Materialisme adalah suatu cabang filsafat yang mulai
berkembang sejak zaman Yunani Kuno. Materialisme muncul sebagai hasil
revolusioner dari pergerakan pola pikir manusia mulai dari khayali dan
imajinasi menjadi realita dan ide. Materialisme muncul sebagai reaksi atas
ketidakpuasan para ahli filsafat atas kabut kebenaran yang tersembunyi akibat
mitos – mitos, dewa – dewa, dan mitologi yang membodohkan masyarakat.
Reaksi atas takhayul dan mitos ini muncul karena takhayul akan
dewa – dewa dan mitologi bersifat abstrak, artinya tidak pernah bisa terbayang
oleh akal. Hal inilah yang membuat manusia bodoh. Manusia memuja dewa – dewi
Olympian namun tidak pernah manusia lihat rupanya, yang mereka tahu, dewa –
dewi itu berada di puncak Olympus tanpa penjelasan ilmiah dan empiris. Para
filsuf akhirnya tampil sebagai reaksi atas takhayul tersebut. Filsuf
Materialisme pertama dunia adalah Thales dengan konsep penciptaan alam
semestanya yang berasal dari air. Munculnya Thales dianggap sebagai kebangkitan
dari ilmu pengetahuan manusia yang ilmiah. Setelah Thales, ada Anaximenes,
Empicurus, Anaxagoras, dan Phytagoras. Pernyataan Phytagoras yang menyebutkan
alam semesta adalah semacam kumpulan perhitungan – perhitungan matematika yang
empiris juga dianggap sebagai babak baru kemajuan ilmu pengetahuan.
Lalu Materialisme terus berkembang hingga munculnya
Aristoteles yang bersifat Idealis. Hancurnya Materialisme Yunani Kuno di tutupi
dengan munculnya Idealisme dan Filsafat Etika dari Romawi Kuno. Setelah
munculnya agama Kristen, maka manusia akhirnya menjadi budak dari Metafisika.
Mereka akhirnya menjadi manusia – manusia yang bersedia menjadi hamba Tuhan
tanpa pemikiran yang rasional terhadap agamanya. Materialisme mulai tidak di
korek orang karena adanya paranoid yang muncul akibat dogmatis gereja pada masa
abad kegelapan.
Di tempat lain, dunia Islam mulai mencerahkan wilayah dari
Delhi hingga Granada. Para pemikir Islam juga mulai mengembangkan filsafat
Idealisme Yunani Kuno yang menyebabkan peradaban Islam lebih maju selangkah dua
langkah di bandingkan dengan peradaban Eropa yang tunduk pada kekuasaan gereja.
Kontradiksi seperti ini akhirnya saling bertemu di Andalusia pada masa keemasan
Granada.
Materialisme belum berkembang hingga munculnya filsuf – filsuf
semi Atheis yang mengembangkan beberapa aliran filsafat yang berkembang dari
Materialisme dan Idealisme seperti Rene Descartes dengan Rasionalismenya dan
August Comte dengan Positivismenya. Perkembangan filsafat tersebut akhirnya
mulai membuka tabir Materialisme yang dilahirkan kembali dalam bentuk
modernnya. Tapi percaya atau tidak, Materialisme modern lahir dari Idealisme
klasik. Para filsuf Materialisme modern berhasil mengkritik Idealisme dengan
keras sehingga Idealisme menjadi usang. Akhirnya Materialisme tampil di
permukaan ketika Hegel, seorang filsuf idealis Jerman tampil sebagai filsuf
klasik Jerman terakhir.
Murid Hegel sangat banyak, mereka terbagi atas dua kubu yaitu
Hegelian Kiri dan Hegelian Kanan. Hegelian Kiri percaya bahwa ide absolut yang
dikembangkan pemikirannya oleh Hegel merupakan hasil representasi dari otak
manusia. Sedangkan Hegelian Kanan mempertahankan pemikiran Hegel yang
menyatakan bahwa adanya “Ide absolut” yang menjadi awal mula dari segalanya.
Hegel juga percaya bahwa peristiwa sejarah terjadi akibat dari ide yang saling
bertentangan. Dari teori kesejarahan tersebut lahirlah apa yang disebut dengan
Dialektika, hukum Dialektika menjadi suatu yang penting dalam filsafat
Materialisme modern.
Lalu muncul Feuerbach dan Marx yang mulai melihat masalah dan
sejarah dari perspektif realita yang sebenarnya dan rasional. Dari mereka
berdualah, Materialisme menjadi suatu pemikiran yang diperhitungkan oleh
masyarakat. Perkembangan Materialisme mencapai puncaknya ketika Marxisme
mengembangkan suatu perpaduan antara Materialisme dengan Dialektika dan
penerapan Materialisme dalam teori kesejarahan yang disebut Materialisme
Historis yang menjadi dasar dari pemikiran Marxisme.
Ketika Uni Soviet runtuh, maka seketika Materialisme runtuh
dengan segala pemikirannya. Materialisme mengalami pendangkalan pemikiran, para
filsuf sofisme Materialis hadir untuk menyerang Materialisme dari dalam. Ketika
para ahli mulai menemukan elektron, sejak itulah Materialisme mengalami
pendangkalan filsafat. Lenin sebagai seseorang Marxisme yang mempunyai pengaruh
besar terhadap Komunisme akhirnya menyerang para pendangkal Materialisme lewat
bukunya yang berjudul “Materialisme dan Empiriokritisme”. Lenin menjawab bahwa
berkembangnya ilmu pengetahuan malah membuat Materialisme menjadi semakin
berkembang. Hal ini justru akan mematikan pemikiran Idealisme yang selama ini
menjadi pegangan para pendogma ilmu pengetahuan.
Sekarang setelah mengetahui perkembangan Materialisme secara
singkat, mari kita sejenak menganalisis Materialisme dari perspektif Marxisme
secara keseluruhan. Menganalisis Materialisme, berarti kita harus berpikir
rasional, masuk akal, realita, dan terbebas dari takhayul pemikiran yang ada.
Berpikir Materialisme berarti menciptakan keadaan alam pikiran sesuai dengan
apa yang dirasakan oleh indra kita. Terlepas dari pemahaman perasaan dan mitos
serta ramalan yang belum jelas dasarnya. Puncak kritik manusia haruslah dari
Materialisme, bukan sebagai kritik yang seenaknya tentang dunia, tetapi kritik
yang bersifat ilmiah. Maka dari itu, Materialisme tidak pernah lepas dari
pemahaman ilmiah.
Sekarang kita dihadapi oleh kritik atas Materialisme yang
dilakukan oleh dogmatis agama dan Idealisme tanpa ada dasar yang mengikat
kritik tersebut. Dengan mudahnya mereka mendangkalkan Materialisme sebagai
suatu filsafat yang usang. Padahal disadari atau tidak, seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka Materialisme menjadi suatu
filsafat yang berkembang mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan tersebut.
Analoginya, jika seorang ilmuwan berhasil menciptakan partikel Tuhan, maka dia
berhasil membuat pemikiran tentang realitas dari Big Bang itu berkembang. Hal
ini membuat pemikiran Materialis tentang sesuatu yang berawal dari materi pun
akhirnya berkembang.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat di dasari oleh
penemuan – penemuan mutakhir yang berkaitan dengan gerak. Maka terbuktilah
dialektika materi ketika awal mula alam semesta adalah Big Bang. Kumpulan dari
materi – materi yang saling berkontradiksi dan akhirnya menghasilkan suatu
ledakan dahsyat yang menciptakan alam semesta sedemikian rupa. Materi dalam
alam semesta terus mengembang akibat kontradiksi – kontradiksi kuat sehingga
menghasilkan evolusi antar galaksi, bintang, planet, hingga materi yang ada di
dalamnya.
Makhluk hidup yang ada di dalam planet seperti bumi akhirnya
juga berkembang sedemikian rupa. Perkembangan makhluk hidup juga di dasari atas
perkembangan akal dan pikiran yang mereka punya. Tingkat akhir dari
perkembangan tersebut adalah manusia. Manusia pertama adalah Adam, intelektual
manusia berkembang begitu pesat mulai dari adanya Adam hingga munculnya
peradaban – peradaban besar dunia seperti Lembah Sungai Indus dan Mesopotamia.
Sejarah mencatat bahwa sejak adanya alam semesta, peristiwa – peristiwa yang
telah menjadi sejarah merupakan semacam kumpulan pertentangan – pertentangan
yang menghasilkan hal baru. Pertentangan – pertentangan tersebut di dasari oleh
materi – materi yang tak pernah diam, terus bergerak menghasilkan ide – ide yang
menjadi bagian dari inti peristiwa sejarah tersebut.
Kaum Materialisme membagi sejarah manusia menjadi 4 tahap
yaitu tahap masyarakat komunal purba, tahap masyarakat feudal, tahap masyarakat
kapitalisme, dan tahap masyarakat komunal modern atau yang biasa di sebut tahap
masyarakat sosialisme. Pembagian atas tahapan tersebut di dasarkan pada
pertentangan – pertentangan akibat faktor ekonomi. Namun Materialisme Historis
tidak sedangkal itu dalam memahami sejarah. Saya paham bahwa orang – orang anti
Marxis bahkan mengkritik Materialisme Historis karena generalisasi sejarah yang
hanya buntu pada ke ekonomian saja.
Kritik tersebut tiada berdasar, mereka benar – benar melakukan
pendangkalan tersebut secara vulgar. Pendangkalan kritik tersebut terjadi
karena orang – orang Idealisme dan anti Marxis lainnya hanya melihat
Materialisme Historis dari satu sisi. Mereka benar – benar jadi buta akan
pengetahuan sejarah. Bagaimana mereka menilai pertentangan dan pergerakan
materi tersebut sebagai dasar dari peristiwa sejarah ?
Materialisme Historis memandang bahwa sejarah tersebut di
hasilkan atas pertentangan – pertentangan bukan hanya dari perspektif ekonomi
saja, namun dari segala aspek kebutuhan sehingga hasil pertentangan tersebut
menjadi sedemikian kompleksnya. Hasil – hasil tersebut akan terus melakukan
pertentangan abadi sehingga selalu menghasilkan sesuatu dan peristiwa yang
baru, tidak ada yang namanya “kebenaran absolut” ala Hegel. Semua pertentangan
tersebut subjeknya adalah materi termasuk manusia, bukan ide ataupun jiwa. Ide
merupakan sebuah hasil kerja otak yang menjadi predikat dari peristiwa sejarah
tersebut.
Bagaimana dengan pendangkalan Materialisme dengan dasar
perkembangan data dan fakta pengamatan materi sub atomic ? Hal ini pernah di
ungkapkan Lenin dalam bukunya Materialisme dan Empiriokritisme, Lenin
mengkritik kaum Machian dan empiriokritian. Lenin mengatakan bahwa kedua aliran
filsafat tersebut merupakan Positivisme gaya baru yang mendasari teori dari
Kant dan Comte. Mereka bersembunyi di balik layar Materialisme. Banyak dari
mereka yang melakukan pendangkalan Materialisme atas dasar dari pernyataan
Uskup Berkeley dan pernyataan Idealis lainnya. Dengan sadar mereka membuat
Materialisme menjadi kotor sedemikian rupa.
Dalam hal ini, Lenin mungkin sangat di pengaruhi oleh tulisan
Engels yang berjudul Ludwig Feuerbach dan Akhir Filsafat Klasik Jerman dalam
melawan kritik kaum Machian tersebut. Lenin menyatakan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan hingga menemukan electron merupakan bagian dari perkembangan
Materialisme juga.
Berkembangnya teori Big Bang juga merupakan kemenangan bagi
kaum Materialisme. Partikel sub atomic seperti electron yang dianggap oleh kaum
agnostisik sebagai partikel yang belum tentu kebenarannya karena sifatnya yang
mikroskopik menandakan kebenaran akan Idealisme, namun jika kita lihat dari
perspektif Materialisme, Elektron tersebut di dasarkan fakta dan data yang
akurat. Mungkin kita juga mengambil perkataan Engels yang menyatakan bahwa
teori Copernican yang muncul juga masih berupa hipotesa hingga ratusan tahun
kemudian menjadi sebuah kebenaran ilmiah karena di buktikan oleh Kepler dan
dedengkot Astronomi lainnya seperti Einstein dan akhirnya Neil Amstrong.
Bagaimana dengan partikel ? Jika perkembangan ilmu pengetahuan
memadai, bukan tidak mungkin kita bisa membuktikan bahwa electron itu merupakan
sifat dasarnya materi. Atau lebih kecil lagi yaitu partikel quark. Awalnya
memang merupakan penelitian yang bersifat hipotesa karena di dukung oleh fakta
– fakta empiris yang sifatnya tidak jauh berbeda dengan konspirasi karena
realitasnya belum terlihat.
Disini bisa disimpulkan bahwa ini bukanlah kekalahan
Materialisme, melainkan merupakan sebuah perkembangan pesat Materialisme.
Perkembangan Materialisme dan ilmu pengetahuan mengikut koordinat Awalnya
memang merupakan penelitian yang bersifat hipotesa karena di dukung oleh fakta
– fakta empiris yang sifatnya tidak jauh berbeda dengan konspirasi karena
realitasnya belum terlihat.
Disini bisa disimpulkan bahwa ini bukanlah kekalahan
Materialisme, melainkan merupakan sebuah perkembangan pesat Materialisme.
Perkembangan Materialisme dan ilmu pengetahuan mengikut koordinat yang sejajar,
bukan berbanding terbalik. Namun, Materialisme sudah melaju lebih selangkah
dari pada ilmu pengetahuan karena sudah bisa membuktikan hadirnya materi dan
pergerakannya daripada ilmu pengetahuan yang membutuhkan penelitian dan
pengamatan lebih lanjut lagi karena itu sudah merupakan tahapan dan metode yang
empiris.
Begitulah kaum Materialis selalu di kritik, namun para
dedengkotnya berhasil menyingkirkan kritik tersebut dan menyerang mereka dengan
kritik yang membuat mereka mati. Kritik mereka tiada berdasar dan salah besar.
Jika kita berhasil mengkaji lebih dalam tentang Materialisme maka tidak ada
yang lebih sempurna di banding dengan Materialisme. Semua kejadian dan
peristiwa di jelaskan secara ilmiah dan rasional. Hal inilah yang membuat
Materialisme sejalan dengan sejarah dan ilmu pengetahuan. Maka tidak heran
Marxisme menganalisis situasi social ekonomi masyarakat berdasarkan
Materialisme yang diramu menjadi Materialisme Historis dan Materialisme
Dialektika. Kedua bentuk filsafat tersebut tidak pernah usang di terpa zaman
karena memberikan solusi – solusi dengan kajian ilmiah sehingga masuk akal di
banding dengan Idealisme yang memberikan solusi di luar pemahaman dan akal
manusia. Musnah lah takhayul dan mitos. Khusus keagamaan, maka saya berusaha
membuat agama tersebut rasional.
0 comments:
Post a Comment