I.
Sumbangsih Kaum Sosialis Awal
MENYUSUL terjadinya Revolusi Prancis, sejumlah
teori mulai beredar di Eropa yang berusaha menjawab tuntutan keadilan sosial
yang tak terjawab oleh Revolusi Prancis dan untuk mengoreksi ketidakseimbangan
ekonomi dramatis yang ditimbulkan oleh penyebaran revolusi industri. Kemajuan
demokratis setelah pendudukan, Bastille, memberikan pukulan yang menentukan
bagi aristokrasi. Tapi situasi baru itu hampir tidak mengubah ketidaksetaraan
kekayaan antara kelas populer dan kelas dominan. Ambruknya monarki dan
pendirian republik, ternyata tidak mencukupi untuk mengurangi kemiskinan di
Prancis.
Inilah konteks dimana teori-teori sosialisme
‘utopis-kritis’, sebagaimana didefinisikan oleh Marx dan Engels dalam Manifesto
Partai Komunis (1848), menjadi terkenal. Keduanya menganggap mereka ‘utopis’
karena dua alasan: pertama, para eksponennya, dengan cara yang berbeda,
menentang tatanan sosial yang ada dan melengkapinya dengan teori yang
mengandung apa yang mereka yakini sebagai ‘elemen paling berharga untuk
pencerahan kelas pekerja’; dan, kedua, para eksponen itu mengklaim bahwa bentuk
alternatif organisasi sosial dapat dicapai hanya melalui identifikasi teoritis
ide-ide dan prinsip-prinsip baru, ketimbang melalui perjuangan konkret kelas
pekerja. Menurut Marx dan Engels, para pendahulu sosialis itu percaya bahwa
tindakan historis (harus) tunduk pada tindakan
inventif pribadi mereka, yang secara historis menciptakan kondisi-kondisi
emansipasi pada yang fantastis, dan organisasi kelas proletariat
berkembang secara bertahap dari yang spontan ke organisasi masyarakat yang
secara khusus dirancang oleh para penemu ini. Sejarah masa depan menyelesaikan
dirinya sendiri, dalam pandangan mereka, ke dalam propaganda dan tindakan
praktis dari rencana sosial mereka.
Dalam teks politik yang paling banyak dibaca
sepanjang sejarah manusia (yakni, Manifesto Partai Komunis), Marx dan Engels
juga mempermasalahkan banyak bentuk sosialisme lain, baik di masa lalu dan di
masanya, kemudian mengelompokkannya di bawah judul ‘feodal’, ‘borjuis kecil’,
‘borjuis’ atau – dalam ‘ungkapan filosofisnya’ yang sinis – sosialisme
‘Jerman’. Secara umum, teori-teori ini dapat dikaitkan satu sama lain, baik
dalam hal aspirasi untuk ‘mengembalikan alat produksi dan pertukaran lama, dan
dengannya hubungan properti lama dan masyarakat lama’, atau dalam pengertian
usaha untuk ‘membatasi alat-alat produksi dan pertukaran modern di dalam
kerangka kerja hubungan kepemilikan lama’ yang mana sebenarnya telah hancur.
Karena alasan ini, Marx melihat dalam konsepsi-konsepsi ini bentuk sosialisme
yang bersifat ‘reaksioner dan utopis’.
II.
Perbedaan yang Menyesatkan antara Utopis dan Ilmiah
Istilah ‘utopis’, sebagai lawan dari sosialisme
‘ilmiah’, sering digunakan dengan cara yang menyesatkan dan secara sengaja
bertujuan untuk mencibir. Faktanya, ‘sosialis utopis’ menentang organisasi
sosial pada zaman mereka hidup, berkontribusi melalui tulisan dan tindakan
mereka untuk mengkritik hubungan ekonomi yang ada. Marx sangat menghormati para
pendahulunya itu: dia menekankan adanya jurang lebar yang memisahkan
Saint-Simon dari para penafsirnya yang vulgar; dan, sementara dia menganggap
beberapa ide Charles Fourier sebagai ‘sketsa lucu’ yang luar biasa, dia melihat
‘jasa besar’ dalam kesadaran bahwa tujuan transformatif tenaga kerja adalah
untuk mengatasi tidak hanya corak distribusi (mode of distribution) yang ada
tetapi juga ‘corak produksi’ (mode of production).
Dalam teori Owen, ia melihat banyak elemen yang
layak dipertimbangkan dan mengantisipasi masa depan. Dalam bukunya Wages, Price
and Profit (1865) Marx mencatat bahwa sudah sejak awal abad kesembilan belas,
dalam Observations on the Effect of the Manufacturing System (1815), Owen telah
‘memproklamirkan batasan umum hari kerja sebagai langkah persiapan pertama
untuk emansipasi kelas pekerja’. Dan tidak seperti orang lain, Marx mendukung
koperasi produksi.
Namun demikian, sementara mengakui pengaruh
positif Saint-Simon, Fourier dan Owen pada gerakan buruh yang baru muncul,
keseluruhan penilaian Marx terhadap ide-ide mereka adalah negatif. Menurutnya,
mereka berharap untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial pada zaman itu
dengan fantasi yang tidak dapat direalisasikan, dan dia mengkritik mereka
dengan sangat keras karena menghabiskan terlalu banyak waktu latihan
teoretis yang tidak relevan untuk membangun ‘istana di atap langit’.
Marx tidak membuat pengecualian hanya untuk
proposal yang dianggapnya salah atau tidak praktis. Di atas segalanya, ia
menentang gagasan bahwa perubahan sosial dapat terjadi melalui model-model
pengetahuan meta-historis yang diilhami oleh ajaran dogmatis. Moralisme
kalangan sosialis awal juga tak luput dari kritisismenya. Dalam ‘Conspectus on
Bakunin’s Statism and Anarchy’ (1874-75), Marx mencela ‘sosialisme utopis’ yang
berusaha ‘untuk menyebarkan ilusi-ilusi baru kepada rakyat alih-alih membatasi
penyelidikan ilmiahnya pada gerakan sosial yang diciptakan oleh rakyat itu
sendiri’. Bagi Marx, kondisi-kondisi untuk revolusi tidak bisa diimpor dari
luar gerakan rakyat itu sendiri.
III.
Kesetaraan, Sistem Teoritis dan Masyarakat Masa Depan: Kesalahan-kesalahan Para
Pendahulu
Setelah 1789, para teoritikus saling berkompetisi
satu sama lain dalam menguraikan tatanan sosial baru dan lebih adil, melampaui
dan di atas perubahan politik mendasar yang muncul menyusul tumbangnya Rezim
Lama (Ancien Regime). Salah satu posisi yang paling umum diasumsikan bahwa
semua penyakit masyarakat akan berakhir segera setelah sistem pemerintahan
berdasarkan kesetaraan absolut di antara semua komponennya terbentuk .
Gagasan komunisme purba, dan dalam banyak hal
diktator, ini menjadi pedoman prinsip dari “Konspirasi Kesetaraan/Conspiracy of
Equals” yang berkembang pada 1796 untuk menumbangkan Direktorat Prancis yang berkuasa.
Dalam Manifesto of the Equals (1795), Sylvain Maréchal berpendapat bahwa
“karena semua memiliki kemampuan dan keinginan yang sama”, maka harus ada
“pendidikan (dan) makanan atau nutrisi yang sama” untuk semua. ‘Mengapa,’ dia
bertanya, ‘bukankah porsi dan kualitas makanan yang sama cukup untuk
masing-masing sesuai dengan keinginan mereka?’ Tokoh terkemuka dalam konspirasi
1796, François-Noel Babeuf, berpendapat bahwa penerapan ‘prinsip besar
kesetaraan akan sangat memperluas ‘lingkaran kemanusiaan (circle of humanity)’
sehingga ‘batas-batas, hambatan-hambatan budaya dan pemerintahan yang
jahat ‘akan secara bertahap menghilang’.
Visi masyarakat yang didasarkan pada kesetaraan
ekonomi yang ketat (strict economic equality) muncul kembali dalam tulisan komunis
Prancis pada periode setelah Revolusi Juli 1830. Dalam The Voyage to Icaria
(1840), sebuah manifesto politik yang ditulis dalam bentuk novel, Étienne Cabet
menggambarkan model komunitas di mana tidak akan ada lagi ‘harta benda,
uang, atau jual beli’, dan manusia akan ‘setara dalam segala hal’. Di ‘tanah
perjanjian kedua’ ini, hukum akan mengatur hampir setiap aspek kehidupan:
‘setiap rumah (memiliki) empat lantai’ dan ‘semua orang (akan) berpakaian
dengan cara yang sama’.
Hubungan kesetaraan yang ketat juga dirancang
sebelumnya dalam karya Théodore Dézamy. Dalam Community Code (1842), ia
berbicara tentang dunia yang ‘terbagi menjadi komune, sederajat, teratur, dan
sedapat mungkin bersatu’, di mana akan ada ‘dapur tunggal’ dan ‘satu asrama
bersama’ untuk semua anak. Seluruh warga negara akan hidup sebagai ‘keluarga
dalam satu rumah tangga tunggal’.
Pandangan serupa dengan yang beredar di Prancis
juga berakar di Jerman. Dalam Humanity As It Is and As It Should Be (1838),
Wilhelm Weitling meramalkan bahwa penghapusan kepemilikan pribadi (private
property) akan secara otomatis mengakhiri egoisme, yang secara sederhana ia
anggap sebagai penyebab utama dari semua masalah sosial. Di matanya, ‘komunitas
barang’ akan menjadi ‘sarana untuk penebusan umat manusia, mentransformasi bumi
menjadi surga’ dan dengan segera membawa ‘kelimpahan tiada tara’.
Semua pemikir yang memproyeksikan visi seperti itu
jatuh ke dalam kesalahan ganda yang sama: mereka menerima begitu saja bahwa
adopsi model sosial baru berdasarkan kesetaraan yang ketat bisa menjadi solusi
untuk semua masalah masyarakat; dan mereka meyakinkan diri mereka sendiri,
bertentangan dengan semua hukum ekonomi, bahwa semua yang diperlukan untuk
mencapainya adalah pemaksaan langkah-langkah tertentu dari atas, yang
pengaruhnya nanti tidak akan berubah oleh perkembangan ekonomi.
Bersamaan dengan ideologi egaliter yang naif ini,
berdasarkan pada jaminan bahwa semua kesenjangan sosial di antara manusia dapat
dihilangkan dengan mudah, terdapat keyakinan lain yang juga tersebar luas di
antara para sosialis awal itu: banyak yang percaya bahwa merancang sistem
organisasi sosial yang lebih baik untuk mengubah dunia cukup dilakukan secara
teoritik. Oleh karena itu banyak proyek reformasi diuraikan secara terperinci,
menjabarkan tesis-tesis para penulisnya untuk restrukturisasi masyarakat.
Prioritasnya, di mata mereka, adalah untuk menemukan formulasi yang benar,
yang, setelah ditemukan, warga kemudian akan bersedia menerimanya sebagai hal
yang masuk akal dan secara bertahap diterapkan dalam kenyataan.
Saint-Simon adalah salah satu dari mereka yang
berpegang teguh pada keyakinan ini. Pada tahun 1819, ia menulis dalam majalah
berkala The Organizer: ‘Sistem lama akan berhenti beroperasi ketika
ide-ide tentang cara mengganti institusi yang ada dengan yang lain (…) telah
diklarifikasi, dikumpulkan dan diharmonisasi secara memadai, dan ketika mereka
telah disetujui oleh pendapat publik.’ Namun, pandangan Saint-Simon tentang
masyarakat masa depan adalah mengejutkan, dan persuasif, dalam
ketidakjelasannya.
Dalam New Christianity yang belum selesai (1824),
ia menyatakan bahwa ‘penyakit politik pada zaman (nya)’ – yang menyebabkan
‘penderitaan bagi semua pekerja yang bermanfaat bagi masyarakat’ dan
memungkinkan ‘penguasa untuk menyerap sebagian besar upah orang miskin’ –
tergantung pada ‘perasaan egoisme’. Karena ini telah menjadi ‘dominan di semua
kelas dan semua individu’, ia memandang ke depan akan lahirnya organisasi
sosial baru berdasarkan satu prinsip panduan: ‘semua orang harus berperilaku
satu sama lain sebagai saudara’.
Fourier menyatakan bahwa keberadaan manusia
didasarkan pada hukum-hukum universal, yang, setelah diaktifkan, akan menjamin
kegembiraan dan kesenangan di atas muka bumi. Dalam bukunya Theory of the Four
Movements (1808), tanpa ragu itu mengatakan apa yang disebutnya sebagai
“penemuan paling penting di antara semua karya ilmiah yang dilakukan sejak
keberadaan umat manusia”. Fourier menentang para pendukung ‘sistem komersial’
dan menyatakan bahwa masyarakat akan bebas hanya ketika semua komponennya dapat
kembali mengekspresikan hasrat mereka. Kesalahan utama rezim politik di masanya
adalah merepresi sifat manusia.
Bersamaan dengan egaliterisme radikal dan
pencarian model sosial terbaik, elemen terakhir yang umum bagi banyak sosialis
awal adalah dedikasi mereka untuk mempromosikan kelahiran komunitas alternatif
skala kecil. Bagi sesiapa yang mengorganisir mereka, pembebasan komune-komune
ini dari ketidaksetaraan ekonomi yang terjadi saat itu akan memberikan dorongan
yang menentukan bagi penyebaran prinsip-prinsip sosialis dan membuatnya lebih
mudah untuk berdebat tentang apa yang mereka sukai.
Dalam The New Industrial and Societal World
(1829), Fourier membayangkan struktur komunitas baru di mana desa akan ‘diganti
dengan areal industrial yang masing-masing terdiri dari sekitar 1800 orang’.
Masing-masing individu akan hidup dalam areal tersebut, yaitu di gedung-gedung
besar dengan area komunal dimana mereka dapat menikmati semua layanan yang
mereka butuhkan. Menurut metode yang ditemukan Fourier ini, manusia akan
‘berayun dari kesenangan ke kesenangan dan menghindari ekses-ekses buruknya’;
mereka akan memiliki masa kerja singkat, ‘paling banyak dua jam’, sehingga
masing-masing akan mampu mengerjakan ‘tujuh hingga delapan jenis pekerjaan yang
menarik selama hari itu ’.
Pencarian cara-cara pengorganisasian masyarakat
yang lebih baik juga mendorong Owen, yang, selama hidupnya, membangun
eksperimen penting dalam koperasi pekerja. Pertama di New Lanark, Skotlandia
dari 1800 hingga 1825, kemudian di New Harmony, Amerika Serikat, dari 1826
hingga 1828, dimana ia mencoba menunjukkan dalam praktik nyata bagaimana
mewujudkan tatanan sosial yang lebih adil. Namun, dalam The Book of the New
Moral World (1836-1844), Owen mengusulkan pembagian masyarakat ke dalam delapan
kelas, dimana kelas terakhir ‘akan terdiri dari mereka yang berusia empat puluh
hingga enam puluh tahun’, yakni mereka yang memiliki ‘keputusan akhir’.
Apa yang Owen bayangkan, agak naif, adalah bahwa dalam sistem gerontokratis
ini setiap orang akan dapat dan mau mengambil peran mereka dalam tata kelola
masyarakat ‘tanpa persaingan, pemerintahan masyarakat yang adil dan terbagi
penuh’.
Pada tahun 1849, Cabet juga mendirikan koloni di
Amerika Serikat, tepatnya di Nauvoo, Illinois. Tetapi sikap otoritarianismenya
kemudian menimbulkan banyak konflik internal. Dalam undang-undang ‘Konstitusi
Icarian’, ia mengusulkan, sebagai syarat bagi lahirnya masyarakat, bahwa, ‘guna
meningkatkan semua prospek kesuksesan’, ia harus ditunjuk ‘Direktur tunggal dan
absolut untuk jangka waktu sepuluh tahun, dengan kekuatan untuk menjalankannya
berdasarkan doktrin dan gagasannya ‘.
IV.
Eksperimen-eksperimen yang Tidak Memadai
Eksperimen-eksperimen kaum sosialis awal – apakah
phalansteries yang dirancang dengan penuh cinta atau koperasi sporadis atau
koloni komunis eksentrik – terbukti sangat tidak memadai sehingga penerapannya
pada skala yang lebih luas tidak dapat dipertimbangkan secara serius. Mereka
melibatkan sejumlah pekerja kasar dan seringkali dengan partisipasi kolektif
yang sangat terbatas dalam pembuatan kebijakan. Selain itu, banyak dari kaum
revolusioner (yang non-Inggris, khususnya) yang mengabdikan dirinya pada
pembangunan komunitas semacam itu tidak memahami perubahan mendasar dalam
produksi yang terjadi pada zamannya. Banyak dari sosialis awal ini gagal
melihat hubungan antara perkembangan kapitalisme dan potensi kemajuan sosial
bagi kelas pekerja. Bahwa kemajuan sosial itu tergantung pada kapasitas buruh
untuk mengambil kekayaan yang mereka hasilkan dalam corak produksi baru.***
0 comments:
Post a Comment