Semaun Dan Sedikit
Mengenai Sarekat Islam
Semaun, nama tersebut
dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu pendiri aliran Komunisme pribumi di
Indonesia. Karena dari tangannya lah, Komunisme di Indonesia berkembang begitu
pesat hingga keruntuhannya di tahun 1965. Semaun bersama Darsono, pertama kali
memimpin Sarekat Islam seksi Semarang tahun 1917. Berkat kepiawaiannya, Sarekat
Islam Semarang menjadi organisasi revolusioner pertama yang beranggotakan
pribumi di Indonesia disamping ISDV.
Tetapi Semaun
tidaklah sendiri, Sneevliet adalah orang yang pertama kali menyebarkan paham
Komunisme di Indonesia bersama para bekas anggota SDAP dari Belanda. Selain,
itu terdapat Adolf Baars yang merupakan seorang jurnalis yang pandai bahasa
Jawa dan Indonesia. Pada 1917, Baars menjadi pionir dalam terbitnya koran
sosialis pertama berbahasa Indonesia yang bertajuk Soeara Merdika. Maret
1918, Baars juga menerbitkan Soeara Ra’jat yang kelak menjadi jurnal
teori PKI[1].
Semaun adalah seorang
putra pegawai kereta api rendahan yang lahir di Surabaya. Ia menjadi murid
Cokroaminoto di Surabaya dan bahkan menjadi salah seorang anggota awal Sarekat
Islam yang bergabung pada 1914 (pada saat itu ia baru berusia 15 tahun) dan
segera menjadi Sekretaris Cabang SI Surabaya. Ia menjadi salah satu agitator
buruh pertama di Indonesia. Pada 1915, atas ajakan Sneevliet, ia bergabung
dengan ISDV dan segera menjadi wakil ketua cabang Surabaya. Pada 1916, ia
menjadi juru bicara ISDV pada kongres SI pertama. Ia menganjurkan agar SI
membentuk aliansi dengan ISDV, namun pimpinan sidang memotong pembicaraan
Semaun setelah ia berpidato hanya lima menit[2].
Segera setelah
kongres tersebut, Semaun pindah dari Surabaya ke Semarang karena adanya
pemindahan pekerjaan. 6 Mei 1917, ia menjadi Ketua SI cabang Semarang
menggantikan Muhammad Jusuf. Soe Hok Gie dan Ruth Mcvey agaknya berbeda
pandangan soal umur Semaun pada kala itu. Soe Hok Gie berpendapat bahwa umur
Semaun pada saat menjadi ketua SI cabang Semarang adalah sembilan belas tahun[3],
sedangkan menurut keterangan Ruth Mcvey, pada 1916, Semaun baru berumur 17
tahun[4].
Keduanya mendapatkan sumber yang sama yaitu sumber wawancara lisan dengan
Semaun. Namun, kita-sebagai seorang sejarawan-pada akhirnya harus mengambil
sintesis dari kedua pandangan tersebut dengan merujuk pada banyaknya sumber
yang diambil oleh Ruth Mcvey selain sumber wawancara lisan, maka kita lebih
setuju dengan pendapat Ruth Mcvey dalam hal ini.
Sedangkan, Sarekat
Islam adalah sebuah organisasi massa yang pada mulanya merupakan sarekat dagang
yang dibentuk pada akhir 1911 oleh Samanhudi dengan nama Sarekat Dagang Islam
(selanjutnya disingkat SDI) di Surakarta. Tujuan awal dari SDI adalah untuk melindungi
pengusaha batik Jawa dari persaingan pedagang Cina yang meningkat. Namun pada
1912, HOS Cokroaminoto mengambil alih organisasi dan merombak SDI dengan
membuang kata “Dagang” sehingga menjadi Sarekat Islam. SI pada awalnya
bertujuan meningkatkan taraf hidup dan perekonomian Indonesia secara umum.
Pusat kegiatan SI pun pindah ke Surabaya dam pada awal 1913, SI memperoleh
banyak pendukung dari seluruh Jawa[5].
Dari kelas pedagang
perkotaan, SI mulai menyebarkan pengaruhnya secara cepat pada kaum yang lebih
miskin di perkotaan dan kemudian juga mendapat pengaruh luas pula dari daerah
pedalaman. Cokroaminoto sendiri pada akhirnya dianggap sebagai sosok Ratu Adil yang
diramalkan secara tradisional sebagai pemimpin yang dibutuhkan rakyat. Ekspansi
tersebut pada akhirnya memunculkan kekhawatiran dari pemerintah sehingga
pemerintah-dibawah perintah Gubernur Jenderal Idenburg-menerapkan kebijakan
bahwa para pemimpin SI tidak diizinkan membangun organisasi terpusat yang
menunjukkan tanggungjawab keorganisasian dan finansial. SI lokal tetap boleh
melakukan kegiatan otonom dan pimpinan pusat hanya berfungsi sebagai penghubung
hingga nanti mereka dapat membuktikan mampu memegang tanggungjawab dan kontrol
seluruh organisasi[6].
Selanjutnya, kebijakan Idenburg tersebut akan menuntun SI Semarang menjadi
lebih radikal lagi karena kebijakan tersebut membuat ISDV dengan mudahnya
berafiliasi dengan SI Semarang dibawah kepemimpinan Semaun.
Pengaruh Sosialisme
Pertama Dalam Si Semarang
Indische Sociaal
Democratische Vereniging (atau ISDV) adalah organisasi sosialis
pertama yang banyak menanamkan pengaruh Sosialisme ke tubuh SI Semarang,
terutama melalui tangan Semaun dan Darsono. ISDV didirikan di Semarang pada Mei
1914 atas prakarsa Sneevliet, P. Bergsma, H.W. Dekker, dan J.A. Brandsteder.
Sneevliet kemudian memberikan pengaruh yang sangat besar bagi Semaun sehingga
sebelum ia pindah ke Semarang, Semaun menjadi sangat radikal pemikirannya,
terlebih lagi ia adalah seorang anggota VSTP (Vereniging van Spoor en Tram
Personeel). VSTP sendiri merupakan salah satu organisasi buruh pertama yang
didirikan pada 1908 di Semarang. Selain VSTP, SS-Bond merupakan organisasi
buruh paling pertama yang berdiri pada 1905 dan dipimpin oleh para pegawai
berkebangsaan Belanda[7].
Semaun yang
menggantikan kepemimpinan Muhammad Jusuf pada akhirnya mengubah wajah SI
Semarang menjadi lebih bersifat proletariat. Pada mulanya SI Semarang diisi
oleh kaum pedagang dan pegawai rendahan. Semenjak Semaun memimpin SI Semarang,
transformasi keanggotaan mulai terjadi dengan masuknya unsur buruh dan tani ke
dalam organisasi tersebut. Tendensi SI Semarang yang tadinya moderat akhirnya
berubah cenderung menjadi sosialistik. Menurut Soe Hok Gie, terdapat empat
faktor yang mengakibatkan SI Semarang menjadi revolusioner dan mendapat masa
yang sangat banyak (tentunya selain faktor naiknya Semaun menjadi ketua SI
Semarang) yaitu persoalan kemiskinan yang dialami masyarakat desa, pembakaran
rumah-rumah rakyat akibat wabah pes yang menyebar di perkotaan, penolakan
terhadap Indie Weerbaar[8]
serta Volksraad[9],
dan pengadilan Sneevliet[10].
Keempat faktor
tersebut pada akhirnya membuat SI Semarang mempunyai anggota sebanyak-kurang
lebih-20.000 orang pada 1917. Kepemimpinan Semaun juga pada akhirnya membawa SI
Semarang menjadi organisasi yang revolusioner. SI Semarang-dengan kepemimpinan
Semaun-keras mengkritik Indie Weerbaar. Selain itu, mereka juga
mengkritik CSI karena para pemimpinnya mendukung Indie Weerbaar dengan
mengirim Abdul Muis sebagai delegasi untuk dukungan tersebut. Mereka juga
berani mengkritik Volksraad sebagai badan yang diciptakan Pemerintah
untuk menekan pergerakan massa. Di sisi lain, SI Semarang mengorganisir sarekat
buruh VSTP dan juga mengusahakan dibentuknya vaksentral[11]
namun gagal.
Kecenderungan
revolusioner tersebut serta kedekatan SI Semarang dengan kelas buruh dan tani
cukup untuk membuktikan bahwa unsur Sosialisme Revolusioner telah merasuki
tubuh SI Semarang. Kedekatannya dengan ISDV juga banyak mempengaruhi SI
Semarang sehingga tidak heran kalau SI Semarang pada selanjutnya menjadi aktor
intelektual dibalik banyaknya pemogokan buruh bersama SI Surakarta dan SI
Yogyakarta. Bahkan dalam usaha propagandanya, Semaun berhasil menguasai pers Sinar
Hindia yang kemudian berganti nama menjadi Sinar Djawa dan bahkan
menjadi pemimpin redaksi pers tersebut. Redaktur pers tersebut diisi oleh
Muhammad Jusuf, Alimin (SI Batavia), Kadarisman, Aloei, dan Notowijoyo[12].
Tidak hanya SI
Semarang, unsur Sosialisme juga mempengaruhi beberapa tokoh SI lainnya di
berbagai cabang seperti Alimin dan Musso dari Batavia, Marco Kartodikromo dan
Haji Misbach dari Surakarta serta beberapa tokoh lainnya dari berbagai kota.
Bahkan Sarekat Islam secara keseluruhan mulai cenderung bergerak ke kiri sejak
kongres CSI 1917. Usul Semaun dengan menolak Kapitalisme Asing sebagai salah
satu asas SI diterima karena adanya kekecewaan SI itu sendiri terhadap
pemerintah dalam mengurus indie weerbaar dan juga tidak diterimanya
berbagai usul dalam volksraad.
Aksi-Aksi Sarekat
Islam Semarang 1917-1920
Catatan-catatan
mengenai aksi yang dilakukan Sarekat Islam Semarang sebagian besar terangkum
dalam skripsi Soe Hok Gie yang berjudul Dibawah Lentera Merah. Namun,
ada baiknya kita mengulas apa saja yang dilakukan Sarekat Islam Semarang selama
periode kepemimpinan Semaun. Ruth Mcvey juga mengulas secara lengkap tentang
bagaimana Sarekat Islam secara keseluruhan melakukan aksi selama periode 1917
hingga tahun 1920. Kita hanya membatasi hanya dalam masa periode tersebut
karena diluar dari periode tersebut, Sarekat Islam Semarang telah beralih
fungsi menjadi ruang bagi pergerakan rakyat yang diorganisir oleh Perserikatan
Komunis Hindia yang dipimpin oleh Semaun pula pada masa awalnya.
Kongres Nasional
Sarekat Islam kedua yang dilaksanakan pada 20-27 Oktober 1917 di Batavia
dihadiri oleh utusan dari seluruh cabang Sarekat Islam di Indonesia. Kongres
tersebut begitu penting karena menjadi awal dari condongnya Sarekat Islam ke
kiri. Semaun dan kawan-kawannya yang mewakili SI Semarang mengajukan bahwa SI
harus melawan Indie Weerbaar namun dapat penentangan dari Abdul Muis.
Muis juga menolak soal konsep Semaun yang mau bekerjasama dengan ISDV yang
dituduhnya sebagai orang Belanda yang munafik. Namun, konsep mengenai
Kapitalisme pada akhirnya diterima sebagai salah satu asas dasar SI dengan
perkataan memerangi Kapitalisme yang jahat[13].
Tendensi yang condong ke kiri ini bahkan diakui oleh Abdul Muis dalam korannya Kaoem
Moeda yang terbit pada 29 Oktober 1917. Abdul Muis menyebutkan bahwa
“Sarekat Islam sekarang sudah bernada sosialis”.
Setelah kongres
tersebut, Semaun dan kawan-kawannya mulai mengorganisir buruh agar lebih
militan. Pemogokan-pemogokan pun dilancarkan sebagai salah satu aksi kaum buruh
untuk melawan penindasan borjuasi pada kala itu. Aksi pertama yaitu Sarekat
Islam melakukan pemogokan untuk menuntut kepada sebuah perusahaan mebel setelah
mereka memecat 15 buruh. Tuntutan tersebut ialah diantaranya pengurangan jam
kerja dari 8,5 jam menjadi 8 jam, gaji buruh dibayar penuh selama mogok, dan
setiap yang dipecat wajib diberi pesangon sebanyak upah 3 bulan[14].
Dalam waktu lima hari, pemogokan tersebut membawa dampak yang luar biasa,
majikan pada akhirnya menerima tuntutan SI dan pemogokan pun berhenti.
Tidak hanya itu, SI
Semarang juga melakukan perjuangan melawan tuan-tuan tanah yang memeras
penduduk desa di tanah-tanah partikelir[15].
Perjuangan untuk menasionalisasi tanah bisa dikatakan berhasil namun karena
adanya aksi sepihak dari kaum tani membuat perjuangan tersebut bisa dikatakan
gagal[16].
Aksi nasionalisasi tanah tersebut menjadi catatan hitam bagi SI Semarang
sehingga semenjak itu, SI Semarang tidak lagi melakukan usaha-usaha konkret
untuk itu.
SI Semarang juga
secara aktif menentang Indie Weerbaar serta Volksraad melalui
tulisan-tulisan yang dimuat dalam koran harian mereka yaitu Sinar Djawa.
Bahkan, SI Semarang bersama ISDV aktif mengkritik Abdul Muis yang dianggapnya
sebagai “Boedak Setan Oeang”. SI Semarang atas nama 20.000 anggotanya meminta
agar Abdul Muis dipecat dari posisinya sebagai wakil presiden CSI.
Perjuangan SI
Semarang dalam membela kaum buruh sebagian besar mengalami keberhasilan. Tetapi
sebagian dari perjuangan tersebut juga ada yang mengalami kegagalan. Contoh
kegagalan tersebut ialah saat SI Semarang menangani kasus pemogokan yang
terjadi disebuah perusahan percetakan yang bernama Niuwe Courant. Dari
April hingga bulan Juni 1918, pemogokan berlangsung dan memakan dana banyak,
majikan berhasil bertahan dengan tidak memenuhi tuntutan dari SI sehingga
pemogokan tersebut dianggap sebagai kekalahan moril bagi SI itu sendiri[17].
Perjuangan-perjuangan
tersebut pada akhirnya membuat setiap sidang-sidang CSI selalu menghasilkan
keputusan revolusioner karena didukung oleh sebagian besar cabang SI lokal.
Tokoh SI Semarang menyadari hal tersebut sehingga secara intensif, SI Semarang
mengadakan kursus-kursus kader untuk kemudian disebarluaskan ke kota-kota
lainnya. Kursus-kursus tersebut menghasilkan sesuatu yang positif sehingga
terlihat bahwa semakin banyaknya SI lokal yang mendukung ide-ide Sosialisme
Revolusioner.
September 1918, Sarekat
Islam kembali mengadakan sidang yang dihadiri oleh para pengurus sentral serta
komisaris daerah. Tujuan sidang tersebut adalah membahas memburuknya situasi
politik serta harga-harga yang mulai membumbung tinggi. Tidak hanya
permasalahan tersebut, SI juga membahas soal tekanan pemerintah kepada
tokoh-tokoh pergerakan yang semakin berat. Sidang tersebut dihadiri oleh 10
orang yaitu Cokroaminoto, Semaun, Sukirno, Sosrokardono, anggota yang tidak
dapat datang diantaranya: Abdul Muis, Hasan Djajadiningrat, Muhammad Jusuf, M.
H. Nizam Zoeny, Moh. Arif, Wignjadisastra, dan Brotosoehardjo. Selain itu
terdapat wakil Medan yang tidak sempat diundang serta K.H. Ahmad Dahlan tak
memberi kabar[18].
Sidang tersebut
menjadi begitu penting mengingat bahwa hasil dari sidang tersebut ialah
persoalan Tionghoa yang tidak lagi dipersoalkan, penentangan terhadap
Kapitalisme “yang berdosa”, penolakan terhadap Indie Weerbaar, dan penilaian
terhadap sikap pemerintah yang dinilai lebih mementingkan tebu daripada rakyat.
Selain keputusan-keputusan tersebut, hal yang paling mengejutkan adalah
ditunjuknya Sneevliet sebagai wakil SI di Belanda.
Sarekat Islam kembali
mengadakan kongresnya kembali pada Oktober 1919 di Surabaya. Selama kongres
tersebut, ISDV membagikan sebuah pamflet yang berisi seruan kepada perjuangan
kelas. Dalam pamflet tersebut, ISDV menyatakan bahwa tugas SI adalah membangun
organisasi agar proletariat Hindia dapat membebaskan dirinya sendiri[19].
Kongres tersebut merupakan salah satu kongres terpenting karena terlihat adanya
pergeseran dasar prinsip Sarekat Islam dari religius menuju ke sosialis
sekuler. Pergeseran tersebut terlihat ketika para pemimpin SI membuat sebuah
federasi buruh pertama di Indonesia pada 25 Desember 1919. Federasi tersebut
beranggotakan 22 serikat buruh (kebanyakan dari serikat tersebut dipengaruhi
oleh SI Semarang) dan 72.000 anggota buruh yang dipimpin oleh Suryopranoto[20].
Federasi tersebut bernama Persatuan Pergerakan Kaum Buruh atau PPKB.
Selain pergerakan Sarekat
Islam yang lebih bercirikan sosialis sekuler sejak SI Semarang turut campur
tangan dalam setiap pergerakannya, ada kejadian menarik dari pihak ISDV. Sejak
dibentuknya Komintern pada 1919 di Rusia, maka label sosial demokrat sering
diidentikkan dengan Internasionale II. Dengan cepat, berbagai organisasi
komunis di berbagai negara merubah namanya menjadi Partai Komunis tak
terkecuali dengan Indonesia. Pada 23 Mei 1920, atas saran Alimin dan penguatan
saran dari Semaun, ISDV merubah namanya menjadi Perserikatan Komunis Hindia.
Semaun terpilih menjadi ketua, Darsono sebagai wakil ketua, Bergsma sebagai
sekretaris, dan Dekker menjadi bendahara. Nama Perserikatan Komunis Hindia
kemudian berubah menjadi Partai Komunis Indonesia.
Partai Komunis
Indonesia menjadi partai komunis pertama yang berdiri di Asia di luar
perbatasan Rusia. Kelak, partai tersebut menjadi partai komunis terbesar ketiga
setelah Partai Kun Chan Tang dari Cina dan Partai Komunis Uni Soviet.
Pergerakan PKI selanjutnya mempengaruhi pergerakan Sarekat Islam dan menjadi
pemicu pertama pertentangan antara Sarekat Islam yang dipengaruhi cabang
Semarang dengan Sarekat Islam yang tidak dipengaruhi cabang Semarang. Sejak
berdirinya PKI, Sarekat Islam cabang Semarang mengorganisir cabang SI lokal
yang mempunyai paham sosialis untuk selanjutnya memisahkan diri dari SI. Dengan
demikian periode kepemimpinan Semaun di SI Semarang berakhir sejak 1920.
Referensi
[5]
Ibid hal. 12, untuk keterangan lengkap mengenai SI, lihat Robert Van Niel, The
Emergence of The Modern Indonesian Elite hal. 89-95.
[6]
Ibid hal. 18-19. Untuk keterangan lebih lengkap mengenai kebijakan Idenburg,
lihat Bescheieden Betreffende de Vereniging ‘Sarekat Islam’,
(Pemerintahan Hindia Belanda, 1913) hal. 60-77.
[7]
Dipa Nusantara Aidit. Sejarah Gerakan Buruh Indonesia. (Jakarta: Yayasan
Pembaruan, ___). hal. 37.
[8]
Indie Weerbaar merupakan suatu kebijakan Pemerintahan Hindia Belanda
yang menuntut agar rakyat pribumi dipersenjatai dengan maksud membendung
musuh-musuh dari luar, terutama Jepang, lihat Soe Hok Gie, op.cit. hal.
11.
[9]
Volksraad merupakan sebuah dewan bentukan Pemerintahan Hindia Belanda
yang bertujuan untuk menampung aspirasi rakyat (namun pada kenyataannya tidak
berguna) yang anggotanya berasal dari kalangan orang Eropa dan pribumi.
[10]
Pada Februari 1917, Sneevliet menulis artikel Zeegepral tentang
kemenangan revolusi Februari Rusia dalam surat kabar De Indier. Karena
artikel tersebut, Sneevliet diadili pada November 1917. Pengadilan tersebut
dikenal sebagai Persdelict Sneevliet. lihat Sinar Djawa
penerbitan 21 Oktober sampai 7 Desember 1917.
[11]
Vaksentral merupakan suatu bentuk federasi sarekat buruh pusat yang
berusaha dibentuk oleh Semaun sebagai bentuk persatuan seluruh sarekat buruh di
Jawa, namun usaha tersebut gagal karena yang mengirimkan wakil hanya VSTP.
lihat Aidit, op.cit. hal. 40.
[15]
Menurut J. Heemstra (1940), tanah partikelir merupakan komplek tanah luas-baik
itu pertanian maupun perumahan-yang diserahkan kompeni Pemerintah Inggris
maupun Belanda kepada pihak swasta dengan hak khusus. Tanah tersebut
dipindahtangankan dengan cara hadiah, penjualan, atau cara lain sehingga pihak
swasta mempunyai hak milik penuh atas tanah tersebut.
0 comments:
Post a Comment