Dalam pemahaman ekonomi berbasis Sukarnois, perputaran ekonomi
dikendalikan negara, pemegangnya adalah unit unit Serikat Kerja. Jutaan hektar
tanah tidak boleh dimiliki swasta, tapi dimiliki negara, namun Serikat Kerja
yang mengelola dengan sistem ekonomi Gotong Royong. Rumah Sakit dan Sekolah
Sekolah berbasis "Kerja Sosial" tak ada fungsi fungsi Kapital di
dalamnya. Pelayanan publik harus memiliki kualitas tinggi, rakyat sebagai
pemegang saham utama kepemilikan negara dilayani selayaknya manusia terhormat.
Anak anak bersekolah dijamin oleh negara. Negara melarang
Kapitalisme di dunia pendidikan, dan juga melarang adanya eksploitasi yang
menghambat akses akses pendidikan dan pencerdasan rakyat. Dalam ekonomi
berbasis Sukarno misalnya, dengan konteks jaman sekarang, Jaringan internet dan
gelombang internet semustinya gratis disediakan negara karena itu masuk sebagai
barang modal bukan barang konsumsi, tingkat pengembalian biaya jaringan
informasi adalah produktivitas ekonomi masyarakat yang bergerak karena adanya
jaringan internet gratis.
Kenapa kita kadang meremehkan kekuatan Gotong Royong, karena
kita sedari muda diajari ekonomi kapitalis, diajari caranya ekonomi saling
berlomba lomba bahkan kalau bisa meniadakan negara dalam mengatur ekonomi.
Sumber sumber kekayaan negara yang seharusnya digunakan sebesar besarnya untuk
kekayaan rakyat dikuasai oleh swasta. Jutaan hektar lahan lahan produktif
dikuasai swasta.
Anak anak sekolah terhambat karena ketiadaan biaya, Rumah
Sakit bukan untuk orang miskin, kesehatan mahal harganya. Indonesia di
Merdeka-kan bukan untuk menjadi hamba bagi kaum Kapitalis, kaum Berpunya, Kaum
Pemodal. Tapi Indonesia di Merdeka-kan Semua Untuk Semua, di Merdeka-kan untuk
seluruh rakyat yang hidup di dalam negara ini dan mengutamakan ekonomi rakyat.
Bisakah kita menghidupkan kembali daya hidup Sukarno dalam
ekonomi kita, sehingga kita bisa kembali menjadi negara kuat yang punya
pengaruh kuat karena merdeka di semua bidang... berdaulat di semua soal...
. . .
Sumber : Revolusi Sukarnois 1959-1965
0 comments:
Post a Comment