Wednesday, July 19, 2017

Kritik Kritis Frontal


Persoalan kritik menjadi biang dari beberapa peristiwa besar. Misalnya ialah kritik Marx terhadap Kapitalisme, kritik Reagen terhadap Stalin, atau bahkan kritik mahasiswa terhadap pemerintah. Beberapa dari kritik yg kritis bahkan mampu menjadi arah penentu masa depan dari pertentangan manusia. Inilah mengapa kritik Marx menjadi pegangan bagi kaum Komunis sedunia, kritik Syafi'i terhadap Syi'ah Rafidah juga menjadi sumber fiqh yg absah. Lain lagi dengan persoalan kritik Ibn Rusyd terhadap Al Ghazali. Tetapi inti dari semuanya bermuara pada satu kesimpulan yg cukup Darwinis, yaitu "siapa yg kuat bertahan, ia yg memegang kendali". Inilah mengapa kebenaran yg pada mulanya terasing juga akan bermuara pada kemenangan.
Tetapi persoalan dari catatan ini bukanlah kausalitas kritik, namun sifat dari kritik itu sendiri. Jika boleh mengambil dari perspektif yg empiris, kritik yg frontal selalu menang pada akhirnya jika ia di dukung dengan analisa yg baik, namun nasib buruk dapat menimpa kepada yg empunya kritik ketika ia masih saja terasing dalam hal mempertahankan pendapatnya. Tan Malaka adalah seorang pengkritik sejati dan ia tetap terasing hingga mati, tetapi ajarannya hidup hingga kini. Persoalannya, kritik Tan Malaka adalah salah satu contoh bagaimana penyampaian kritik frontal itu.

Efek kritik frontal sangat jelas membunuh si pengkritik. Tetapi ada kasus lain ketika Marx yg mempunyai posisi yg sama dengan Tan Malaka akhirnya selamat dari terjangan pihak kontra. Hal itu dikarenakan ia mengambil zona aman, yaitu Liga Buruh Internasional. Bukan hanya itu, alat pertahanan kritik Marx ialah bahwa pada mulanya ia sudah merupakan orang mampu mempengaruhi secara propaganda melalui beberapa orang seperti Moses Hess. Kehadiran Engels menjadi faktor penentu keberhasilan kritik Marx juga.
Contoh diatas menyiratkan satu hal, kritik frontal sangat membunuh si pengkritik ketika ia sebelumnya tidak mempunyai pengaruh. Adapun yg empunya pengaruh, ia belum tentu bisa menjaga konsistensi pemikiran dari orang" yg mengikuti dirinya. Tan Malaka mempunyai Persatuan Perjuangan tepat 2 tahun sebelum ia mati, namun konsistensi akibat kuatnya pengaruh kontra akhirnya memudar. Jika sudsh begini masalahnya, maka kita perlu mengambil perspektif kontra.

Kita patut apresiasi karya Lenin "Komunisme Sayap Kiri : Suatu Penyakit Kekanak-kanakan".
Dalam karya tersebut kita mendapati suatu pelajaran secara tersirat, yaitu bahwa yg terpenting ketika kita belum mempunyai pengaruh, kita harus menciptakan pengaruh dari pihak kontra dengan memanipulasi dirinya menjadi pihak kontra. Ini bukanlah taktik spionase, melainkan taktik faksi. Artinya, kita membentuk faksi dalam pihak kontra yg bisa membawa kita menciptakan massa yg mendukung kritik kita pada selanjutnya. Itulah mengapa kritik yg frontal (sesuai dengan terminologinya) dipakai pada saat kita beragitasi, bukan dalam propaganda.
Sedangkan - dalam propaganda - kita menjalankan suatu bentuk kritik yg mempunyai inti yg sangat halus. Semua sifat kritik kita tingkatkan sesuai lompatan dialektika nantinya. Kuantitatif akan berubah menjadi kualitatif ketika kondisi material telah mendukung. Orang yg bijak ialah bukanlah orang yg menyampaikan kritik karena ia merasa lebih tahu, tetapi karena ia merasa bahwa sesuatu yg kita kritik "perlu kita analisa bersama".
Tentunya hal ini juga pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW setelah ia mendapatkan wahyu. Ia melaksanakan dakwah secara diam-diam, disinilah ia berperan sebagai propagandais. Lalu ia melakukan dakwah secara terang-terangan setelah cukup mendapatkan pengaruh, disinilah pada akhirnya ia menjalankan kritik yg cukup frontal. Sedangkan pengaruh yg telah ia dapatkan pada akhirnya menjadi pembela utama dari kritik beliau. Inilah bentuk kritik yg paling sempurna yg pernah dijalankan oleh manusia.
Kesimpulannya, kritik frontal adalah biang dari suatu peristiwa sejarah. Jika kita menganalisa hal tersebut secara MDH, maka kita dapati bahwa suatu peristiwa sejarah terjadi karena pertentangan antar kelas. Dan pertentangan itu terjadi karena adanya kritik yg kritis dan frontal. Semoga kita bijak menggunakan bahasa yg tepat dalam mengkritik seseorang. Dan yg terakhir tidak afdhal kalau kita tidak mengutip salah satu asas dari sains bahwa :
"suatu ilmu dikatakan berhasil ketika ia telah mengalami penyangkalan teoritis dengan analisa model yg mendalam " (asas kritik dalam ilmu pengetahuan)

0 comments:

Post a Comment

 
;