Thursday, April 9, 2020

30 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin: Selamat Datang Kembali Lenin!


Setelah runtuhnya Tembok Berlin borjuasi merayakan apa yang disebut sebagai “Akhir dari Sejarah”. Mereka mencoba meyakinkan semua orang bahwa kontes ideologi telah dimenangkan kapitalisme. 30 tahun setelah runtuhnya Tembok Berlin semua dengan cepat berubah. Euforia segera menjadi suasana pesimisme. Peringatan akan bahaya-bahaya krisis yang lebih besar di hari mendatang mulai bersahutan, bukan dari seorang Marxis, tapi dari para pakar ekonomi borjuis dan para ideolog pembelanya. Di mana-mana kita menyaksikan bahwa tahun mendatang akan jauh lebih buruk dari tahun kemarin. "Aku berkata kepadamu, jangan tertipu oleh setiap berita baik dan jangan euphoria”. Begitu kata mereka.
Krisis 2008 belum terselesaikan sampai hari ini menimbulkan konsekuensi yang menyakitkan. Kapitalisme hanya hidup melalui suntikan uang seperti seorang yang ada di ruang pesakitan yang tergantung pada peralatan medis. Pertumbuhan dan minat ekspor yang rendah berkepanjangan adalah indikator bahwa sistem ini telah kehilangan semua kekuataannya untuk hidup. Di puing-puing reruntuhan Tembok Berlin sekarang berdiri ancaman reruntuhan yang baru. Di Jerman sendiri meskipun bisa menghindari krisis Euro masih menyimpan potensi krisis yang dalam. Keterikatan antara bank-bank dan industri Jerman terhadap negara-negara yang sedang krisis sangat tinggi, sehingga membuat tidak mungkin bagi Jerman untuk lepas dari krisis ini.

Sebelumnya negeri-negeri di Eropa dipaksa bersaing dengan Jerman yang jauh lebih kuat. Barang-barang dari Jerman membanjiri negeri-negeri ini dan membuat industri-industri nasional mereka hancur. Sebelum krisis zona Euro terjadi, bank-bank Jerman  menjerat negeri-negeri di bawahnya dengan kredit. Kredit ini memungkinkan negeri-negeri di bawahnya mampu mengimpor barang-barang Jerman. Ini memberikan dorongan atas pertumbuhan Jerman, tapi juga sebaliknya meningkatkan defisit bagi negeri-negeri di bawahnya. Utang publik menjerat negeri-negeri di bawahnya yang jumlahnya sangat mengancam. Di Yunani utang publik ini mencapai 181 persen dari PDB, Italia 132 persen dan Portugal 121,5 persen. Ekspor Jerman terus turun.  Sekarang Jerman telah kehilangan segalanya dan terkutuk atas dosa-dosanya.
Para pakar ekonomi kapitalis mengatakan bahwa dunia hari ini hampir sama dengan kondisi yang melatar-belakangi Revolusi Oktober 1917. Tapi apa artinya?  Sebelum Perang Dunia I kita menyaksikan periode boom kapitalisme. Di mana banyak kemajuan cepat di bidang teknologi, perkapalan dan komunikasi membuat pasar bersatu dengan yang lain. Dengan cepat siklus ini berubah menjadi kebalikannya. Pasar terlalu penuh. Kelas kapitalis harus mencari pasar-pasar baru untuk menghindari krisis over produksi. Kondisi ini menghasilkan Perang Dunia I yang merupakan perang perampokan imperialis untuk memperebutkan pasar.
Sekarang arus modal dan perdagangan telah melebihi apa yang ada sebelum Perang Dunia I, tapi kondisi perdagangan mengalami penurunan drastis sama seperti sebelum perang. Mereka dipaksa mencari pasar, tapi pasar yang mana? Sedangkan pasar telah dibagi-bagi di antara mereka sendiri. Akhirnya perang dagang menjadi upaya untuk menyelamatkan pasar mereka sendiri. Kondisi ini hanya membuat perdagangan terus turun.
Banyak perusahaan-perusahaan mulai mengurangi para pekerjanya dan membuat mustahil menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru. Pengangguran menjadi momok di mana-mana. Di AS 10 juta kaum muda menganggur. Pengangguran bahkan lebih tinggi di beberapa negera bagian Eropa, dimana lebih dari 50 persen kaum muda Yunani dan Spanyol kehilangan pekerjaan, sedangkan di Inggris lebih dari 15 persen tidak menemukan pekerjaan. Di Timur Tengah dan Afrika Utara 1 dari empat kaum muda menganggur. Bila kita gabungkan semua kondisi ini, maka “Jumlah bahan yang mudah terbakar di semua negara maju di dunia meningkat dengan sangat cepat,” kata Lenin .
Di mana-mana ketidakstabilan ini terefleksikan ke dalam gelombang protes yang dipelopori kaum muda. Kaum muda mulai membenci status quo. Di jantung kapitalisme dunia, Amerika Serikat, dalam jajak pendapat terbaru mengatakan hampir 20 persen kaum muda millenial berpikir bahwa Manifesto Komunis "lebih menjamin kebebasan dan kesetaraan bagi semua" daripada Deklarasi Kemerdekaan. 1 dari 5 Millenial percaya "masyarakat akan lebih baik jika semua properti pribadi dihapuskan." Lebih dari sepertiga kaum muda milenial AS menyetujui komunisme, menurut jejak pendapat ini. Persetujuan terhadap ideologi ini naik 36 persen dari sebelumnya 28 persen pada 2018. Sebelumnya juga jejak pendapat lain mengatakan bahwa 51 persen orang Amerika yang berusia 18-29 tahun memilliki pandangan positif mengenai sosialisme.
Tapi apa yang bisa menjelaskan fenomena ini? Kapitalisme telah diguncang oleh krisis yang berkepanjangan. Ini juga mengguncang kesadaran masyarakat dan terutama kaum mudanya. Kaum muda millenial AS menempati bagian terbesar dari populasi. Semenjak Krisis 2008 banyak orang kehilangan rumah, pekerjaan, tabungan, rasa aman, dan stabilitas keuangan mereka. Kesulitan ini bertambah dengan biaya kesehatan dan pendidikan yang terus naik. Pekerjaan mereka dengan mudah digeser menjadi pekerja kontrak yang setiap saat rentan ter PHK. Mereka melihat bahwa kehidupan mereka tidak lebih baik dibanding orang tua mereka. Harapan kemakmuran mayoritas orang dihancurkan, sementara kekayaan 1% orang teratas terus meningkat. Tidak mengherankan bila kaum muda Amerika mengutuk kapitalisme dan beralih ke ide-ide sosialisme.
Pers-pers borjuasi mengatakan bahwa kaum muda Amerika mengalami amnesia sejarah dan perlu dididik ulang mengenai “kekejaman komunisme”. "Amnesia historis tentang bahaya komunisme dan sosialisme ditampilkan pada laporan tahun ini," kata Marion Smith. “Ketika kita tidak mendidik generasi muda kita tentang kebenaran historis 100 juta korban yang terbunuh di tangan rezim komunis selama abad yang lalu, kita seharusnya tidak terkejut dengan kesediaan mereka untuk merangkul ide-ide Marxis. Kita perlu melipatgandakan upaya kita untuk mendidik anak muda Amerika tentang sejarah rezim komunis dan bahaya sosialisme saat ini."
Orang-orang beralih ke gagasan revolusioner hanya ketika setiap mimpi lainnya telah memudar menjadi kesedihan karena kesengsaraan. Kesengsaraan kaum muda Amerika di bawah kapitalisme jauh lebih kuat dibandingkan propaganda pers-pers borjuis mengenai kekejaman komunisme. Namun upaya mereka untuk mendiskreditkan gagasan Marxisme dengan kejahatan Stalinisme tidak pernah menipu siapapun. Stalinisme berdiri di atas basis kemunduran revolusi yang diakibatkan keterisolasian dan keterbelakangan ekonomi Rusia. Kondisi ini mengakibatkan bangkitnya birokratisme yang dipersonifikasi oleh rezim Stalin.
Tidak adanya demokrasi pekerja membuat kasta parasit ini mengambil keuntungan atas capaian revolusi. Birokrasi mencekik kehidupan pekerja sehingga pekerja tidak mampu menjalankan kontrol atas masyarakat. Oleh karenanya Stalinisme dan negeri-negeri satelit mereka di Eropa Timur lebih dekat pada rezim totaliter dibanding sosialisme. Kenyataannya ini bukan Marxisme melainkan karikaturnya yakni Stalinisme.
Kaum muda masih belum memahami sepenuhnya mengenai sosialisme, dan kata “sosialisme” masih menjadi pertanyaan terbuka. Kebanyakan yang mereka pahami mengenai sosialisme  adalah semacam “kapitalisme manusiawi”, yakni kapitalisme yang fitur jeleknya telah dihilangkan. Sebuah sistem kontrol sosial terhadap perawatan kesehatan dan pensiun yang menghendaki pajak terhadap orang-orang kaya. Pengertian terhadap sosialisme seperti ini adalah radikal dalam benak kaum muda Amerika yang baru terbangunkan oleh krisis. Ini adalah revolusi yang sedang menyelinap dalam kesadaran kaum muda yang tampil dalam bentuk kasarnya.
Seiring dengan menajamnya krisis, pertanyaan ini akan segera berubah menjadi masalah kelas: reformasi atau revolusi; Bernstein atau Lenin. Mereka akan segera memahami bahwa sebuah pemerintahan sosialis bukan memindahkan batu-batu ke perbatasan, tetapi melemparkannya jauh ke laut. Kondisi dunia hari ini ditandai oleh gejolak politik, krisis ekonomi, dan ketegangan geopolitik yang mengarahkan kita meninjau kembali Lenin. Guratan-guratan sejarah telah menunjukkan alur yang jelas. Kami telah melihat alur Lenin telah ditabur dengan benih kehidupan baru umat manusia yang tidak dapat dihancurkan. Cepat atau lambat kaum muda akan memahaminya.

Selamat datang kembali, Lenin! 

0 comments:

Post a Comment

 
;