Tuesday, April 11, 2017

Propaganda Anti Mistisme Dan Takhayul

Indonesia, negara yang mempunyai penduduk terbesar di dunia ke – 4 mempunyai heterogenitas yang sangat tinggi. Di negara kepulauan itu, kita dapat menemukan kurang lebih 600 suku dengan bahasa dan kebudayaannya masing-masing. Apa yang paling membuat unik adalah Indonesia bahkan mempunyai kurang lebih 600 kepercayaan tradisional yang bersandarkan pada Animisme dan Dinamisme. Masyarakat Indonesia yang dogmatis akhirnya membuat kepercayaan tradisional tersebut menjadi budaya yang sangat melekat di setiap individu anggota masyarakatnya.
Rupanya, kepercayaan tradisional yang melekat dalam-dalam itu menjadi sebuah alasan utama mengapa terjadi sinkretisme agama di Indonesia. Kita mengetahui bahwa Hindu di Indonesia, baik Kaharingan, Dharma, Tengger, dan yang lainnya berbeda dengan Hindu di tempat asalnya, India. Begitu juga Kristen di Jawa bahkan berbeda dengan Katholik di Vatikan, belum lagi HKBP yang juga berbeda dengan Protestan di Eropa. Yang paling parah adalah Islam, karena Islam memiliki bentuk sinkretis yang paling banyak. Di setiap daerah di Indonesia yang mempunyai beragam kepercayaan tradisional akhirnya mempunyai bentuk ajaran Islam sinkretis yang berbeda-beda pula. Setidaknya hal inilah yang menjelaskan mengapa Islam di Indonesia dinilai sangat bernilai mistisme.

Kita, kaum Marxis-Leninis mempunyai suatu wejangan atau pegangan untuk menjalankan hidup. Pegangan tersebut bersandarkan pada nalar, yaitu Materialisme yang berdasarkan pada hukum pergerakan dan pertentangan atau Materialisme Dialektika. Dalam wejangan tersebut disebutkan bahwa tiada yang namanya mistisme atau takhayul, hal itu dikarenakan kita hanya mempercayai apa yang dirasakan oleh panca indera kita. Kita sebagai kaum yang sadar akan perubahan, maka akan meninggalkan mistisme karena bentuk mistisme yang demikian akan menghalangi jalannya revolusi. Apa yang menjadi bentuk mistisme akan menuangkan rasa kepasrahan dalam diri manusia. Hal inilah yang menjadi penyakit dalam revolusi.
Sifat pasrah dan suka menyembah-nyembah dewa-dewi atau lusinan Tuhan manusia yang tidak masuk akal tersebut menghilangkan sifat manusia sebagai makhluk sosial. Belum lagi kepercayaan terhadap adanya hantu membuat kita terjerumus ke dalam pikiran Idealisme. Hantu-hantu di ciptakan untuk mengganggu kondisi psikologis manusia agar mau menghormati tempat-tempat yang dianggapnya keramat. Kepercayaan tidak masuk akal tersebut akhirnya menjadi momok bagi manusia agar manusia mau menyembah hal-hal yang dianggapnya suci. Hal ini menimbulkan kemusyrikan di kalangan rakyat bawah. Inilah yang disebut sinkretisme itu, kepercayaan Animisme yang melekat kuat juga dogmatis terhadap agama menjadi sumber lemahnya sifat revolusioner rakyat.
Kita sebagai kaum Marxis percaya bahwa apa yang disebut dengan hal-hal yang berbau mistisme dan takhayul atau mitos sangat tidak masuk akal. Keberadaannya bahkan tidak dapat dibuktikan oleh siapapun. Kekuatan supranatural hanyalah omong kosong para dukun agar rakyat kelas bawah mau memohon-mohon meminta pertolongan kepadanya tanpa bekerja. Manusia menjadi terasing dan jauh dari eksistensi aslinya sebagai makhluk sosial dan makhluk yang bekerja. Makhluk-makhluk halus yang di inspirasi dari pikiran manusia akhirnya menjadi suatu objek yang di tuju manusia untuk mencapai tahap kesempurnaan hidup. Tentulah hal ini sangat pantas di tertawakan. Sudah saatnya masyarakat Indonesia harus lepas dari kepercayaan mistisme dan takhayul.
Bagaimana dengan agama ? Saya berpendapat bahwa Islam merupakan agama yang paling mengikuti garis Materialisme Dialektika, soal ini akan saya bahas di tulisan selanjutnya. Ada beberapa agama lain yang dianggap tidak masuk akal seperti Hindu dan Buddha. Kedua agama tersebut mempunyai tanah kelahiran yang sama namun saling bertentangan. Buddha merupakan Anti these dari Hindu. Ajaran mereka sungguh tidak masuk akal, terutama dengan perumpamaan Atman yang menjelma menjadi berbagai dewa yang disembah melalui kasta Brahmana saja. Berbeda dengan Hindu, Buddha mempunyai filsafat moral yang dikembangkan oleh Siddarta Gautama sebagai reaksi atas berkembangnya Hindu di India Utara. Untuk mencapai kesempurnaan, manusia harus meninggalkan kenikmatan duniawi. Cara-cara mereka sungguh nyaris tidak masuk akal. Cara-cara mereka dengan meninggalkan eksistensi manusia seperti biasanya tanpa metode ilmiah akhirnya membuat banyak orang-orang Buddha bertindak tidak seperti manusia, melainkan seperti dewa.
Agama Kristen juga demikian, tentang bagaimana cara mereka percaya dengan kepasrahan. "Jika pipi kanan mu di tampar, berikanlah pipi kirimu", kata-kata tersebut di rasa kontra revolusi dan juga mengandung bentuk kepasrahan yang fatal. Tuhan yang berjumlah 3 juga bertentangan dengan asas logika yang ada. Entah bagaimana Kristen memelihara ajarannya, terutama ajaran Protestan yang mengandung unsur-unsur Kapitalistik yang paling kental dan ajaran Katholik yang mengandung unsur-unsur Feodalistik yang kental. Padahal kehidupan Yesus sendiri bersifat Sosialistik Komunis. Sinkretisme antara Kristen dengan Marxisme melahirkan teologi pembebasan di Amerika Latin. Sinkretisme yang demikian yang membuat Kristen menjadi revolusioner. Hal inilah yang menghilangkan mistisme di Kristen.
Beberapa ajaran tersebut mengalami sinkretisme dalam bentuk yang sangat kuat sehingga mistisme lebih-lebih lagi berakar pada masyarakat kita. Kita dapat melihat ketika Laut Selatan Jawa disembah-sembah karena adanya Nyi Roro Kidul yang di sinyalir sebagai Ratu Penguasa Laut Selatan, juga pesugihan di Gunung Lawu yang membunuh semangat kerja para proletariat. Hal ini sungguh merupakan taktik para kaum Feodal dan Kapitalis yang akhirnya membuat proletar semakin terasing. Hal ini juga menjadi dalil bagaimana Marxisme bersifat Humanis dalam menyikapi perjuangan antar kelas.
Untuk kalimat terakhir, kita sama-sama mempropagandakan anti mistisme dan takhayul di Indonesia sebagai cara utama membawa manusia Indonesia ke tahap masyarakat yang industrialis dengan penguasaan alat produksi oleh para buruh. Dengan hilangnya kepercayaan pada mistisme di Indonesia akhirnya akan menjadikan masyarakat Indonesia menjadi lebih Materialis Dialektis dan akhirnya menbawa Indonesia menjadi negara Sosialistik yang paling maju.

0 comments:

Post a Comment

 
;