Wednesday, April 22, 2015 0 comments

“Generasi Berbagi"


Dan aku melihatnya, menjadi saksi atas generasi kita yang kusebut generasi berbagi. Aku melihat gejala kedermawanan itu muncul di setiap wajah yang kita sebut kaum muda. Di setiap saat setiap orang bisa saja berbagi, dengan begitu mudahnya membobol tembok rahasia menjadi miliki bersama. Lalu nampaklah, satu persatu semua menjadi semakin jelas apa yang ada di dalamnya. Sebuah ruang intim yang tak lagi intim. Tak bersekat, tak berjarak, sungguh begitu dekat, begitu mesra.
Lalu kulanjutkan dan mungkin kau akan bertanya-tanya, apakah yang sama-sama kita bagi? Ia-kah yang kita dermakan berupa semangat hayati hidup bersama? Ia-kah kisah-kisah indah antara pangeran dan tuan putri? Ia-kah tentang keberanian hidup untuk menjawab setiap tanya tentang hari esok yang tak pernah pasti akan hidup atau mati?
Ingin kusudahi namun tetap kubertanya, apakah kita berderma tentang kisah-kisah indah penuh bahagia yang terjadi dalam hidup kita namun hanya menyulut api cemburu bagi jelata? Di lantai merah, kita sering bercerita tentang kenikmatan-kenikmatan dan keindahan dunia. Betapa megahnya, betapa canggihnya, betapa lezatnya, betapa mahalnya, betapa mesranya, betapa, betapa, dan betapa hingga segalanya menjadi hampa.
Generasiku, generasi berbagi yang begitu mesra dalam cumbu kehampaan. Dekat dalam berjauhan. Erat dekapan kemajuan zaman. Rekat dalam memisahkan. Kuat dalam melemahkan. Penuh tawa membuat kesedihan. Rendah hati untuk menyombongkan. Dan sungguh tiadalah aku berhak untuk berucap apa-apa karena untukmu itu pun hak. Aku hanya berdoa agar segala sesuatunya bagiku tak lagi menjadi hampa di antara hiruk-pikuk generasiku yang pandai tertawa dalam tangis dan menangis dalam tawa.


Friday, April 17, 2015 0 comments

​Kupu-kupu Bersayap Patah


biarkan sayap kecil tuk terbang
susuri angkasa dan melihat dunia
bahwa betapa lucunya dunia kini
biarkan ia melangkah keluar semak berduri
tuk hisap nektar-nektar keabadian
yg tumbuh dari bunga-bunga konflik abadi
walau sayapnya patah, ia masih lah kupu-kupu
bermotifkan cerita soal fluktuasi mimpi
terejawantahkan dalam nyatanya realita
penuh esensi dalam tiap bagian-bagiannya
esensi yg tuntut konflik dalam alur manusia
ia masih lah kupu-kupu kecil yg sayapnya patah
terbang rendah bersama angin sepoi
melintasi rerumputan yg menari bersamanya
demi mencari sari surga dalam suaka
membebaskan yg terkekang harapan dan ide
walau dirinya terbang dalam kungkungan dunia
dunia masih lah dunia ketika ia merubahnya
ia masih hitam putih ketika menetas
dan berwarna ketika pelangi menyinarinya
dari bias-bias lautan penuh tinta pengetahuan
yg tiap hari ditimba tuk mengukir gambaran
dari tiap perjalanan suci para hamba mencari pusara
dimana kebijaksanaan dan kebajikan dimakamkan
ia masih lah kupu-kupu bersayap patah
patah karena memori yg membakar emosinya
tak apalah baginya bersenda dalam gurauan hina
walau hal tersebut membakar dogma dirinya
akan tafsirnya soal pragmatisnya kehidupan
ingatlah! ia masih kupu-kupu bersayap patah
hingga malam membinanya menjadi kuat
sebuah elegi yg mengalahkan kisah esok hari
soal kemandegan proses menuju nirwana
ia kupu-kupu dan pada akhirnya jadi guru
soal kebebasan dan kehendak bebas
soal kematian yg ditakuti manusia
soal kuatnya konflik menghantam durja dan durga
soal beradu melawan waktu
lalu mati menjadi abu
Wednesday, April 8, 2015 0 comments

Bhineka Tunggal Ika sebagai Semboyan Pemersatu Bangsa


Indonesia merupakan negara yang kaya. Secara geografis, Indonesia terletak di antara dua benua dan dua Samudera serta terletak di dalam lingkaran cincin api dunia. Selain itu, kondisi geografis Indonesia juga membentuk Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau-pulau. Jika mengikuti pembagian iklim berdasarkan lintang, maka Indonesia terletak di iklim tropis. Jika ditinjau lebih jauh, kondisi alam Indonesia ternyata sangatlah heterogen dengan adanya bioma-bioma yang beragam di wilayah-wilayah di Indonesia. Hal ini menyebakan Indonesia memiliki keyakaan alam yang sangat luar biasa. Implikasi logis dari kekayaan alam tersebut ialah kekayaan budayanya. Sebab, manusia akan hidup mengikuti bagaimana alam tempat hidupnya sebab Kebudayaan manusia dibentuk oleh faktor alam(nature) dan faktor sosial(nurture). 
Kekayaan kondisi alam Indonesia yang menyebabkan kebudayaan yang beragam tersebut menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat plural. Indonesia bisa dikatakan plural sebab secara suku, bahasa, agama, dan kepercayaan Indonesia sangatlah beragam. Keberagaman tersebut tentunya menjadikan masyarakat Indonesia memegang nilai-nilai yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga sangat mungkin terjadi ketidakcocokan yang bisa menimbulkan konflik. Kondisi masyarakat Indonesia seperti demikian juga disadari oleh parafounding fathers saat merumuskan dasar negara kita, yakni Pancasila yang mengandung nilai-nilai pluralitas.
 
;