Monday, April 7, 2014

Resensi Novel Eliana (Si Anak Pemberani)

Setelah membaca novel pukat seminggu yang lalu, langsung estafet baca novel selanjutnya dari serial anak-anak mamak karangan bang tere liye. Oke langsung aja kita bedah bukunya.

Judul Buku                   : Eliana
Penulis                         : Tere Liye
Penerbit                      : Republika Penerbit
Tahun Terbit               : Agustus 2011
Jumlah Halaman         : iv+ 519 Halaman
Novel ini berkisah seorang anak bernama Eliana, anak sulung mamak. Di novel ini menggambarkan sosok eliana yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, proses belajar yang baik, menyatu dengan kepolosan, kenakalan, hingga isengnya dunia anak-anak, petualangan hebat, pengorbanan, dan pemahaman tentang kehidupan tumbuh dari wajah-wajah ceria  terus melekat sehingga mereka dewasa.

Kisahnya tentang keluarga sederhana, Pak Syahdan dan Mak Nur yang membesarkan anak-anaknya dengan disiplin yang tinggi, tegas, akhlak dan memberikan teladan dari perbuatannya. Eliana yang selalu dijuluki sebagai anak pemberani sejak lahir, tumbuh menjadi anak sulung mamak yang pemberani dan tidak takut sengan hal apapun. Keberaniannya sudah muncul sejak awal-awal kisah, dimana dia berani membentak ‘para petinggi’ di sebuah forum resmi, “JANGAN HINA BAPAKKU!!”.
Sifat inilah yang selanjutnya menggiring dia dan anggota Buntal yang lain dalam misi menghalangi para pengeruk pasir. Dengan gaya pengintai mereka menyusun rencana-rencana dari mulai mengempesi ban, hingga tindakan Marhotap melempar kantong-kantong bensin ke truk pengeruk pasir. Di sekolah ia berani “berduel” oleh teman laki-lakinya yang bernama Anton. Berduel dalam artian Eliana berani bersaing dengan Anton secara jujur, diantaranya bermain bola Voli, gobak sodor, lomba lari 10 putaran mengelilingi lapangan, sampai ia mengumandangkan adzan di mushola yang berujung pada pertemuan seluruh warga kampung di mushola.
Selain itu, keberaniannya juga terlihat pada saat ia merasa tidak suka pada saat ada penambang pasir di desanya yang sangat mengganggu keseimbangan alam di desanya, mulai dari warga yang kesulitan mencari kucur di sungai, kesulitan mencari batu hias di dasar lubuk larangan, sampai warga yang harus kerepotan untuk mengunjungi kebun jagung miliknya. Kemudian dia bersama empat temannya mendirikan genk “Empat Buntal” untuk melakukan perlawanan terhadap penambang tersebut. Ditengah-tengah perlawanan yang mereka lakukan, ia harus kehilangan salah satu anggota genk.
Selain menceritakan tentang keberanian Eliana, kisah ini juga menceritakan tentang Eliana yang membenci statusnya menjadi anak Sulung. Ia membenci mamak yang mengharuskan Eliana menjaga dan bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. Sampai akhirnya ia kabur dari rumah.
Di novel ini banyak sekali nasehat-nasehat orang tua kepada anaknya, banyak pemahaman-pemahaman baik untuk kita jalankan dikehidupan ini. Memang jika kita melihat novel ini dari covernya maka tidak ada menarik-menariknya untuk dibaca tapi setelah membaca satu atau dua bab maka kalian akan ketagihan untuk membaliknya. Buku yang baik tidak dilihat dari sampulnya bukan?
Dinovel ini pula aku menemukan nasehat yang sama, seperti nasehat orang tuaku dulu sewaktu aku kecil, bapakku tak bosan bosan menasehatiku dengan kata kata ini. Kalo tidak salah seperti ini “Jika kalian tidak bisa ikut golongan yang memperbaiki, maka setidaknya, janganlah ikutan golongan yang merusak. jika kalian tidak bisa berdiri di depaan menyerukan kebaikan, maka berdirilah di belakang. dukung orang-orang yang mengajak pada kebaikan dengan segala keterbatasan. itu lebih baik.”


Resensi novel Serial Anak-Anak Mamak
    Buku #1 Novel Burlian (Si Anak Spesial)
    Buku #2 Novel Pukat (Si Anak Jenius)



0 comments:

Post a Comment

 
;