Sebenarnya kita hidup di negara mana ? Indonesia
atau negara bagian Indonesia ? Coba kamu jalan-jalan sejenak ke pusat kota di
mana saja di negara ini. catat berapa banyak tempat usaha, kantor swasta(negeri
juga), tempat belanja, iklan di pinggir jalan, pokoknya semuanya, ada berapa
banyak yang menggunakan bahasa Indonesia?
Padahal dulu para pendahulu kita yang mengikuti
Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 telah berikrar yang sekarang dikenal
sebagai Sumpah Pemuda, Berbangsa satu bangsa Indonesia, Berbahasa satu bahasa
Indonesia, Bertanah air satu tanah air Indonesia dan di Undang undang dasar
1945 di sebutkan juga tentang perlunya menjunjung tinggi bahasa persatuan
bahasa Indonesia namun apa yang terjadi sekarang?
Media baik cetak maupun elektronik yang seharusnya
menjadi agen kampanye bahasa Indonesia apa lacur atas nama globalisasi malah
semakin menyudutkan bahasa Indonesia seperti menjadi bahasa kedua di negeri
sendiri. Begitu banyak judul, nama, program acara,gedung, perumahan, nama toko,
nama bank, yang notabene di buat dan di miliki oleh orang kita sendiri malah
lebih bangga menggunakan bahasa dan istilah asing. Mereka-mereka beralasan atas
nama modernisasi dan globalisasi, serta gaya hidup dan gengsi.
Harusnya kita Mencontoh negara Jepang yang dengan
bangga mencantumkan huruf dan bahasa mereka di atas bahasa dan istilah asing.
kalaupun itu sarana umum atau tempat wisata yang banyak di kunjungi oleh turis
asing bahasa utama tetap di cantumkan besar-besar sedang bahasa asing sebagai terjemahannya
di cantumkan di bawahnya lebih kecil.
Pada era pemerintahan Soeharto ada pencanangan
Gerakan Cinta bahasa Indonesia di mana para pengusaha dan warga di anjurkan
menggunakan bahasa Indonesia di segala bidang. Terjadilah perubahan
besar-besaran dalam dunia usaha di Indonesia. Pengusaha-pengusaha yang tempat
usahanya tadinya menggunakan istilah asing mereka lalu beramai-ramai merubahnya
menjadi bahasa Indonesia. seperti Perumahan mewah, pasar swalayan, tempat
makan, dll.
Namun hal itu hilang setelah reformasi datang,
para elit lebih sibuk berebut kue kekuasaan. Maka tak heran apabila salah satu
Bank Pemerintah di negeri ini keliru menyingkat arti di kotaku (di kota lain
aku tidak tahu apakah sama) ada sebuah Bank Pemerintah,yang menulis besar balihonya
dengan BANK BRI, seperti kita ketahui BRI adalah singkatan dari Bank Rakyat
Indonesia, ketika di depan huruf di tulis lagi kata BANK maka akan menjadi BANK
BANK RAKYAT INDONESIA.
Sungguh sebuah ironi memang, Bukan hanya bahasa
Indonesia saja yang seakan menjadi bahasa kedua, akan tetapi budaya, cara
berpakaian, makanan, gaya hidup, tingkah laku dan bahkan permainan khas
indonesia pun seakan luntur digantikan dengan budaya asing. Bukan hanya dari
segi pemakaian saja, dari sisi pendidikan pun jam pelajaran bahasa indonesia
lebih sedikit diberikan kepada siswa abila dibandingkan dengan jam pelajaran
bahasa asing. Apabila dibiarkan terus menerus maka bangsa ini akan hilang
identitasnya sebagai negara Indonesia.
Oleh karna itu kita sebagai
pemuda(mahasiswa/mahasiswi) sewajarnya untuk bangga menggunakan bahasa
persatuan bangsa, bahasa indonesia.
2 comments:
yang namanya singkatan yaudah sih... Bank BNI, Bank BII, bank dll... so what puut???wkwkwkwk
lho kan kita diajari dari kecil berbahasa indonesia yang baik dan benar, lalu saat sudah besar, kita lupakan gitu bahasa nasional kita,, seharusnya mereka yang berpendidikan tinggi memberi contoh kepada rakyat dong...
Post a Comment