Indonesia, negara yang mempunyai penduduk terbesar di
dunia ke – 4 mempunyai heterogenitas yang sangat tinggi. Di negara kepulauan
itu, kita dapat menemukan kurang lebih 600 suku dengan bahasa dan kebudayaannya
masing-masing. Apa yang paling membuat unik adalah Indonesia bahkan mempunyai
kurang lebih 600 kepercayaan tradisional yang bersandarkan pada Animisme dan
Dinamisme. Masyarakat Indonesia yang dogmatis akhirnya membuat kepercayaan
tradisional tersebut menjadi budaya yang sangat melekat di setiap individu
anggota masyarakatnya.
Rupanya, kepercayaan tradisional yang melekat
dalam-dalam itu menjadi sebuah alasan utama mengapa terjadi sinkretisme agama
di Indonesia. Kita mengetahui bahwa Hindu di Indonesia, baik Kaharingan,
Dharma, Tengger, dan yang lainnya berbeda dengan Hindu di tempat asalnya,
India. Begitu juga Kristen di Jawa bahkan berbeda dengan Katholik di Vatikan,
belum lagi HKBP yang juga berbeda dengan Protestan di Eropa. Yang paling parah
adalah Islam, karena Islam memiliki bentuk sinkretis yang paling banyak. Di
setiap daerah di Indonesia yang mempunyai beragam kepercayaan tradisional
akhirnya mempunyai bentuk ajaran Islam sinkretis yang berbeda-beda pula.
Setidaknya hal inilah yang menjelaskan mengapa Islam di Indonesia dinilai
sangat bernilai mistisme.
Kita, kaum Marxis-Leninis mempunyai suatu wejangan
atau pegangan untuk menjalankan hidup. Pegangan tersebut bersandarkan pada
nalar, yaitu Materialisme yang berdasarkan pada hukum pergerakan dan
pertentangan atau Materialisme Dialektika. Dalam wejangan tersebut disebutkan
bahwa tiada yang namanya mistisme atau takhayul, hal itu dikarenakan kita hanya
mempercayai apa yang dirasakan oleh panca indera kita. Kita sebagai kaum yang
sadar akan perubahan, maka akan meninggalkan mistisme karena bentuk mistisme
yang demikian akan menghalangi jalannya revolusi. Apa yang menjadi bentuk
mistisme akan menuangkan rasa kepasrahan dalam diri manusia. Hal inilah yang
menjadi penyakit dalam revolusi.
Sifat pasrah dan suka menyembah-nyembah dewa-dewi atau
lusinan Tuhan manusia yang tidak masuk akal tersebut menghilangkan sifat
manusia sebagai makhluk sosial. Belum lagi kepercayaan terhadap adanya hantu
membuat kita terjerumus ke dalam pikiran Idealisme. Hantu-hantu di ciptakan
untuk mengganggu kondisi psikologis manusia agar mau menghormati tempat-tempat
yang dianggapnya keramat. Kepercayaan tidak masuk akal tersebut akhirnya
menjadi momok bagi manusia agar manusia mau menyembah hal-hal yang dianggapnya
suci. Hal ini menimbulkan kemusyrikan di kalangan rakyat bawah. Inilah yang
disebut sinkretisme itu, kepercayaan Animisme yang melekat kuat juga dogmatis
terhadap agama menjadi sumber lemahnya sifat revolusioner rakyat.
Kita sebagai kaum Marxis percaya bahwa apa yang
disebut dengan hal-hal yang berbau mistisme dan takhayul atau mitos sangat
tidak masuk akal. Keberadaannya bahkan tidak dapat dibuktikan oleh siapapun.
Kekuatan supranatural hanyalah omong kosong para dukun agar rakyat kelas bawah
mau memohon-mohon meminta pertolongan kepadanya tanpa bekerja. Manusia menjadi
terasing dan jauh dari eksistensi aslinya sebagai makhluk sosial dan makhluk
yang bekerja. Makhluk-makhluk halus yang di inspirasi dari pikiran manusia
akhirnya menjadi suatu objek yang di tuju manusia untuk mencapai tahap
kesempurnaan hidup. Tentulah hal ini sangat pantas di tertawakan. Sudah saatnya
masyarakat Indonesia harus lepas dari kepercayaan mistisme dan takhayul.
Bagaimana dengan agama ? Saya berpendapat bahwa Islam
merupakan agama yang paling mengikuti garis Materialisme Dialektika, soal ini
akan saya bahas di tulisan selanjutnya. Ada beberapa agama lain yang dianggap
tidak masuk akal seperti Hindu dan Buddha. Kedua agama tersebut mempunyai tanah
kelahiran yang sama namun saling bertentangan. Buddha merupakan Anti
these dari Hindu. Ajaran mereka sungguh tidak masuk akal, terutama dengan
perumpamaan Atman yang menjelma menjadi berbagai dewa yang disembah melalui
kasta Brahmana saja. Berbeda dengan Hindu, Buddha mempunyai filsafat moral yang
dikembangkan oleh Siddarta Gautama sebagai reaksi atas berkembangnya Hindu di
India Utara. Untuk mencapai kesempurnaan, manusia harus meninggalkan kenikmatan
duniawi. Cara-cara mereka sungguh nyaris tidak masuk akal. Cara-cara mereka
dengan meninggalkan eksistensi manusia seperti biasanya tanpa metode ilmiah
akhirnya membuat banyak orang-orang Buddha bertindak tidak seperti manusia,
melainkan seperti dewa.
Agama Kristen juga demikian, tentang bagaimana cara
mereka percaya dengan kepasrahan. "Jika pipi kanan mu di tampar,
berikanlah pipi kirimu", kata-kata tersebut di rasa kontra revolusi dan
juga mengandung bentuk kepasrahan yang fatal. Tuhan yang berjumlah 3 juga
bertentangan dengan asas logika yang ada. Entah bagaimana Kristen memelihara
ajarannya, terutama ajaran Protestan yang mengandung unsur-unsur Kapitalistik
yang paling kental dan ajaran Katholik yang mengandung unsur-unsur Feodalistik
yang kental. Padahal kehidupan Yesus sendiri bersifat Sosialistik Komunis.
Sinkretisme antara Kristen dengan Marxisme melahirkan teologi pembebasan di
Amerika Latin. Sinkretisme yang demikian yang membuat Kristen menjadi
revolusioner. Hal inilah yang menghilangkan mistisme di Kristen.
Beberapa ajaran tersebut mengalami sinkretisme dalam
bentuk yang sangat kuat sehingga mistisme lebih-lebih lagi berakar pada
masyarakat kita. Kita dapat melihat ketika Laut Selatan Jawa disembah-sembah
karena adanya Nyi Roro Kidul yang di sinyalir sebagai Ratu Penguasa Laut
Selatan, juga pesugihan di Gunung Lawu yang membunuh semangat kerja para
proletariat. Hal ini sungguh merupakan taktik para kaum Feodal dan Kapitalis
yang akhirnya membuat proletar semakin terasing. Hal ini juga menjadi dalil
bagaimana Marxisme bersifat Humanis dalam menyikapi perjuangan antar kelas.
Untuk kalimat terakhir, kita sama-sama
mempropagandakan anti mistisme dan takhayul di Indonesia sebagai cara utama
membawa manusia Indonesia ke tahap masyarakat yang industrialis dengan
penguasaan alat produksi oleh para buruh. Dengan hilangnya kepercayaan pada
mistisme di Indonesia akhirnya akan menjadikan masyarakat Indonesia menjadi
lebih Materialis Dialektis dan akhirnya menbawa Indonesia menjadi negara
Sosialistik yang paling maju.
0 comments:
Post a Comment