Friday, January 27, 2017

​Islamku Kini: Untuk Kaum Fundamentalis yg tak Mempergunakan Akalnya untuk Beriman


Sebelumnya, saya turut berduka cita atas meninggalnya demokrasi yg dibunuh oleh kaum fundamentalis terkait acara yg kata mereka adalah acara kafir. Saya juga mengucapkan belasungkawa atas hilangnya kebebasan karena - lagilagi - disebabkan oleh ulah kaum fundamentalis terkait beberapa acara sebelumnya yg juga dianggap kafir. Sebagai orang yg mengaku Islam - dan mungkin juga muslim kalau dianggap tidak kafir oleh mereka - meminta maaf atas kejadian-kejadian tersebut. Sebaiknya kita introspeksi diri, apakah umat Islam mengakui bahwa Tuhan telah mati?
Pengkafiran terjadi ketika mereka yg mengaku muslim merasa yg paling benar. Mengapa? Sebagai umat yg mengaku beriman, mereka resah karena banyaknya acara-acara kafir yg diadakan di Indonesia. Dimulai dari LGBT, Belok Kiri Festival, hingga Ladyfest. Mereka takut kalau Indonesia kena azab Tuhan, tapi apakah iya seperti itu? Tidak, mereka mengatasnamakan Tuhan untuk membubarkan acara yg kafir itu. Pertanyaannya, apakah Tuhan rela namanya dijual untuk merusak demokrasi? Inilah bukti bahwa orang beriman tidak pernah mensyukuri pemberian dari Tuhan, yaitu akal. Akal mereka mati ketika keimanan mereka menjadi buta.

Padahal Nabi SAW pernah berkata:

 أَيُّمَاامْرِئٍقَالَلِأَخِيهِيَاكَافِرُفَقَدْبَاءَبِهَاأَحَدُهُمَاإِنْكَانَكَمَاقَالَوَإِلَّارَجَعَتْعَلَيْهِ

"Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya, “hai orang kafir,” maka kata itu akan menimpa salah satunya. Jika benar apa yang diucapkan (berarti orang yang dituduh menjadi kafir); jika tidak, maka tuduhan itu akan menimpa orang yang menuduh. [HR Muslim].
Di hadits lain, Nabi SAW juga berkata:
“Tahanlah dari kalian (jangan menyerang) orang ahli La ilaha ilallah (yakni orang muslim) janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa” pada versi yang lain “janganlah kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatu perbuatan”,(Dari Abdullah bin Umar, HR Ath Thabrahiy).
Kalau kita analisis, kedua hadits tersebut jelas menerangkan bahwa - kalau kita mengaku sebagai muslim - kita tidak boleh mengkafirkan karena itu urusan Tuhan. Inilah yg saya maksud, bahwa kaum fundamentalis telah percaya bahwa Tuhan telah mati sehingga mereka bebas mengkafirkan manusia. Padahal sesungguhnya Tuhan menyukai kebebasan berpendapat dan kebebasan berpikir. Ini adalah bukti bahwa Islam sungguh demokratis. Nabi SAW lagi-lagi pernah berkata:
 “Jangan melarang seseorang memberikan hak kepada manusia untuk mengatakan kebenaran jika dia mengetahuinya.” (HR Tirmidzi)
Maksud dari hadits tersebut secara term ialah bahwa manusia berhak mengekspresikan pendapatnya selama itu tidak menyalahi amar ma'ruf. Sedangkan acara-acara tersebut menyiratkan kepada kita bahwa hendaknya ilmu-ilmu mengenai berbagai hal - bahkan ilmu dari orang yg tidak beriman sekalipun - harus disampaikan agar orang-orang bisa menilai soal kebenarannya.
Terakhir, Islamku kini adalah Islam yg dijajah oleh kemandekan akal sehingga kebanyakan dari mereka bersikap tekstual terhadap kitab suci dan beriman tanpa mempergunakan akalnya. Apa bedanya dengan anjing yg beriman kepada tuannya? Kecuali bagi yg berpikir lalu beriman, maka dia akan merenungi satu hal, jika semua ciptaanNya adalah ilmu yg wajib dipikirkan, maka ia akan membiarkan acara yg demikian diselenggarakan agar ilmunya bertambah. Dengan bertambahnya ilmu, maka saya yakin bahwa keimanan akan muncul dengan sendirinya. Dalam Alqur'an disebutkan:
"Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (QS. ar-Ra‘d: 19)
Jadi, orang beriman tanpa berakal - seperti yg terjadi pada kaum fundamentalis yg membubarkan acara-acara tersebut - tidak bisa mengambil pelajaran. Selebihnya, saya menyerahkan kepada Tuhan atas apa yg telah terjadi karena saya tidak pumya legitimasi untuk mencap orang tersebut kafir atau tidak.
Mari kita renungkan!!!

0 comments:

Post a Comment

 
;