"dari 73 golongan yg ada, mungkin golongan yg masuk surga
itu golongan punk, siapa tau aja kan?" ucap temanku.
Kami bersenda gurau soal Tuhan dan agama Islam. Aku rasa tidak
ada yg perlu dipersoalkan dengan pernyataan nyeleneh mereka, toh aku pernah
mendengar yg lebih parah dari mereka. Persoalannya adalah aku menemukan yg lain
saat bersama mereka. Racun-racun kami minum bersama dan aku yg paling banyak
minum. Mulai dari makan mie, minum coca-cola dan fanta, dan menyirup kopi asli
dari Sumatera. Semua membuatku sakit perut.
Hingga pagi menjelang, aku berpikir bahwa ususku sudah bolong,
namun hanya dengan seteguk air, hilang sudah sakit perutku. Aneh? Menurutku
tidak, itu suatu konsekuensi alami dari reaksi kimia yg terjadi dalam perut.
Tetapi bagaimana dengan seteguk air yg dibaca dengan kalimat basmalah? Hilang
sudah laparku selama sehari.
Ketika pagi menjelang, ada yg berkata bahwa dia memperhatikan
ku ketika aku berbicara soal tauhid, "gua memperhatikan karena apa yg lu
bicarakan tidak bertentangan dengan Alqur'an sama sekali". Aneh? Bagiku
tidak, karena aku berbicara berdasarkan apa yg tertulis dalam otak ku soal tauhid.
Tetapi jika aku berbicara soal tauhid dalam keadaan aku tidak hapal dan paham
sebagian besar isi Alqur'an, itu aneh namanya.
"Jadi bagaimana kita harus beragama?"
Aku menjawab, "jadilah orang yg menjalankan hidup dengan
lillahi ta'ala. Kebaikan sejati bukan terletak di dalam mesjid atau dalam diri
seorang ulama atau wali. Kebaikan sejati ada dalam sikap dan sifatmu. Ketika
kamu bisa mendamaikan kontradiksi dalam dirimu, ketika kamu bisa memberikan
manfaat kepada manusia lainnya, ketika kamu tidak menyakiti alam, dan ketika
kamu mencintai Tuhan. Itulah kebaikan sejati."
Di tempat itu, aku menemukan Tuhan dalam senda gurau mereka.
Sama halnya aku melihat Tuhan di tempat pelacuran, sarang maling, hingga tempat
para pecandu, rumah temanku yg mencintai budaya Sunda, dan dalam keluargaku
sendiri. Aku merasakan aroma spiritual yg sangat tinggi di tempat-tempat
tersebut.
"apa yg kurang dari diri lu cuma satu, yaitu lu gk
bersyari'at" kata temanku.
Ya memang benar! Apakah Tuhan mau menghukumku karena tidak bersyari'at?
Tetapi aku memang rindu untuk bersyari'at. Entah bagaimana cara aku
bersyari'at, selalu gagal karena berbagai hal. Tetapi dari semua cerita
tersebut, aku memahami satu hal bahwa aku bersama orang yg ku temui - yg
notabene bersemangat juga belajar hakikat dari Islam - sedang dipersiapkan
untuk sesuatu. Kami tidak tahu itu, yg aku tahu bahwa aku nyaman bersama
mereka, senyaman aku minum 4 pil tramadol yg efeknya bisa sampai 2 hari.
"Bersikap dan bersifat lah selayaknya asma wal sifat
Allah, karena sesungguhnya manusia diciptakan menurut rupa Allah. Allah tidak
jauh! selama kamu mencintai Dia, maka Ia benar-benar ada dalam dirimu. Selama
engkau merasa jauh dengan Dia, maka engkau akan selamanya berdoa menengadah
tangan seolah-olah Dia memang ada diatas langit"
Begitulah curahanku yg kira-kira bisa menggambarkan
bulan-bulan terakhir ini.
0 comments:
Post a Comment