Grunge sejatinya memang berbicara soal depresi, melankolis,
dan kecenderungan akan nihilis yg tinggi. Namun Grunge tidak akan hadir kalau
tidak ada penyebab materiilnya. Dalam sejarahnya, Grunge lahir sebagai
antithese dari perang dingin yg berkepanjangan, krisis moneter dunia, dan
kesenjangan sosial yg menggila. Keadaan-keadaan yg demikian membentuk
karakter-karakter pemuda di Seattle yg ekspresif. Mereka merespons semua hal
tersebut dengan menciptakan karya-karya rock n' roll yg minus atribut. Para
Grungies seringkali melakukan pemberontakan terhadap keadaan melalui
karya-karyanya tersebut.
Wajar saja jika Grunge pada akhirnya sangat ditakuti oleh para
orang tua. Sejatinya para pemuda di masa itu sangat membenci orang tua mereka
yg hanya peduli pada kehidupan kapitalistik yg mereka jalani. Pada dasarnya,
para pemuda Grungies menjalani kehidupan mereka dengan melawab arus struktural
kehidupan yg ada. Itu sebabnya muncul istilah bahwa para Grungies adalah para
pelopor praktik Postmodernisme. Walaupun gagasan Postmodernisme sebenarnya
lebih tua lagi ditemukan dari karya-karya Nietzche hingga Mazhab Frankfurt.
Sedangkan sebagai aliran musik, Grunge menjadi sebuah
antithese dari musik yg mapan dan komersil. Terkadang para musisi Grunge
meneriaki para band Rock dan Punk sebagai jajaran orang yg telah mengkhianati
musik sejati. Mereka mempercayai bahwa sejatinya musik tumbuh untuk
mengekspresikan pemberontakan dan rasa kekesalan mereka terhadap hidup. Dari
musik, Grunge pada akhirnya menjadi ideologis dengan segala perangkat
lifestyle, fashion, hingga filosofi hidup.
Sebut saja Kurt Cobain yg lebih memilih jadi diri sendiri dan
ditertawakan daripada menjadi seseorang yg dihormati karena meniru orang lain.
Juga ada Pearl Jam yg menolak komersialisasi tiket dari perusahaan
Ticketmaster. Ada lagi propaganda Soundgarden soal Animal Liberation hingga
Layne Stanley yg melawan gelapnya narkoba yg menjadi sumber utama pahitnya
kehidupan para pemuda yg frustasi. Mereka semua menyuarakan pemberontakan
mereka melalui musik.
Hasilnya sangat luar biasa. Propaganda Generasi X dan Grunge
pada akhirnya menciptakan suasana pemberontakan atas krisis moneter yg terjadi
pada 1997-1998. Suasana tersebut berakhir ketika pada akhirnya para penerus
musik Grunge membawa ideologi ke arah komersialisasi. Pengkhianatan Dave Grohl
dengan Foo Fighter-nya serta komersilnya Creed menjadi awal dari kemunduran
ideologi Grunge. Hingga pada akhirnya kini, Grunge hanyalah tinggal kenangan
ketika pada akhirnya para penerusnya tidak lagi bersifat dan bersikap Grungies.
Kurt Cobain pernah berkata,
"at this point, i have request for our fans. If any of you in anyway hate homosexual, people of different color, or women, please do this one favor for us - leave us the fuck alone! Don't come to our show and don't buy our record."
Dari kata-kata
tersebut, kita dapat menyimpulkan salah satu sikap Grunge, yaitu Anti Rasisme,
Feminisme, dan penindasan terhadap identitas. Disinilah sejatinya Grunge berada
untuk berjuang melawan Kapitalisme.
0 comments:
Post a Comment