Wednesday, November 9, 2016

​Sebuah Catatan Kecil Mengenai Grunge


Grunge sejatinya memang berbicara soal depresi, melankolis, dan kecenderungan akan nihilis yg tinggi. Namun Grunge tidak akan hadir kalau tidak ada penyebab materiilnya. Dalam sejarahnya, Grunge lahir sebagai antithese dari perang dingin yg berkepanjangan, krisis moneter dunia, dan kesenjangan sosial yg menggila. Keadaan-keadaan yg demikian membentuk karakter-karakter pemuda di Seattle yg ekspresif. Mereka merespons semua hal tersebut dengan menciptakan karya-karya rock n' roll yg minus atribut. Para Grungies seringkali melakukan pemberontakan terhadap keadaan melalui karya-karyanya tersebut.
Wajar saja jika Grunge pada akhirnya sangat ditakuti oleh para orang tua. Sejatinya para pemuda di masa itu sangat membenci orang tua mereka yg hanya peduli pada kehidupan kapitalistik yg mereka jalani. Pada dasarnya, para pemuda Grungies menjalani kehidupan mereka dengan melawab arus struktural kehidupan yg ada. Itu sebabnya muncul istilah bahwa para Grungies adalah para pelopor praktik Postmodernisme. Walaupun gagasan Postmodernisme sebenarnya lebih tua lagi ditemukan dari karya-karya Nietzche hingga Mazhab Frankfurt.

Sedangkan sebagai aliran musik, Grunge menjadi sebuah antithese dari musik yg mapan dan komersil. Terkadang para musisi Grunge meneriaki para band Rock dan Punk sebagai jajaran orang yg telah mengkhianati musik sejati. Mereka mempercayai bahwa sejatinya musik tumbuh untuk mengekspresikan pemberontakan dan rasa kekesalan mereka terhadap hidup. Dari musik, Grunge pada akhirnya menjadi ideologis dengan segala perangkat lifestyle, fashion, hingga filosofi hidup.
Sebut saja Kurt Cobain yg lebih memilih jadi diri sendiri dan ditertawakan daripada menjadi seseorang yg dihormati karena meniru orang lain. Juga ada Pearl Jam yg menolak komersialisasi tiket dari perusahaan Ticketmaster. Ada lagi propaganda Soundgarden soal Animal Liberation hingga Layne Stanley yg melawan gelapnya narkoba yg menjadi sumber utama pahitnya kehidupan para pemuda yg frustasi. Mereka semua menyuarakan pemberontakan mereka melalui musik.
Hasilnya sangat luar biasa. Propaganda Generasi X dan Grunge pada akhirnya menciptakan suasana pemberontakan atas krisis moneter yg terjadi pada 1997-1998. Suasana tersebut berakhir ketika pada akhirnya para penerus musik Grunge membawa ideologi ke arah komersialisasi. Pengkhianatan Dave Grohl dengan Foo Fighter-nya serta komersilnya Creed menjadi awal dari kemunduran ideologi Grunge. Hingga pada akhirnya kini, Grunge hanyalah tinggal kenangan ketika pada akhirnya para penerusnya tidak lagi bersifat dan bersikap Grungies.
Kurt Cobain pernah berkata,
 "at this point, i have request for our fans. If any of you in anyway hate homosexual, people of different color, or women, please do this one favor for us - leave us the fuck alone! Don't come to our show and don't buy our record." 
Dari kata-kata tersebut, kita dapat menyimpulkan salah satu sikap Grunge, yaitu Anti Rasisme, Feminisme, dan penindasan terhadap identitas. Disinilah sejatinya Grunge berada untuk berjuang melawan Kapitalisme.

0 comments:

Post a Comment

 
;