Thursday, April 6, 2017

Pan Arabisme dan Baathisme


Mungkin tidak ada pahlawan Arab yang paling berani selain Nabi Muhammad SAW, Umar Ibn Khattab, Khalid Ibn Walid, Gamal Abdul Nasser, dan Saddam Husein. Salah satu dari mereka merupakan presiden Mesir yang berhasil menggulingkan dua kekuasaan sekaligus yaitu Raja Farouk I dan presiden Mesir pertama, Jenderal Muhammad Naguib. Gamal Abdul Nasser, mungkin pantas disebut pahlawan Arab ketika cita-citanya yaitu mempersatukan seluruh tanah Arab di gulirkan. Beliau berani menasionalisasi Terusan Suez di tahun 1956. Prestasi terbesarnya ialah ia berhasil membentuk Republik Persatuan Arab bersama Presiden Syria, Syukri Al Quwatli. Sikap Nasser dan kemenangannya di dalam Perang Suez tersebut membuatnya menjadi panutan banyak pemerintahan oposisi di negara-negara Arab termasuk Irak.
Sentimen pro Nasser juga banyak diserukan di Syria sehingga Partai Baath yang berkuasa pada masa itu di bawah kepemimpinan Syukri mendekati Nasser untuk mencoba persatuan kedua negaranya. Persatuan tersebut juga dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh Partai Komunis di Syria serta menaikkan popularitas Partai Baath di kalangan rakyat. Sedangkan para pebisnis Syria berharap agar persatuan ini dapat mereka manfaatkan untuk menggarap pasar Mesir yang potensial. Beberapa keuntungan yang telah di prediksi oleh Syria akhirnya membuat Partai Baath menggebu-gebu ingin bersatu dengan Mesir di bawah kepemimpinan Nasser nantinya.

22 Februari 1958, Gamal Abdul Nasser dan Syukri Al Quwatli menandatangani pakta persatuan antara Mesir dan Suriah dengan nama Republik Persatuan Arab. Sistem politik ekonomi yang digulirkan ialah Sosialisme Arab yang berdasarkan Nasionalisme dengan presiden pertamanya ialah Gamal Abdel Nasser. Namun, pasukan Mesir akhirnya mengambil alih pemerintahan di Syria serta para pemimpin Syria dipaksa bertempat tinggal di Kairo membuat hubungan antara mereka dengan Syria semakin renggang.
Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita analisis soal beberapa pihak yang terlibat termasuk Partai Baath yang merupakan Partai Sosialisme Arab sekular yang terbesar di Timur Tengah. Partai ini dibentuk pada 1934 dan berawal dari kerjasama antara orang-orang Marxis Syria dengan Perkumpulan Sosialis yang di dirikan oleh Aflak dan Bithar. Partai Baath berhasil berkuasa di Syria hingga kini dengan beberapa tokohnya terlibat dalam peristiwa penting seperti Syukri Al Quwatli dan Saddam Husein. Partai ini menganut garis Sosialisme Ilmiah yang menerapkan paham kebangsaan sehingga bisa dibilang bahwa Partai Baath berkembang berdasarkan Sosialisme yang Nasionalis. Terkadang Sosialisme yang mereka kembangkan menuju ke arah Fasisme Arab sehingga bisa dibilang ideologi yang mereka terapkan sangat Chauvinis. Partai ini juga terlibat beberapa revolusi teermasuk revolusi Irak tahun 1968 dan Revolusi Syria yang menaikkan Syukri ke tampuk kekuasaan. Gamal Abdel Nasser yang merupakan pahlawan Mesir juga mendapat pengaruh Baath hingga melancarkan kudeta menurunkan presiden Mesir pertama.
Partai ini yang kemudian memberikan pengaruh besar terhadap invasi Irak ke Iran dan Kuwait serta yang utama yaitu berdirinya Republik Persatuan Arab. Namun, langkah dan strategi yang tidak tepat membuat Partai Baath tunduk dibawah kekuasaan Gamal Abdel Nasser. Walaupun kedua berpaham sama, yaitu Sosialisme Arab, namun mereka mempunyai kepentingan yang berbeda. Dengan berdirinya Republik Persatuan Arab maka Nasser berhasil menguasai Syria sepenuhnya dan menyingkirkan tokoh Partai Baath dari pemerintahan Syria. Beberapa tokoh partai Baath membentuk pemerintahan di Irak di bawah kekuasaan Hasan Al Bakr dan selanjutnya Saddam Husein.
Tahun 1961, Syria dihadapkan pada situasi kudeta integral atau kudeta militer sehingga menyebabkan Syria melepaskan diri dari Republik Persatuan Arab. Dengan keluarnya Syria, maka gagal lah cita-cita Gamal Abdel Nasser soal persatuan seluruh tanah Arab. Namun, berkuasanya Partai Baath kembali di Syria dan Irak membuat hubungan keduanya menjadi semakin dekat. Sedangkan Gamal Abdel Nasser akhirnya meninggal  tahun 1970 dan digantikan oleh Anwar Sadat yang berideologi sama dengan Nasser. Walaupun Syria melepaskan diri pada 1961, namun Mesir dibawah kepemimpinan Nasser masih memakai nama Republik Persatuan Arab hingga 1970.
Sekarang kesimpulannya ialah bahwa antara Baath dan Pan Arabisme yang dicita-citakan Nasser mempunyai kesamaan dalam hal ideologi yaitu Sosialisme yang Nasionalis, namun keduanya dihadapkan pada kepentingan yang berbeda sehingga membuat kedua berbenturan. Namun, setelah berkuasanya Saddam Husein di Irak, Partai Baath memakai cita-cita Nasser untuk menarik simpati rakyat Irak dan Syria sehingga Partai Baath menjadi partai tunggal di negara tersebut. Tidak hanya di kedua negara tersebut, Partai Baath mendapat pengaruh besar di beberapa negara Arab seperti Transjordania, Iran, dan Libanon. Sosialisme Arab yang mendapat pengaruh Marxis begitu kental membuat negara-negara yang dipengaruhi oleh Partai Baath menerapkan kerjasama dengan Uni Soviet selama Perang Dingin. Termasuk Mesir yang menerapkan kerjasama di berbagai bidang seperti dalam pembangunan Bendungan Aswan serta kerjasama militer.
Antara Partai Baath dan Pan Arabisme juga mempunyai cita-cita sama yaitu menasionalisasi seluruh asset produksi di negara-negara Arab termasuk Mesir, Syria, dan Irak. Dengan berdirinya Republik Persatuan Arab, maka nasionalisasi digalakkan di kedua negara tersebut sehingga simpatisan pro Nasser di berbagai negara Arab melakukan kudeta untuk cepat menandatangani kerjasama dengan Nasser. Namun, keluarnya Syria pada 1961 dari Republik Persatuan Arab memupuskan harapan simpatisan pro Nasser tersebut.

Pustaka

0 comments:

Post a Comment

 
;