Bangunan itu terlihat seperti masjid besar dengan kubah
terbuat dari berlian sebesar bukit barisan, kubah yang terlihat seperti kaca
raksasa yang tembus pandang, awan dan sinar matahari dapat masuk dengan
leluiasa ke dalam bangunan indah ini. Bangunan besar berwarna putih dengan
pilar-pilar besar menyangga diluar bangunan, deperti kuil zeuz didalam dongeng
yunani kuno. Bangunan itu pun berstruktur berundak-undak, mempunyai beberapa
lapisan, berbentuk seperti tangga yang mengelilingi bagian bawah bangunan. Aku
hanya terkagum-kagum dengan bangunan yang aku lihat ini.Kamu mulai
mendekatinya, aku mencoba memasuki bangunan itu. Mungkin ada jawaban dari semua
peristiwa ini, atau bahkan akan menemukan jalan keluar untuk kembali ke pulau
tanpa penghuni dan bertemu dengan teman-temanku yang sedang bermain dipantai.
Sudah setengah hari aku berjalan bersusah payah menjejakkan
kaki ku diatas awan yang lembut, tak kukira akan sejauh ini perjalanan yang
akan aku tempuh untukmencapainya. Hay, aku tak menyadarinya dari tadi ternyata
awan-awan yang sebagai pijakan ku mulai meninggi, yang tadinya berada dibawah
telapak kaki ku, sekarang sudah selulut, seperti melewati rawa yang luas,
kakiku seperti diselimuti kabut yang tebal bahkan jari kaki ku pun tak dapat
terlihat. Awan ini tidak hanya mulai meninggi, tetapi angin menuju bangunan itu
juga terasa semakin kencang, angina yang keluar dari dalam bangunan seakan-akan
menghalangi ku untuk mendekatinya.
Langkah demi langkahku berat, berjalan melawan angin dan
berjalan dirawa awan ini terasa berat, semakin mendekat semakin dalam rawa awan
ini sekarang sudah hampir sepinggang ku. Tak ada pilihan lain selain menuju
bangunan raksasa itu, semakin mendekat semakin dalam rawa yang aku lewati ini.
Aku terus berjalan kira-kira tiga jam dari tempat ku tadi, sekarang kedalaman
rawa awan ini setinggi leherku, semakin dalam rawa ini semakin dingin, semakin
jauh melangkah semakin membuat beku tubuhku.
Tak terasa aku sudah menghabisakan banyak waktu untuk melewati
rawa ini, sudah hampir seharian aku habis kan waktu untuk menyebrangi rawa ini,
kedalamannya pun sudah tak terkira lagi, karna sudah lama kaki ku tak meminjak
pijakan dasar rawa ini. Hanya berenang-berenang dan berenang menuju kedepan
tanpa memandang ke belakang, sudah berapa lama aku berenang melewati rawa
diatas awan ini? Sehari kah? Bukan seingat ku hampir 7 kali aku menjumpai
malam, apakah seminggu? Ahh tidak aku kira lebih dari itu mungkin 1 bulan?
Mulai lagi kepalaku dipenuhu dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat seakan
kepalaku akan meledak.
Aku pun heran, saat melintasi rawa awan ini aku tak merasakan
lapar, mengantuk bahkan tak sedikitpun aku kelelelahan. Hanya rasa bosan yang
terus menyerangku, rasa keingin tahuan ku yang menggebu-gebu dadaku seaakan
mencoba mennerobos keluar semakin sesak, rasa takut yang menumpuk dipangkal
leher membuat nafas tersengal, rasa marah yang tak lagi terbandung entah rasa
marah ku ini aku tunjukan kepada siapa? Yang ku tahu hanya berenenag kedepan
untuk mencapai bangunan yang besar dan berwarna putih itu, mungkin semua
jawaban akan rasa penasaran, rasa takut, dan marahku terjawab.
***
Sudah sampai kah aku? Kakiku merasa kan dasar dari rawa ini,
akhirnya kaki ku dapat meminjak, dan berlahan lahan kedalaman awan kabut ini
menipis kakiku pun dapat terlihat lagi. Walaupun aku merasa sedikit senang
karena tak harus berenang dirawa yang menakutkan ini, itu tak membuat jarak ku
dengan bangua itu mendekat, malah seakan semakin jauh, seakan semakin berat
untuk melangkah, semakin sesak untuk bernafas, semakin aku melangkah mendekat
bangunan itu malah semakin menjauh, samakin aku melangkah kan kakiku menuju
bangunan itu, semakin menjauh jarak nya. Akupun semakin mempercepat langkahku,
semakin cepat pula bangunan itu menjauh dariku, semakin cepat, semakain cepat,
semakin cepat, akupun berlari untuk mendekat.
Sampai akhirnya aku menjumpai pagar besi yang tinggi berwana
emas mengelilingin bangunan tersebut, pagar yang megah dan gagah seakan
menghadang setiap orang yang akan memasuki bangunan itu, pagar ini pun terlihat
kokoh dan kuat walaupun tak menyentuhnya. Akupun berhenti sejenak untuk
memikirkan caranya melewati pagar yang sungguh megah ini. Kulemparkan
pandanganku kearah ujung pahar yang tak terlihat ujungnya sampai ujung sisi
pagar satunya yang tak terlihat pula ujung pagar gagah ini.
Ya tuhan, aku tak tahu harus bagai mana lagi sekarang, apa
yang harus aku perbuat? Akupun terjatuh terlentang diatas awan yang lembut dan
sejuk ini, aaahhhh nyaman sekali rasanya berbaring disini. Aku pun sambil
berfikir mengapa aku mengalami kejadian aneh ini, mengalami semua ini. Aku
bertanya kepada hatiku yang paling dalam, bertanya kepada diriku. Apakah selama
ini aku terlalu sombong untuk mengakui bahwa aku adalah mahkluk yang lemah,
mahkluk yang hina, mahkluk yang tak memiliki apa-apa selain bersenang-senang
dan meulupakan semua kenikmatan ini dating dari yang maha kuasa.
Semalama ini lupa akan bersyukur kepada-Nya, lupa akan
memasrahkan kegelisahanku pada tuhan semesta alam, lupa akan bersujud dan
berdoa kepada-Nya. Perlahan pun aku mulai mengadahkan tangan ku, memohon dan
berdoa, bertanya dan mengaduh kan semua kegelisahan ku selama ini, memohon
ampun atas kesalahanku yang terdahulu, semoga Tuhan mengampuni dan menjawab
semua pertanyaan akan kegelisahan ku saat ini, berlahan-lahan hatiku serasa
ditusuk ribuan jarum, air matakupun mengucur deras tak terbendung, dadaku
sesak, betapa hina diriku yang tak pernah menyadari bahwa semua ini adalah
peringatan dari tuhan untuk ku.
Sekejap dipikiranku melambung kemasa-masa lalu mengali
menyusuri setiap sel-sel memori dalam otak ku, seperti melihat rekaman video
tape saat memutar ulang semua kaset film nya, terlihat jelas semua perbuatan
masa laluku. Aku pun malu untuk mengakui bahwa itu adalah diriku, aku malu
mengakui seonggok daging yang hina ini adalah tubuhku. Ya tuhan tunjukkan lah
jalan yang benar. Tunjukkan kemudahan kepada hmabamu ini, aku memohon dan
bersimpuh pasrah kepadamu, tolong berikan petunjuk mu.
Setelah berdoa dengan ikhlas dan penuh penyesalan. Belum
sembuh sakit didadaku setelah berdoa kepada tuhan, aku melihat seseorang yang
datang menghampiriku dari balik pagar besi itu, mendekat kearahku. Lalu, dengan
suara lantang dia bertanya kepadaku.
“wahai anak ku maukah kau ikhlas menerima semua yang akan aku
tunjukkan kepada mu?”
“saya ikhlas, siapa dirimu?” jawabku heran.
“aku akan menunjukkan jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan
yang ada dihatimu nak, pertanyaan yang selama ini menyiksa dirimu, aku akan
menjawab tuntas semuanya, tapi dengan satu syarat, jangan bertanya apa-apa
tentang diriku lagi, bahkan bertanya namaku, sebelum aku memberi tahu diriku
yang sebenernya, apakah kamu setuju?” kata seseorang dibalik pagar.
“baiklah, aku kan menuruti persyaratan mu, tapi sebelumnya aku
meu bertanya, tempat apa ini? Dimana kita sekarang?” tanyaku.
“kau akan mengetahuinya nanti nak, apa yang membuatmu lama
sekali untuk datang ketempat ini nak? Hampir 3 tahun aku menunggu mu disini”
jawabnya sampil mencari kunci untuk membuka gerbang itu.
“apa 3 tahun? Selama itukah waktu yang aku habis kan untuk
melewati rawa ini? tempat apa sebenarnya ini?” tanyaku yang keheranan bercampur
tak percaya.
Bersambung....
0 comments:
Post a Comment