walaupun didepan pusaranya. Saat
kepulangangannya ke kampung Pukat bertemu dengan Raju yang ternyata sengaja
menjemputnya di bandara. Ternyata Raju juga sukses meraih mimpinya untuk
menjadi seorang pilot.
Di tengah- tengah cerita bang
Tere Liye menghilangkan kehadiran tokoh Raju hingga pada akhirnya, bang Tere
Liye menceritakannya lagi justru pada akhir cerita. Hal ini membuat pembaca
terkejut. Bang Tere Liye membuatnya seperti teka-teki, pembaca yang cermat
mungkin menyadari bahwa sebenarnya Raju tinggal bersama orang tuanya dikota setelah
musibah banjir besar itu.
Tetapi jika pembaca mengira bahwa
Raju sebelumnya meninggal maka itu artinya Bang Tere Liye berhasil menggunakan
teka-tekinya untuk mengejutkan pembaca dan pembaca pun mungkin berkata “Oh…
ternyata aku terkecoh”setelah membaca bagian akhir novel ini. Bang Tere Liye
menggunakan alur maju mundur dalam menceritkan perjalanan hidup Pukat dengan
pesan yang sarat akan makna persahabatan, kejujuran dan kesederhanaan dalam
hidup.
0 comments:
Post a Comment