Mungkin tidak ada pahlawan Arab yang paling berani
selain Nabi Muhammad SAW, Umar Ibn Khattab, Khalid Ibn Walid, Gamal Abdul
Nasser, dan Saddam Husein. Salah satu dari mereka merupakan presiden Mesir yang
berhasil menggulingkan dua kekuasaan sekaligus yaitu Raja Farouk I dan presiden
Mesir pertama, Jenderal Muhammad Naguib. Gamal Abdul Nasser, mungkin pantas
disebut pahlawan Arab ketika cita-citanya yaitu mempersatukan seluruh tanah
Arab di gulirkan. Beliau berani menasionalisasi Terusan Suez di tahun 1956.
Prestasi terbesarnya ialah ia berhasil membentuk Republik Persatuan Arab
bersama Presiden Syria, Syukri Al Quwatli. Sikap Nasser dan kemenangannya di
dalam Perang Suez tersebut membuatnya menjadi panutan banyak pemerintahan oposisi
di negara-negara Arab termasuk Irak.
Sentimen pro Nasser juga banyak diserukan di Syria
sehingga Partai Baath yang berkuasa pada masa itu di bawah kepemimpinan Syukri
mendekati Nasser untuk mencoba persatuan kedua negaranya. Persatuan tersebut
juga dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh Partai Komunis di Syria serta
menaikkan popularitas Partai Baath di kalangan rakyat. Sedangkan para pebisnis
Syria berharap agar persatuan ini dapat mereka manfaatkan untuk menggarap pasar
Mesir yang potensial. Beberapa keuntungan yang telah di prediksi oleh Syria
akhirnya membuat Partai Baath menggebu-gebu ingin bersatu dengan Mesir di bawah
kepemimpinan Nasser nantinya.
22 Februari 1958, Gamal Abdul Nasser dan Syukri Al
Quwatli menandatangani pakta persatuan antara Mesir dan Suriah dengan nama
Republik Persatuan Arab. Sistem politik ekonomi yang digulirkan ialah
Sosialisme Arab yang berdasarkan Nasionalisme dengan presiden pertamanya ialah
Gamal Abdel Nasser. Namun, pasukan Mesir akhirnya mengambil alih pemerintahan
di Syria serta para pemimpin Syria dipaksa bertempat tinggal di Kairo membuat
hubungan antara mereka dengan Syria semakin renggang.
Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita
analisis soal beberapa pihak yang terlibat termasuk Partai Baath yang merupakan
Partai Sosialisme Arab sekular yang terbesar di Timur Tengah. Partai ini
dibentuk pada 1934 dan berawal dari kerjasama antara orang-orang Marxis Syria
dengan Perkumpulan Sosialis yang di dirikan oleh Aflak dan Bithar. Partai Baath
berhasil berkuasa di Syria hingga kini dengan beberapa tokohnya terlibat dalam
peristiwa penting seperti Syukri Al Quwatli dan Saddam Husein. Partai ini
menganut garis Sosialisme Ilmiah yang menerapkan paham kebangsaan sehingga bisa
dibilang bahwa Partai Baath berkembang berdasarkan Sosialisme yang Nasionalis.
Terkadang Sosialisme yang mereka kembangkan menuju ke arah Fasisme Arab
sehingga bisa dibilang ideologi yang mereka terapkan sangat Chauvinis. Partai
ini juga terlibat beberapa revolusi teermasuk revolusi Irak tahun 1968 dan Revolusi
Syria yang menaikkan Syukri ke tampuk kekuasaan. Gamal Abdel Nasser yang
merupakan pahlawan Mesir juga mendapat pengaruh Baath hingga melancarkan kudeta
menurunkan presiden Mesir pertama.
Partai ini yang kemudian memberikan pengaruh besar
terhadap invasi Irak ke Iran dan Kuwait serta yang utama yaitu berdirinya
Republik Persatuan Arab. Namun, langkah dan strategi yang tidak tepat membuat
Partai Baath tunduk dibawah kekuasaan Gamal Abdel Nasser. Walaupun kedua
berpaham sama, yaitu Sosialisme Arab, namun mereka mempunyai kepentingan yang
berbeda. Dengan berdirinya Republik Persatuan Arab maka Nasser berhasil
menguasai Syria sepenuhnya dan menyingkirkan tokoh Partai Baath dari
pemerintahan Syria. Beberapa tokoh partai Baath membentuk pemerintahan di Irak
di bawah kekuasaan Hasan Al Bakr dan selanjutnya Saddam Husein.
Tahun 1961, Syria dihadapkan pada situasi kudeta
integral atau kudeta militer sehingga menyebabkan Syria melepaskan diri dari
Republik Persatuan Arab. Dengan keluarnya Syria, maka gagal lah cita-cita Gamal
Abdel Nasser soal persatuan seluruh tanah Arab. Namun, berkuasanya Partai Baath
kembali di Syria dan Irak membuat hubungan keduanya menjadi semakin dekat.
Sedangkan Gamal Abdel Nasser akhirnya meninggal
tahun 1970 dan digantikan oleh Anwar Sadat yang berideologi sama dengan
Nasser. Walaupun Syria melepaskan diri pada 1961, namun Mesir dibawah
kepemimpinan Nasser masih memakai nama Republik Persatuan Arab hingga 1970.
Sekarang kesimpulannya ialah bahwa antara Baath dan
Pan Arabisme yang dicita-citakan Nasser mempunyai kesamaan dalam hal ideologi
yaitu Sosialisme yang Nasionalis, namun keduanya dihadapkan pada kepentingan
yang berbeda sehingga membuat kedua berbenturan. Namun, setelah berkuasanya
Saddam Husein di Irak, Partai Baath memakai cita-cita Nasser untuk menarik
simpati rakyat Irak dan Syria sehingga Partai Baath menjadi partai tunggal di
negara tersebut. Tidak hanya di kedua negara tersebut, Partai Baath mendapat
pengaruh besar di beberapa negara Arab seperti Transjordania, Iran, dan Libanon.
Sosialisme Arab yang mendapat pengaruh Marxis begitu kental membuat
negara-negara yang dipengaruhi oleh Partai Baath menerapkan kerjasama dengan
Uni Soviet selama Perang Dingin. Termasuk Mesir yang menerapkan kerjasama di
berbagai bidang seperti dalam pembangunan Bendungan Aswan serta kerjasama
militer.
Antara Partai Baath dan Pan Arabisme juga mempunyai
cita-cita sama yaitu menasionalisasi seluruh asset produksi di negara-negara
Arab termasuk Mesir, Syria, dan Irak. Dengan berdirinya Republik Persatuan
Arab, maka nasionalisasi digalakkan di kedua negara tersebut sehingga
simpatisan pro Nasser di berbagai negara Arab melakukan kudeta untuk cepat
menandatangani kerjasama dengan Nasser. Namun, keluarnya Syria pada 1961 dari
Republik Persatuan Arab memupuskan harapan simpatisan pro Nasser tersebut.
Pustaka
0 comments:
Post a Comment