Kapitalisme merupakan sistem yang
Barbar, dengan siklus boom-and-bustnya yang memporakporandakan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat pekerja. Sistem ini hanya bisa dihancurkan oleh ideologi
revolusioner kelas buruh, yakni sosialisme. Sosialisme tidak hanya sebatas
sebagai “good idea” atau ideologi yang revolusioner, tetapi sosialisme sebagai
hasil yang tak terelakkan dari perkembangan kapitalisme itu sendiri. Marx
menjelaskan, bahwa dengan keserakahannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi
yang besar, borjuasi mengembangkan kekuatan-kekuatan produktif ke suatu tingkat
yang tinggi dan seiring dengan itu juga menciptakan milyaran kelas proletar
yang akan menumbangkan kapitalisme; dengan demikian, kapitalisme telah
menciptakan kondisi-kondisi obyektif bagi sosialisme.
Milyaran komoditas di pasar
dunia diperdagangkan setiap hari. Harga komoditas naik turun karena
berada dalam permainan pasar yang membabi buta dan keji. Beberapa tahun lalu,
seorang pemain modal terkenal, George Soros, menulis sebuah buku yang
menggambarkan dengan detail mengenai sifat barbar dari pasar finansial. Dan
manifestasi yang paling memukul dari semua ini adalah terjadinya krisis
overproduksi, yang tentunya, memiliki segudang dampak eksternal yang
mengerikan: pabrik-pabrik ditutup ketika rakyat lapar dan membutuhkan
pekerjaan, rumah-rumah disita ketika rakyat membutuhkan atap di atas kepalanya.
Sekali lagi, kapitalisme adalah
sistem yang sangat buruk dan barbar. Munculnya problem-problem berat merupakan
dampak tak terelakkan dari sistem yang buruk ini. Hampir di seluruh
negara-negara ketiga muncul problem-problem sosial yang mengerikan akibat dari
kebangkrutan kapitalisme. Di Indonesia misalnya, jutaan keluarga tinggal di
perkampungan-perkampungan kumuh, di pinggir-pinggir rel kereta api, atau di
tempat-tempat yang benar-benar tak layak untuk dihuni habitat manusia.
Problem-problem yang serius ini
menuntut pembenahan yang serius pula. Setelah Revolusi Oktober di Rusia,
Bolshevik membenahi seluruh perkampungan kumuh dan mengambil alih rumah-rumah
mewah milik orang kaya dan tanah-tanah milik gereja untuk dijadikan perumahan
yang layak bagi rakyat serta dibangun tempat-tempat yang lebih bermanfaat
seperti gedung pertemuan pemuda, panti jompo, klinik kesehatan, museum dan
galeri seni, dll.; menasionalisasi tanah-tanah, bank-bank, rumah-rumah mewah,
dan bisnis-bisnis properti besar.
Terkait dengan ‘siapakah yang
bisa menghancurkan kapitalisme’, Marx dan Lenin telah menegaskan bahwa hanya
kelas buruhlah satu-satunya kekuatan utama yang akan membawa revolusi sosialis
– beraliansi dengan kaum tani miskin. Herbert Marcuse, seorang intelektual
Marxian dari Mazhab Frankfurt, dengan kekeliruan analisanya pernah menjelaskan
mengenai stabilitas kapitalisme di awal tahun 1960-an. Marcuse
pesimis dengan kelas buruh di Eropa sebagai elemen progresif dan motor
revolusi. Bahkan, lebih jauh, dalam analisisnya, menempatkan “kekuatan lain”
sebagai penggerak progresif dalam revolusi, seperti kaum radikal di
kampus-kampus, dan sebagainya.
Bagaimana bisa Marcuse menjelaskan mengenai stabilitas
kapitalisme dan melemahnya kelas buruh di awal tahun 1960-an? Kecerobohan
analisisnya ternyata terbukti dengan hadirnya pemogokan revolusioner pada bulan
Mei 1968 di Perancis. Meskipun massa yang tergabung di serikat-serikat buruh
hanya terhitung tidak lebih dari lima juta, tapi sekitar sepuluh juta massa menduduki
pabrik-pabrik di seluruh Perancis. Di sini Marcuse juga tidak melihat peran
yang merusak dari kepemimpinan Sosial Demokrat dan kaum Stalinis dalam kelas
buruh. Lebih dari itu, dengan analisis intelektualnya yang menduga-duga,
Marcuse menuduh kelas buruh telah berhasil “diborjuasikan” dan “di-Amerikakan”
seperti tertulis dalam bukunya One-Dimensional Man.
Pandangan “kritis” Marcuse dan teoritikus-teoritikus
Marxian menara gading yang skeptis dengan kekuatan progresif kelas buruh
menemui keruntuhan totalnya hari ini. Kekeliruan analisa mereka ditunjukkan
dengan fakta riil peran kelas buruh dalam revolusi hari ini di Venezuela. Kelas
buruh menempatkan dirinya di depan kelas-kelas lain yang juga tertindas: kaum
tani dan miskin kota, pengangguran, pedagang kakilima, gelandangan,
sekutu-sekutu alamiah dari proletariat yang juga menunjukkan spirit
revolusioner yang besar. Ini merupakan kekuatan riil dalam masyarakat
Venezuela. Aliansi revolusioner antara kelas-kelas yang dipimpin oleh kaum
buruh ini akan memobilisasi mayoritas besar populasi dan menggiring mereka
masuk dalam sebuah kekuatan besar yang akan menyapu serta menghancurkan
kekuatan angkuh kapitalisme.
Hidup Buruh!
0 comments:
Post a Comment