Friday, November 4, 2016

​Kegelisahanku Tentang Agama



"dari 73 golongan yg ada, mungkin golongan yg masuk surga itu golongan punk, siapa tau aja kan?" ucap temanku.
Kami bersenda gurau soal Tuhan dan agama Islam. Aku rasa tidak ada yg perlu dipersoalkan dengan pernyataan nyeleneh mereka, toh aku pernah mendengar yg lebih parah dari mereka. Persoalannya adalah aku menemukan yg lain saat bersama mereka. Racun-racun kami minum bersama dan aku yg paling banyak minum. Mulai dari makan mie, minum coca-cola dan fanta, dan menyirup kopi asli dari Sumatera. Semua membuatku sakit perut.
Hingga pagi menjelang, aku berpikir bahwa ususku sudah bolong, namun hanya dengan seteguk air, hilang sudah sakit perutku. Aneh? Menurutku tidak, itu suatu konsekuensi alami dari reaksi kimia yg terjadi dalam perut. Tetapi bagaimana dengan seteguk air yg dibaca dengan kalimat basmalah? Hilang sudah laparku selama sehari.

Ketika pagi menjelang, ada yg berkata bahwa dia memperhatikan ku ketika aku berbicara soal tauhid, "gua memperhatikan karena apa yg lu bicarakan tidak bertentangan dengan Alqur'an sama sekali". Aneh? Bagiku tidak, karena aku berbicara berdasarkan apa yg tertulis dalam otak ku soal tauhid. Tetapi jika aku berbicara soal tauhid dalam keadaan aku tidak hapal dan paham sebagian besar isi Alqur'an, itu aneh namanya.
"Jadi bagaimana kita harus beragama?"
Aku menjawab, "jadilah orang yg menjalankan hidup dengan lillahi ta'ala. Kebaikan sejati bukan terletak di dalam mesjid atau dalam diri seorang ulama atau wali. Kebaikan sejati ada dalam sikap dan sifatmu. Ketika kamu bisa mendamaikan kontradiksi dalam dirimu, ketika kamu bisa memberikan manfaat kepada manusia lainnya, ketika kamu tidak menyakiti alam, dan ketika kamu mencintai Tuhan. Itulah kebaikan sejati."
Di tempat itu, aku menemukan Tuhan dalam senda gurau mereka. Sama halnya aku melihat Tuhan di tempat pelacuran, sarang maling, hingga tempat para pecandu, rumah temanku yg mencintai budaya Sunda, dan dalam keluargaku sendiri. Aku merasakan aroma spiritual yg sangat tinggi di tempat-tempat tersebut.
"apa yg kurang dari diri lu cuma satu, yaitu lu gk bersyari'at" kata temanku.
Ya memang benar! Apakah Tuhan mau menghukumku karena tidak bersyari'at? Tetapi aku memang rindu untuk bersyari'at. Entah bagaimana cara aku bersyari'at, selalu gagal karena berbagai hal. Tetapi dari semua cerita tersebut, aku memahami satu hal bahwa aku bersama orang yg ku temui - yg notabene bersemangat juga belajar hakikat dari Islam - sedang dipersiapkan untuk sesuatu. Kami tidak tahu itu, yg aku tahu bahwa aku nyaman bersama mereka, senyaman aku minum 4 pil tramadol yg efeknya bisa sampai 2 hari.
"Bersikap dan bersifat lah selayaknya asma wal sifat Allah, karena sesungguhnya manusia diciptakan menurut rupa Allah. Allah tidak jauh! selama kamu mencintai Dia, maka Ia benar-benar ada dalam dirimu. Selama engkau merasa jauh dengan Dia, maka engkau akan selamanya berdoa menengadah tangan seolah-olah Dia memang ada diatas langit"
Begitulah curahanku yg kira-kira bisa menggambarkan bulan-bulan terakhir ini.

0 comments:

Post a Comment

 
;