Mengenang masa lalu memang bukanlah solusi untuk menjawab
tantangan hari ini. Namun dengan melihat masa lalu, kita bisa mengambil
pelajaran untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita di masa kini. Mengenai hal
ini, kita bisa menjawab pertanyaan mengapa orang masih menggunakan Leninisme
sebagai ilmu pergerakan melawan Kapitalisme masa kini. Jawaban lainnya ialah
bahwa Lenin telah membuktikan bahwa Marxisme bisa menunjukkan kenyataannya.
Revolusi Oktober 1917 di Rusia adalah salah satu keberhasilan
kelas proletar dalam merebut kekuasaan dari kaum kapitalis dan tuan tanah.
Sejarah telah mencatat bahwa Leninisme adalah suatu kenyataan yg terus bergerak
mengikuti arus zaman. Mengapa demikian?
Leninisme bukanlah suatu ilmu dogmatis yg stagnan seperti
suatu kitab suci yg tak bisa kita otak-atik lagi. Leninisme memberikan petunjuk
metode bahwa kapital industri bisa berkembang menjadi kapital finans dan
permasalahan perluasan konsumerisme telah clear dalam suatu negeri. Leninisme
memberikan kita prospek cerah bahwa Imperialisme telah mewujud dalam bentuk
globalisasi. Jauh sebelum Baudrillard dan Mazhab Frankfurt, Leninisme telah
membuktikan bahwa perluasan kapital dapat melibatkan semua bentuk suprastruktur
masyarakat, termasuk agama dan teknologi.
Inilah yg dimaksud dari
relevansi dalam melihat gejala historis 99 tahun yg lalu dimana Leninisme
sebagai suatu Marxisme dalam konteks perkembangan ekonomi politiknya telah
terbukti kebenarannya. Revolusi Oktober 1917 - dalam hal ini pembuktian
kebenaran Marxisme dan Leninisme - telah mengilhami sebagian besar
gerakan-gerakan proletariat di seluruh dunia. Dari mulai Hungaria, Cina, hingga
Indonesia, semua negeri dunia ketiga tidak bisa lepas pengaruh perjuangannya
dari Revolusi Oktober. Lalu bagaimana dengan wacana Sosialisme sekarang?
Sosialisme kini mengambil konteks gerakan populisme kerakyatan
sejak Hugo Chavez berkuasa. Revolusi tidak hanya berbicara soal kekerasan dalam
perebutan kekuasaan lagi, namun lewat wacana parlementer. Allende adalah orang
yg memulai wacana tersebut di Chili namun gagal karena Allende tidak serius
dalam mendukung kontrol buruh atas pabrik kala itu. Chavez lah yg pertama kali
mempelopori dukungan terhadap kontrol buruh atas pabrik lewat jalur
parlementer. Sejak Uni Soviet runtuh, dunia ternyata tidak pernah lepas
kegemparannya dari Marxisme. Selain Chavez, gerakan-gerakan rakyat diseluruh
dunia masih bertahan memegang metode Marxisme dan Leninisme dalam pergerakannya
- bahkan termasuk PFLP di Palestina.
Walaupun Sosialisme kini mengambil karakter yg lebih halus,
namun kita tidak bisa melepas begitu saja karakter aksi massa yg mempunyai
pengaruh menyeluruh terhadap perubahan pondasi masyarakat. Chavez tidak akan
berhasil tanpa ada rakyat yg siap mendukungnya. Ketika Chavez di kudeta, maka
rakyatlah yg bergerak untuk membebaskannya dari junta militer. Inilah yg patut
kita sorot, bahwa Sosialisme populis belum tentu bisa bergerak tanpa ada aksi
massa dibelakangnya. Sosialisme memang tidak bisa putus dari garis komando
kerakyatan. Lihat misalnya kegagalan Revolusi Yunani karena Alexis Tspiras dan
Syriza-nya memisahkan diri dari garis aksi massa dan lebih memilih untuk
menuruti Uni Eropa sehingga Sosialisme di Yunani bisa kita katakan gagal.
Lalu bagaimana kita menyikapi perspektif gerakan di masa kini?
Jika kita berkaca dari Revolusi Oktober 1917, kita bisa
menyaksikan bahwa Sosialisme tidak akan pernah bisa lepas dari gerakan
kerakyatan. Lenin tidak akan pernah merumuskan suatu metode pengembangan
Marxisme tanpa melihat pijakan realitasnya, yaitu gerakan rakyat. Maka dalam
pergerakan yg sosialis, kita perlu merumuskan kembali bagaimana perebutan kuasa
yg cocok dalam konteks kekinian dengan melihat beberapa faktor, seperti
karakter massa rakyat, geopolitik wilayahnya, dan budaya-budaya yg
mempengaruhinya.
Hal ini sejalan dengan analisa Materialisme Historis yg
diantaranya mengandung prinsip bahwa antara basis dengan suprastruktur memiliki
interrelasi yg kuat, dimana basis memberikan karakter pengaruh pada
suprastruktur dan suprastruktur memberikan karakter dukungan pada basis.
Misalnya, walaupun karakter basis masyarakat dalam Kapitalisme selalu bersifat
sama, namun untuk menjaga karakter basis tersebut, maka suprastruktur harus
terus berubah. Namun, dalam merubah karakter suprastruktur masyarakat yg
kapitalistik, maka kita perlu merubah fondasi dasarnya terlebih dahulu, yaitu
basisnya.
Ternyata setelah kita memperhatikan hal-hal tersebut, kita
bisa berkesimpulan bahwa karakter gerakan dalam Revolusi Oktober masih sangat
relevan untuk dipelajari hingga kini. Namun, dalam mempelajari suatu peristiwa
historis, maka kita tidak boleh terjebak dalam dogma-dogma yg menjadikan
Sosialisme layaknya agama. Sosialisme itu adalah ilmu dan amalnya proletariat
dalam merebut kuasa dan menghancurkan struktur-struktur kelas dalam masyarakat,
bukan agama yg stagnan seperti karakter agama pada umumnya.
Viva la Socialismo!
Viva la proletar!
Viva la Revolutionary!
0 comments:
Post a Comment