Bicara tentang cinta dan rasa pasti
tidak akan pernah kita temukan ujung muaranya. Ini merupakan sebuah tema yang
dapat memicu berbagai macam reaksi atau tanggapan dari orang yang membacanya.
Ada yang menganggap positif dan negatif. Kedua hal yang tidak dapat terpisahkan
bagaikan dua sisi mata uang. Berikut tanggapan-tanggapan yang akan kita temukan
berkaitan dengan cinta :
#Postif
·
Cinta
itu membuat segalanya menjadi indah
·
Cinta
itu ada dalam diri setiap manusia
·
Cinta
itu bukan aku dan kamu, tapi kita
#Negatif
- Cinta itu buta
- Tau apa kamu tentang cinta?Anak Kecil!
- Bodoh kalau kamu mati karena cinta!
Ups, berbagai macam reaksi tadi
hanya segelintir kata-kata yang mungkin sering kita dengar ataupun kita baca.
Akan tetapi dalam artikel ini kita tidak akan membahas ungkapan-ungkapan
tersebut secara mendalam satu per satu, melainkan kita akan membahas secara
umum-khusus tentang Cinta.
Banyak orang yang mempersempit arti kata cinta hanya kepada lawan jenis.
Padahal arti cinta lebih dari itu. Cinta dapat menyimpan beragam makna. Cinta
kepada tuhan, bangsa, alam, atau apa pun itu. Oleh sebab penyempitan makna bagi
beberapa kalangan tersebut lahirlah generasi yang mencoba menepis efek-efek
kata tersebut yang katanya melemahkan. "Terlalu banyak cinta membuat kita
lemah dan terlalu banyak berkhayal!" kata mereka.
Pada saat-saat tertentu saya sangat setuju akan ungkapan-ungkapan di
atas. Ya, banyak sudah bukti yang nampak di depan mata karena hal-hal yang
terlalu berlebihan tentang cinta. Kita seakan-akan kehilangan rasionalitas dan
logika karena terlalu terbuai dalam angan-angan yang berlebihan. Beragam kasus
bunuh diri dan kejadian-kejadian memilukan lainnya karena cinta adalah hal-hal
yang terlalu hiperbolik dalam memaknai cinta. Efek hiperbolik ini tentunya
tidak datang dari hati nurani karena hati nurani selalu berpihak pada
kebenaran. Efek tersebut merupakan pengaruh negatif dari sikap romantis yang
berlebihan dan menjadi megalomania sebagai pemeran utama layaknya kisah-kisah
masa lampau semacam Cinderella, Romeo & Juliet, atau pun Siti Nurbaya.
Pada kenyataannya hidup tetaplah hidup. Ini adalah realita. Bukan
sekedar sandiwara layaknya roman-roman yang mereka baca. Kenyataan menuntut
kita untuk menyeimbangkan antara rasa dan logika. Sebab kita tidak bisa selalu
menggunakan logika dalam mengambil keputusan, ada rasa yang turut memberikan
pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Lantas tidak pula kita menjadi anti-romantis. Cinta merupakan sebuah
karunia dan anugerah yang datang dari Yang Maha Kuasa. Tanpa rasa cinta kita
semua sampai ini pasti tak ada. Sebab, itu semua merupakan kodrat manusia untuk
memilikinya.Terlalu munafik jika kita/mereka mengejek mereka/kita yang sedang
jatuh cinta. Sebab itu merupakan sebuah hal yang sangat manusiawi dan
rasa-rasanya hampir setiap orang dunia dapat merasakannya. Lalu ada pula yang
merasa malu sebab jatuh cinta karena takut diremehkan oleh golongan
anti-romantis. Sangat miris rasanya karena ia tidak dapat merasakan anugerah
tuhan yang begitu besarnya ini dengan baik karena takut cemoohan. Dan bagi
mereka yang mencemooh, itu hanyalah sikap munafik yang mereka tunjukkan. Sebab
percayalah, sejatinya tidak ada orang yang tidak merasakannya karena kodrat
manusia menunjukkannya. Tuhan menciptakan banyak makhluknya berpasang-pasangan,
begitu pula manusia yang diawali oleh Adam dan. Hawa. Oleh sebab itu,
biarkanlah itu semua mengalir apa adanya. Rasakanlah, nikmatilah, sebab semua
merupakan pemberian dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
0 comments:
Post a Comment