Setelah membaca novel pukat seminggu yang lalu, langsung
estafet baca novel selanjutnya dari serial anak-anak mamak karangan bang tere
liye. Oke langsung aja kita bedah bukunya.
Judul Buku
: Eliana
Penulis
: Tere Liye
Penerbit
: Republika Penerbit
Tahun Terbit
: Agustus 2011
Jumlah Halaman :
iv+ 519 Halaman
Novel ini berkisah seorang anak bernama Eliana, anak sulung
mamak. Di novel ini menggambarkan sosok eliana yang mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi, proses belajar yang baik, menyatu dengan kepolosan, kenakalan,
hingga isengnya dunia anak-anak, petualangan hebat, pengorbanan, dan pemahaman
tentang kehidupan tumbuh dari wajah-wajah ceria
terus melekat sehingga mereka dewasa.
Kisahnya tentang keluarga sederhana, Pak Syahdan dan Mak Nur
yang membesarkan anak-anaknya dengan disiplin yang tinggi, tegas, akhlak dan
memberikan teladan dari perbuatannya. Eliana yang selalu dijuluki sebagai anak
pemberani sejak lahir, tumbuh menjadi anak sulung mamak yang pemberani dan
tidak takut sengan hal apapun. Keberaniannya sudah muncul sejak awal-awal
kisah, dimana dia berani membentak ‘para petinggi’ di sebuah forum resmi,
“JANGAN HINA BAPAKKU!!”.
Sifat inilah yang selanjutnya menggiring dia dan anggota
Buntal yang lain dalam misi menghalangi para pengeruk pasir. Dengan gaya
pengintai mereka menyusun rencana-rencana dari mulai mengempesi ban, hingga
tindakan Marhotap melempar kantong-kantong bensin ke truk pengeruk pasir. Di
sekolah ia berani “berduel” oleh teman laki-lakinya yang bernama Anton. Berduel
dalam artian Eliana berani bersaing dengan Anton secara jujur, diantaranya
bermain bola Voli, gobak sodor, lomba lari 10 putaran mengelilingi lapangan,
sampai ia mengumandangkan adzan di mushola yang berujung pada pertemuan seluruh
warga kampung di mushola.
Selain itu, keberaniannya juga terlihat pada saat ia merasa
tidak suka pada saat ada penambang pasir di desanya yang sangat mengganggu
keseimbangan alam di desanya, mulai dari warga yang kesulitan mencari kucur di
sungai, kesulitan mencari batu hias di dasar lubuk larangan, sampai warga yang
harus kerepotan untuk mengunjungi kebun jagung miliknya. Kemudian dia bersama
empat temannya mendirikan genk “Empat Buntal” untuk melakukan perlawanan
terhadap penambang tersebut. Ditengah-tengah perlawanan yang mereka lakukan, ia
harus kehilangan salah satu anggota genk.
Selain menceritakan tentang keberanian Eliana, kisah ini juga
menceritakan tentang Eliana yang membenci statusnya menjadi anak Sulung. Ia
membenci mamak yang mengharuskan Eliana menjaga dan bertanggung jawab terhadap
adik-adiknya. Sampai akhirnya ia kabur dari rumah.
Di novel ini banyak sekali nasehat-nasehat orang tua kepada
anaknya, banyak pemahaman-pemahaman baik untuk kita jalankan dikehidupan ini. Memang
jika kita melihat novel ini dari covernya maka tidak ada menarik-menariknya
untuk dibaca tapi setelah membaca satu atau dua bab maka kalian akan ketagihan
untuk membaliknya. Buku yang baik tidak dilihat dari sampulnya bukan?
Dinovel ini pula aku menemukan nasehat yang sama, seperti nasehat orang tuaku dulu sewaktu aku kecil, bapakku tak bosan bosan menasehatiku dengan kata kata ini. Kalo tidak salah seperti ini “Jika kalian tidak bisa ikut golongan yang memperbaiki, maka setidaknya, janganlah ikutan golongan yang merusak. jika kalian tidak bisa berdiri di depaan menyerukan kebaikan, maka berdirilah di belakang. dukung orang-orang yang mengajak pada kebaikan dengan segala keterbatasan. itu lebih baik.”
Resensi novel Serial Anak-Anak Mamak
Buku #1 Novel Burlian (Si Anak Spesial)
Buku #2 Novel Pukat (Si Anak Jenius)
0 comments:
Post a Comment