Friday, January 12, 2018

“Arti Revolusi Bagi Seorang Marxis”

Belakangan ini kita mengalami suatu masa dimana Demonstrasi menjadi satu-satunya jalan untuk menyatakan aspirasi rakyat. Kenapa saya berkata demikian, itu karena penyampaian aspirasi lewat tulisan hampir tidak pernah di dengar oleh pemerintah, padahal penyampaian aspirasi lewat tulisan lebih mengkaji mendalam soal kebijakan-kebijakan pemerintah dan dampaknya bagi rakyat. Pemerintah sekarang telah tuli atau buta (atau dibutakan) sehingga lewat tulisan pun tidak mampu untuk merubah sikapnya yang egois dan tidak memikirkan rakyat.
Terlepas dari penyampaian aspirasi lewat tulisan yang tidak pernah di tanggapi serius, Pemerintah terus mengeluarkan kebijakan-kebijakan luar biasa yang dampaknya membuat rakyat memutar otak untuk mengkajinya. Selain itu, pemerintah dengan beberapa kebijakannya yang luar biasa itu kadang menipu rakyat dengan dampak-dampak positif yang merupakan fakta belaka (sebagian besar). Kita tidak memunafikkan beberapa kebijakan yang memang pro rakyat seperti menurunkan harga BBM atau menaikkan UMR bagi kaum buruh dan kita juga tidak bisa memunafikkan kebijakan negatif yang katanya berdampak baik juga bagi rakyat nantinya seperti munculnya UU MD3 atau tentang investasi asing di Indonesia.

Beberapa elemen rakyat memang bersikap awam terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah karena mereka kebanyakan tidak mengerti. Dalam konsep makro ekonomi pun bukannya tidak berdampak besar kepada rakyat, tetapi kebanyakan rakyat memilih diam dalam persoalan ini karena itu hanya masalah luar biasa pemerintah yang tidak ada sangkut pautnya terhadap mikro ekonomi yang dikelola rakyat (menurut pendapat mereka).
Setiap kebijakan luar biasa yang di keluarkan pemerintah juga diperlukan kajian luar biasa juga yang tentunya tidak bisa dilakukan oleh masyarakat awam, maka dari itu diperlukannya elemen mahasiswa dalam kajian luar biasa tersebut. Tugas mahasiswa sebagai pemuda yang mengembangkan ilmu dan kajian, wajib untuk melakukan kajian luar biasa terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dan output dari kajian tersebut haruslah sederhana sehingga rakyat kebanyakan bisa mengerti apa yang dilakukan pemerintah dan dampaknya kepada mereka.
Kajian-kajian tersebut merupakan bagian awal dari suara aspirasi yang akan dikeluarkan nantinya. Saya tidak berpendapat setuju terhadap aksi yang tidak pernah didahului oleh kajian yang mendalam sehingga menimbulkan kesan negatif di mata rakyat awam. Diperlukannya kajian tersebut sebagai modal awal tuntutan aksi agar rakyat mengerti kenapa harus dikeluarkan suara aspirasi yang keras dari para demonstran, terlepas dari penghilangan kesan negatifnya.
Lepas dari persoalan kajian tersebut, mahasiswa yang melakukan kajian lebih mendalam tersebut harus menghasilkan tuntutan yang persuatif, tidak harus negatif, karena tidak semua kebijakan pemerintah itu merugikan. Tetapi setidaknya kita sebagai mahasiswa bisa memberikan pemahaman sederhana kepada rakyat terhadap kebijakan-kebijakan tersebut, pro maupun kontra.
Kebijakan mutakhir yang sedang dilancarkan pemerintah sekarang adalah kebijakan menaikkan harga BBM dan menghapus subsidi BBM disaat harga minyak dunia sedang turun. Naiknya harga BBM tersebut menimbulkan banyak kontra karena rakyat tidak melihat adanya inflasi minyak dunia ataupun efek krisis moneter dunia terhadap Indonesia, tetapi rakyat lebih melihat kebijakan ini untuk mendapatkan keuntungan dua ribu rupiah untuk dimasukkan ke kantong para mafia migas.
Seperti yang saya bilang tadi, kajian mendalam harus dilakukan para mahasiswa tentang persoalan ini. Kajian ini sungguh menarik karena berkaitan dengan naiknya rezim baru yang berjanji tidak akan menaikkan harga BBM sebelumnya. Aksi demonstrasi yang dilakukan para mahasiswa di Makassar, Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta pun dimaklumi (menurut saya) karena kebijakan aneh ini sungguh tidak masuk akal.
Menurut beberapa sumber, kebijakan menghapus subsidi BBM yang dilakukan pemerintah saat ini karena subsidi BBM yang selama ini diperlakukan tidak pernah tepat sasaran. 80% subsidi BBM lari ke penikmatnya yang berasal dari kalangan menengah keatas. Bisa disimpulkan bahwa yang menikmati subsidi BBM ya para kapitalis juga akhirnya.
Tetapi patut dikaji, kenapa subsidi BBM bisa salah sasaran. Menurut saya, itu karena tidak adanya perhatian pemerintah terhadap lokal SPBU di seluruh Indonesia, atau lebih tepatnya tidak ada pantauan secara mendalam terhadap kebijakan tersebut. Tidak adanya larangan yang tegas diberlakukan dalam menerapkan kebijakan subsidi tersebut. Untuk penghapusan subsidi BBM ini, akhirnya rakyat dipersalahkan lagi karena kelakuan para kapitalis yang mengambil jatah rakyat.
Kebijakan menaikkan harga BBM juga patut dikaji. Menurut sumber yang saya langsir, hasil dari kenaikan BBM yang nantinya berjumlah 252 triliun ini akan lari kepada pembangunan infrastruktur yang bersifat keras seperti pembangunan di bidang perhubungan dan pertanian. Tetapi pembangunan infrastruktur keras tersebut juga menimbulkan ambigu, para mahasiswa sepakat mengambil kesimpulan bahwa infrastruktur keras yang di bangun tersebut memang akan menimbulkan kemakmuran, tetapi tidak akan lama karena sifatnya fisik.
Menurut saya, kenapa pemerintah tidak membangun infrastruktur yang bersifat halus saja ? Infrastruktur yang bersifat halus yang dimaksudkan adalah pembangunan sumber daya manusia, pengelolaan alam, dan pembangunan UKM yang menopang perekonomian Negara. Infrastruktur keras yang dibangun tersebut mungkin akan berdampak positif, tetapi tidak demikian kepada rakyatnya yang masih di rundung masalah pemikiran dan kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas akan membuat kita kembali ke zaman Orde Baru yang mengefektifkan kekuasaan eksekutif dalam mengatur Negara.
Kembali ke masalah utama, apa arti demonstrasi bagi beberapa pihak ? Saya melakukan wawancara ke berbagai elemen rakyat mulai dari para kapitalis hingga para proletariat yang menduduki peringkat sebagai mayoritas rakyat Indonesia. Hasil dari wawancara tersebut beragam.
Menurut para kapitalis (dalam hal ini para pengusaha, pemilik modal, dan sejenisnya), aksi demonstrasi yang dilakukan para mahasiswa banyak merugikan mereka dalam perspektif ekonomi karena bisa mengganggu jalannya arus makro ekonomi yang selama ini berjalan efektif. Selain itu, aksi demonstrasi yang di ekspose media menghasilkan efek negatif terhadap indeks IHSG dan terutama turunnya nilai rupiah di pasaran. Itu bisa dimaklumi karena aksi yang demikian memang melemahkan ekonomi para kapitalis.
Di satu sisi, tanggapan beragam muncul di kalangan proletariat soal aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa. Tanggapan pertama bernilai negatif, menurut mereka, mahasiswa yang berdemo tidak jarang melakukan aksi anarkis dengan tuntutatn yang belum jelas sehingga menjerumuskan mereka sendiri ke persepsi negatif yang dilontarkan para proletariat. Walaupun niat mahasiswa yang berdemo sebenarnya baik dan sesuai dengan apa yang di harapkan rakyat.
Tanggapan positif juga muncul di kalangan proletariat. Menurut mereka, aksi demonstrasi yang dilakukan para mahasiswa sangat efektif membawa aspirasi rakyat secara cepat dibanding dengan aspirasi lewat tulisan. Hal ini jika dilakukan secara organisir dan serentak akan membawa dampak yang besar bagi perubahan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
Tanggapan-tanggapan tersebut merupakan bumbu-bumbu dari aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa. Para mahasiswa tersebut berjuang demi kepentingan rakyat yang banyak dan kadang mencemooh mereka sebagai kaum intelek yang tidak bertindak secara akademis.
Masalah dasarnya ialah apa arti demonstrasi menurut mahasiswa itu sendiri ? Saya sebagai seorang demonstran menilai para mahasiswa di masa sekarang melakukan aksi demonstrasi keluar dari koridor yang sebenarnya tentang demonstrasi itu sendiri. Kenapa saya berkata demikian ? Karena para mahasiswa dinilai tidak kritis dalam menanggapi berbagai kebijakan pemerintah yang ada termasuk kebijakan mutakhir yang baru-baru ini diberlakukan.
Sejak 1998, gerakan mahasiswa akhirnya menyalahi aturan demonstrasi yang selama ini dipegang teguh para aktivis mahasiswa angkatan 1998 kebawah. Aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa akhirnya hanya bersifat memblow up media agar aksi tersebut di liput oleh media dan berharap aliansi mahasiswa yang melakukan demonstrasi tersebut mendapatkan nama di kalangan pergerakan mahasiswa.
Hal tersebut sangat miris didengar, kajian yang tidak mendalam dan soal tuntutan yang kurang jelas menyebabkan kurangnya kepercayaan rakyat kepada para mahasiswa sebagai garis depan penyuara aspirasi. Kalau sudah begini, apa yang harus dilakukan kita sebagai mahasiswa dalam menanggapi persoalan yang demikian ?
Mahasiswa harus menyelami arti demonstrasi itu sendiri secara mendalam sebelum melakukan aksi turun ke jalan agar mendapat simpati dari rakyat sehingga rakyat mendukung aksi tersebut. Caranya ? Sosialisasikan tuntutan-tuntutan hasil kajian tersebut kepada rakyat sehingga rakyat dapat paham tentang efek negatif ataupun efek positif yang dihasilkan kebijakan pemerintahan yang ada.
Efek dari demonstrasi yang terorganisir tersebut akan menghasilkan suatu output yang positif, walaupun kita kalah sebagai mahasiswa demonstran, tetapi saya yakin rakyat sudah bisa memilih mana yang benar mana yang tidak. Pemahaman tersebut akan menimbulkan aksi massa yang lebih masif lagi dan pemerintah akhirnya memahami tuntutan tersebut.
Lepas dari masalah demonstrasi yang menimbulkan kesan negatif di kalangan rakyat. Krisis kepercayaan rakyat terhadap mahasiswa akhirnya bisa terselesaikan dengan kajian-kajian luar biasa dengan hasil tuntutan yang bisa dimengerti rakyat. Langkah selanjutnya adalah sebuah revolusi masif.
Terkadang pemerintah memang benar-benar tuli dan tidak mau mendengar aspirasi sama sekali karena menurut mereka, kebijakan yang kontra rakyat tersebut selalu menguntungkan pihak mereka sebagai penguasa. Memang dari dulu, kebijakan-kebijakan kontra rakyat yang dihasilkan pemerintah nyatanya menguntungkan pihak kapitalis dan para penguasa yang borjuis. Maka diperlukan suatu pergerakan revolusi secara besar-besaran untuk menumbangkan pemerintah yang demikian.
Sikap mahasiswa yang revolusioner harusnya bisa jadi penggerak aksi massa yang revolusioner dan terorganisir. Tetapi akhirnya kembali ke masalah awal, sebuah revolusi juga harus mengumpulkan bahan kajian yang lebih dalam juga sehingga kita tidak perlu susah payah mengeluarkan alasan yang bisa menjatuhkan pemerintah.
Beberapa aksi demonstrasi yang dilakukan di berbagai daerah dengan tuntutan yang cukup beralasan bisa menjadi penggerak motor revolusi yang lebih matang lagi. Diperlukannya sebuah aksi revolusi jika pemerintah memang benar-benar tuli dan tidak peduli soal tuntutan tersebut.
Tan Malaka mengemukakan pendapatnya soal revolusi dalam bukunya Aksi Massa yang menyebutkan bahwa revolusi harus dilakukan oleh kalangan mayoritas, terorganisir, terstruktur, dan kajiannya jelas. Prinsip-prinsip revolusi tersebut lah yang membuat revolusi di Uni Soviet pada tahun 1917 mencapai keberhasilan dan revolusi kebudayaan di Cina mencapai kesuksesan.
Kegagalan revolusi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak adanya massa yang berdiri di satu tuntutan, kurang terorganisir dan tidak pernah bersifat sosialis dalam meyampaikan pendapat atau tidak bisa menggugurkan ego masing-masing dalam menyampaikan tuntutan.
Terkadang aksi demonstrasi hanya bersifat emosional karena para mahasiswa yang intelek tidak pernah bertindak akademis dalam melakukan aksi tersebut. Aksi tersebut berujung anarkis dan menimbulkan dampak negatif dan persepsi negatif. Naluri keremajaan mahasiswa belum habis ketika aksi tersebut mereka laksanakan.
Kalau sudah begini, kita perlu mereformasi diri kita sendiri sebagai mahasiswa sebelum mereformasi pemerintahan yang bersifat lebih penting lagi. Jika aksi massa yang dilakukan oleh para mahasiswa sudah berada dalam koridornya, bukan tidak mungkin aksi revolusi bisa dilakukan.
Saya pribadi sebagai mahasiswa memang menginginkan sebuah revolusi untuk menghasilkan output pemerintahan yang lebih merakyat, tetapi sebuah revolusi perlu kajian dan perjalanan yang panjang agar bisa menjadi revolusi yang nyata. Kebetulan para mahasiswa sekarang tidak bertindak sebagaimana tugas mahasiswa yang sebenarnya sebagai motor penggerak revolusi rakyat.
Internal kampus perlu di benahi, mahasiswa perlu diberikan pemahaman, dan perlunya membangkitkan semangat revolusi di kalangan mahasiswa merupakan tugas-tugas pertama seorang revolusioner dalam mengkonsolidasikan massa yang intelek.
Berikut merupakan suatu agenda demonstrasi atau revolusi yang harus dilakukan oleh para revolusioner dalam menggulingkan pemerintah yang kontra rakyat :
  1. Perlunya sosialisasi tentang tugas mahasiswa sebagai pengembang ilmu, hal ini dikarenakan ilmu yang diberikan dosen kepada mahasiswa kuantitasnya hanya 10%, sisanya adalah tugas mahasiswa untuk beropini sesuai dengan koridor keilmuannya masing-masing.
  2. Memperbanyak diskusi di kalangan mahasiswa agar mahasiswa sadar akan tugasnya sebagai motor penggerak bangsa, bukan sebagai pemuda yang akhirnya menjadi awam juga seperti rakyat kebanyakan. Dalam diskusi tersebut, para revolusioner harus memberikan pemahaman akan pentingnya tugas mahasiswa sebagai pengembang ilmu dan pelaksana praktek dari keilmuan tersebut.
  3. Sosialisasi dan diskusi tersebut akan membuka mata para mahasiswa yang sadar akan tugasnya sebagai motor penggerak bangsa. Selanjutnya kita akan memberikan pemahaman akan pentingnya arti kritis. Disini kita akan mencapai tahap tugas mahasiswa yang bukan hanya sebagai pengembang ilmu, tetapi sebagai pengamat dan pemerhati pemerintah.
  4. Mahasiswa sebagai pengamat saja tidak cukup, tingkat selanjutnya adalah mahasiswa harus melakukan tugasnya sebagai pengawas pemerintah dalam setiap kebijakannya. Tentunya kritis yang dilakukan mahasiswa harus disertai solusi-solusi yang sifatnya pro rakyat dan pro Negara.
  5. Jiwa mahasiswa yang sudah menggelora akibat dari sosialisasi dan diskusi tersebut, apalagi ditambah dengan sikapnya yang sudah menjadi pemerhati pemerintah akan timbul. Terlepas dari semangat tersebut, mahasiswa harus memakai akalnya dalam menghadapi setiap kebijakan yang ada, bukan dalam konteks yang emosional.
  6. Ketika kebijakan pemerintah bersifat kontra rakyat, maka demonstrasi diperlukan dan akan bersifat masif ketika para revolusioner sanggup menjaring massa yang intelek dan melek akan kebijakan tersebut. Disini tugas mahasiswa harusnya naik menjadi motor penggerak massa yang bersifat akademis.
  7. Dalam menjalankan demonstrasi, mahasiswa harus bertindak akademis, artinya harus dalam koridornya sebagai mahasiswa yang mengerti jalannya demonstrasi. Harusnya tindakan provokatif tidak dilakukan ketika demonstrasi sedang terjadi. Ketika aparat melakukan tindakan provokatif pun, mahasiswa tidak boleh mengandalkan emosinya semata.
  8. Ketika bentrok tidak bisa di hindarkan, mahasiswa sebagai motor penggerak massa harusnya berada di garis depan untuk menghadapi aparat yang tidak menanggapi persoalan aspirasi tersebut. Sesuai dengan sumpahnya yang rela mati demi rakyat.
  9. Ketika berbagai aksi demonstrasi tidak pernah di tanggapi oleh pemerintah. Disini tugas mahasiswa naik menjadi motor penggerak bangsa. Para revolusioner harus menggerakkan aksi massa yang lebih masif dan tergabung dalam satu tujuan untuk melakukan revolusi.
  10. Jika pemerintah memang benar-benar sudah tuli, revolusi diperlukan untuk mengkudeta pemerintahan tersebut dan menggantinya dengan membentuk dewan rakyat yang terdiri dari para rakyat yang lebih mengerti persoalan negaranya daripada kalangan borjuis yang hanya mengerti persoalan pribadinya.

Dewan rakyat tersebut harus terdiri dari para buruh dan tani dan kaum intelek yang harusnya lebih mengerti persoalan bangsa. Artinya Dewan rakyat tersebut harus bersifat proletariat. Ini yang membedakan Dewan rakyat dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang pada saat ini di duduki oleh para pejabat yang tuli.
Akhirnya kita mencapai suatu kesimpulan yang mendasar, yaitu arti demonstrasi sebagai jalan satu-satunya menyuarakan aspirasi rakyat haruslah bersifat akademis dan bisa menarik simpati rakyat agar rakyat menilai pemerintah sesuai dengan kajian luar biasa yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Sedangkan arti revolusi itu sendiri lebih kepada pergerakan rakyat yang lebih masif lagi sebagai tindakan untuk merubah Negara agar lebih baik lagi. Hasil dari sebuah revolusi adalah terbentuknya suatu Dewan Rakyat yang bersifat proletariat dan pro rakyat.
Kebijakan mutakhir pemerintah tentang menghapus subsidi BBM dan menaikkan harga BBM harus di sikapi demikian sehingga rakyat tidak salah tanggap tentang arti pentingnya sebuah kebijakan yang kontra rakyat atau arti buruknya barangkali. Kajian harus lebih mendalam lagi, karena persoalan ini sungguh aneh, demikian menurut saya.
Tetapi setidaknya untuk revolusi, kita harus menunggu terlebih dahulu apakah pemerintahan sekarang perlu digulingkan melalui jalan revolusi atau lebih bersifat pro rakyat sehingga revolusi tidak diperlukan. Demikian tanggapan saya tentang arti demonstrasi dan revolusi terkait dengan kebijakan pemerintah yang mutakhir ini.

0 comments:

Post a Comment

 
;