Friday, January 5, 2018

“Menganalisis Materialisme Dan Kaitannya Dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan”

Materialisme adalah suatu cabang filsafat yang mulai berkembang sejak zaman Yunani Kuno. Materialisme muncul sebagai hasil revolusioner dari pergerakan pola pikir manusia mulai dari khayali dan imajinasi menjadi realita dan ide. Materialisme muncul sebagai reaksi atas ketidakpuasan para ahli filsafat atas kabut kebenaran yang tersembunyi akibat mitos – mitos, dewa – dewa, dan mitologi yang membodohkan masyarakat.
Reaksi atas takhayul dan mitos ini muncul karena takhayul akan dewa – dewa dan mitologi bersifat abstrak, artinya tidak pernah bisa terbayang oleh akal. Hal inilah yang membuat manusia bodoh. Manusia memuja dewa – dewi Olympian namun tidak pernah manusia lihat rupanya, yang mereka tahu, dewa – dewi itu berada di puncak Olympus tanpa penjelasan ilmiah dan empiris. Para filsuf akhirnya tampil sebagai reaksi atas takhayul tersebut. Filsuf Materialisme pertama dunia adalah Thales dengan konsep penciptaan alam semestanya yang berasal dari air. Munculnya Thales dianggap sebagai kebangkitan dari ilmu pengetahuan manusia yang ilmiah. Setelah Thales, ada Anaximenes, Empicurus, Anaxagoras, dan Phytagoras. Pernyataan Phytagoras yang menyebutkan alam semesta adalah semacam kumpulan perhitungan – perhitungan matematika yang empiris juga dianggap sebagai babak baru kemajuan ilmu pengetahuan.
Lalu Materialisme terus berkembang hingga munculnya Aristoteles yang bersifat Idealis. Hancurnya Materialisme Yunani Kuno di tutupi dengan munculnya Idealisme dan Filsafat Etika dari Romawi Kuno. Setelah munculnya agama Kristen, maka manusia akhirnya menjadi budak dari Metafisika. Mereka akhirnya menjadi manusia – manusia yang bersedia menjadi hamba Tuhan tanpa pemikiran yang rasional terhadap agamanya. Materialisme mulai tidak di korek orang karena adanya paranoid yang muncul akibat dogmatis gereja pada masa abad kegelapan.

Di tempat lain, dunia Islam mulai mencerahkan wilayah dari Delhi hingga Granada. Para pemikir Islam juga mulai mengembangkan filsafat Idealisme Yunani Kuno yang menyebabkan peradaban Islam lebih maju selangkah dua langkah di bandingkan dengan peradaban Eropa yang tunduk pada kekuasaan gereja. Kontradiksi seperti ini akhirnya saling bertemu di Andalusia pada masa keemasan Granada.
Materialisme belum berkembang hingga munculnya filsuf – filsuf semi Atheis yang mengembangkan beberapa aliran filsafat yang berkembang dari Materialisme dan Idealisme seperti Rene Descartes dengan Rasionalismenya dan August Comte dengan Positivismenya. Perkembangan filsafat tersebut akhirnya mulai membuka tabir Materialisme yang dilahirkan kembali dalam bentuk modernnya. Tapi percaya atau tidak, Materialisme modern lahir dari Idealisme klasik. Para filsuf Materialisme modern berhasil mengkritik Idealisme dengan keras sehingga Idealisme menjadi usang. Akhirnya Materialisme tampil di permukaan ketika Hegel, seorang filsuf idealis Jerman tampil sebagai filsuf klasik Jerman terakhir.
Murid Hegel sangat banyak, mereka terbagi atas dua kubu yaitu Hegelian Kiri dan Hegelian Kanan. Hegelian Kiri percaya bahwa ide absolut yang dikembangkan pemikirannya oleh Hegel merupakan hasil representasi dari otak manusia. Sedangkan Hegelian Kanan mempertahankan pemikiran Hegel yang menyatakan bahwa adanya “Ide absolut” yang menjadi awal mula dari segalanya. Hegel juga percaya bahwa peristiwa sejarah terjadi akibat dari ide yang saling bertentangan. Dari teori kesejarahan tersebut lahirlah apa yang disebut dengan Dialektika, hukum Dialektika menjadi suatu yang penting dalam filsafat Materialisme modern.
Lalu muncul Feuerbach dan Marx yang mulai melihat masalah dan sejarah dari perspektif realita yang sebenarnya dan rasional. Dari mereka berdualah, Materialisme menjadi suatu pemikiran yang diperhitungkan oleh masyarakat. Perkembangan Materialisme mencapai puncaknya ketika Marxisme mengembangkan suatu perpaduan antara Materialisme dengan Dialektika dan penerapan Materialisme dalam teori kesejarahan yang disebut Materialisme Historis yang menjadi dasar dari pemikiran Marxisme.
Ketika Uni Soviet runtuh, maka seketika Materialisme runtuh dengan segala pemikirannya. Materialisme mengalami pendangkalan pemikiran, para filsuf sofisme Materialis hadir untuk menyerang Materialisme dari dalam. Ketika para ahli mulai menemukan elektron, sejak itulah Materialisme mengalami pendangkalan filsafat. Lenin sebagai seseorang Marxisme yang mempunyai pengaruh besar terhadap Komunisme akhirnya menyerang para pendangkal Materialisme lewat bukunya yang berjudul “Materialisme dan Empiriokritisme”. Lenin menjawab bahwa berkembangnya ilmu pengetahuan malah membuat Materialisme menjadi semakin berkembang. Hal ini justru akan mematikan pemikiran Idealisme yang selama ini menjadi pegangan para pendogma ilmu pengetahuan.
Sekarang setelah mengetahui perkembangan Materialisme secara singkat, mari kita sejenak menganalisis Materialisme dari perspektif Marxisme secara keseluruhan. Menganalisis Materialisme, berarti kita harus berpikir rasional, masuk akal, realita, dan terbebas dari takhayul pemikiran yang ada. Berpikir Materialisme berarti menciptakan keadaan alam pikiran sesuai dengan apa yang dirasakan oleh indra kita. Terlepas dari pemahaman perasaan dan mitos serta ramalan yang belum jelas dasarnya. Puncak kritik manusia haruslah dari Materialisme, bukan sebagai kritik yang seenaknya tentang dunia, tetapi kritik yang bersifat ilmiah. Maka dari itu, Materialisme tidak pernah lepas dari pemahaman ilmiah.
Sekarang kita dihadapi oleh kritik atas Materialisme yang dilakukan oleh dogmatis agama dan Idealisme tanpa ada dasar yang mengikat kritik tersebut. Dengan mudahnya mereka mendangkalkan Materialisme sebagai suatu filsafat yang usang. Padahal disadari atau tidak, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka Materialisme menjadi suatu filsafat yang berkembang mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan tersebut. Analoginya, jika seorang ilmuwan berhasil menciptakan partikel Tuhan, maka dia berhasil membuat pemikiran tentang realitas dari Big Bang itu berkembang. Hal ini membuat pemikiran Materialis tentang sesuatu yang berawal dari materi pun akhirnya berkembang.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat di dasari oleh penemuan – penemuan mutakhir yang berkaitan dengan gerak. Maka terbuktilah dialektika materi ketika awal mula alam semesta adalah Big Bang. Kumpulan dari materi – materi yang saling berkontradiksi dan akhirnya menghasilkan suatu ledakan dahsyat yang menciptakan alam semesta sedemikian rupa. Materi dalam alam semesta terus mengembang akibat kontradiksi – kontradiksi kuat sehingga menghasilkan evolusi antar galaksi, bintang, planet, hingga materi yang ada di dalamnya. 
Makhluk hidup yang ada di dalam planet seperti bumi akhirnya juga berkembang sedemikian rupa. Perkembangan makhluk hidup juga di dasari atas perkembangan akal dan pikiran yang mereka punya. Tingkat akhir dari perkembangan tersebut adalah manusia. Manusia pertama adalah Adam, intelektual manusia berkembang begitu pesat mulai dari adanya Adam hingga munculnya peradaban – peradaban besar dunia seperti Lembah Sungai Indus dan Mesopotamia. Sejarah mencatat bahwa sejak adanya alam semesta, peristiwa – peristiwa yang telah menjadi sejarah merupakan semacam kumpulan pertentangan – pertentangan yang menghasilkan hal baru. Pertentangan – pertentangan tersebut di dasari oleh materi – materi yang tak pernah diam, terus bergerak menghasilkan ide – ide yang menjadi bagian dari inti peristiwa sejarah tersebut.
Kaum Materialisme membagi sejarah manusia menjadi 4 tahap yaitu tahap masyarakat komunal purba, tahap masyarakat feudal, tahap masyarakat kapitalisme, dan tahap masyarakat komunal modern atau yang biasa di sebut tahap masyarakat sosialisme. Pembagian atas tahapan tersebut di dasarkan pada pertentangan – pertentangan akibat faktor ekonomi. Namun Materialisme Historis tidak sedangkal itu dalam memahami sejarah. Saya paham bahwa orang – orang anti Marxis bahkan mengkritik Materialisme Historis karena generalisasi sejarah yang hanya buntu pada ke ekonomian saja. 
Kritik tersebut tiada berdasar, mereka benar – benar melakukan pendangkalan tersebut secara vulgar. Pendangkalan kritik tersebut terjadi karena orang – orang Idealisme dan anti Marxis lainnya hanya melihat Materialisme Historis dari satu sisi. Mereka benar – benar jadi buta akan pengetahuan sejarah. Bagaimana mereka menilai pertentangan dan pergerakan materi tersebut sebagai dasar dari peristiwa sejarah ?
Materialisme Historis memandang bahwa sejarah tersebut di hasilkan atas pertentangan – pertentangan bukan hanya dari perspektif ekonomi saja, namun dari segala aspek kebutuhan sehingga hasil pertentangan tersebut menjadi sedemikian kompleksnya. Hasil – hasil tersebut akan terus melakukan pertentangan abadi sehingga selalu menghasilkan sesuatu dan peristiwa yang baru, tidak ada yang namanya “kebenaran absolut” ala Hegel. Semua pertentangan tersebut subjeknya adalah materi termasuk manusia, bukan ide ataupun jiwa. Ide merupakan sebuah hasil kerja otak yang menjadi predikat dari peristiwa sejarah tersebut. 
Bagaimana dengan pendangkalan Materialisme dengan dasar perkembangan data dan fakta pengamatan materi sub atomic ? Hal ini pernah di ungkapkan Lenin dalam bukunya Materialisme dan Empiriokritisme, Lenin mengkritik kaum Machian dan empiriokritian. Lenin mengatakan bahwa kedua aliran filsafat tersebut merupakan Positivisme gaya baru yang mendasari teori dari Kant dan Comte. Mereka bersembunyi di balik layar Materialisme. Banyak dari mereka yang melakukan pendangkalan Materialisme atas dasar dari pernyataan Uskup Berkeley dan pernyataan Idealis lainnya. Dengan sadar mereka membuat Materialisme menjadi kotor sedemikian rupa.
Dalam hal ini, Lenin mungkin sangat di pengaruhi oleh tulisan Engels yang berjudul Ludwig Feuerbach dan Akhir Filsafat Klasik Jerman dalam melawan kritik kaum Machian tersebut. Lenin menyatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan hingga menemukan electron merupakan bagian dari perkembangan Materialisme juga.
Berkembangnya teori Big Bang juga merupakan kemenangan bagi kaum Materialisme. Partikel sub atomic seperti electron yang dianggap oleh kaum agnostisik sebagai partikel yang belum tentu kebenarannya karena sifatnya yang mikroskopik menandakan kebenaran akan Idealisme, namun jika kita lihat dari perspektif Materialisme, Elektron tersebut di dasarkan fakta dan data yang akurat. Mungkin kita juga mengambil perkataan Engels yang menyatakan bahwa teori Copernican yang muncul juga masih berupa hipotesa hingga ratusan tahun kemudian menjadi sebuah kebenaran ilmiah karena di buktikan oleh Kepler dan dedengkot Astronomi lainnya seperti Einstein dan akhirnya Neil Amstrong.
Bagaimana dengan partikel ? Jika perkembangan ilmu pengetahuan memadai, bukan tidak mungkin kita bisa membuktikan bahwa electron itu merupakan sifat dasarnya materi. Atau lebih kecil lagi yaitu partikel quark. Awalnya memang merupakan penelitian yang bersifat hipotesa karena di dukung oleh fakta – fakta empiris yang sifatnya tidak jauh berbeda dengan konspirasi karena realitasnya belum terlihat. 

Disini bisa disimpulkan bahwa ini bukanlah kekalahan Materialisme, melainkan merupakan sebuah perkembangan pesat Materialisme. Perkembangan Materialisme dan ilmu pengetahuan mengikut koordinat Awalnya memang merupakan penelitian yang bersifat hipotesa karena di dukung oleh fakta – fakta empiris yang sifatnya tidak jauh berbeda dengan konspirasi karena realitasnya belum terlihat.
Disini bisa disimpulkan bahwa ini bukanlah kekalahan Materialisme, melainkan merupakan sebuah perkembangan pesat Materialisme. Perkembangan Materialisme dan ilmu pengetahuan mengikut koordinat yang sejajar, bukan berbanding terbalik. Namun, Materialisme sudah melaju lebih selangkah dari pada ilmu pengetahuan karena sudah bisa membuktikan hadirnya materi dan pergerakannya daripada ilmu pengetahuan yang membutuhkan penelitian dan pengamatan lebih lanjut lagi karena itu sudah merupakan tahapan dan metode yang empiris.

Begitulah kaum Materialis selalu di kritik, namun para dedengkotnya berhasil menyingkirkan kritik tersebut dan menyerang mereka dengan kritik yang membuat mereka mati. Kritik mereka tiada berdasar dan salah besar. Jika kita berhasil mengkaji lebih dalam tentang Materialisme maka tidak ada yang lebih sempurna di banding dengan Materialisme. Semua kejadian dan peristiwa di jelaskan secara ilmiah dan rasional. Hal inilah yang membuat Materialisme sejalan dengan sejarah dan ilmu pengetahuan. Maka tidak heran Marxisme menganalisis situasi social ekonomi masyarakat berdasarkan Materialisme yang diramu menjadi Materialisme Historis dan Materialisme Dialektika. Kedua bentuk filsafat tersebut tidak pernah usang di terpa zaman karena memberikan solusi – solusi dengan kajian ilmiah sehingga masuk akal di banding dengan Idealisme yang memberikan solusi di luar pemahaman dan akal manusia. Musnah lah takhayul dan mitos. Khusus keagamaan, maka saya berusaha membuat agama tersebut rasional.

0 comments:

Post a Comment

 
;