Demonstrasi besar melanda Chile. Seruan pemogokan umum dihadiri lebih dari
satu juta orang. Mereka memenuhi jalanan Chile selama beberapa kali dalam dua
bulan terakhir, terutama di Ibukota Santiago. Gerakan pemberontakan ini bermula
dari protes terhadap kenaikan tarif transportasi yang dipimpin oleh kaum muda.
Dari kampanye penolakan kenaikan ini, sebuah gerakan massa telah berkembang
melawan pemerintah yang lalu ditanggapi dengan represi brutal.
Banyak orang terkejut, karena Chile selama ini dikenal sebagai salah satu
negeri paling makmur di Amerika Latin. Barangkali keterkejutan ini juga
menghampiri Pinera, sang Presiden, yang baru awal Oktober lalu mengatakan
dengan bangga bahwa Chile adalah oase di tengah gejolak sosial yang terjadi di
negeri-negeri Amerika Latin. Memang, selama ini Chile dikenal sebagai role
model pembangunan negeri di Amerika Latin. Tingkat pertumbuhan ekonominya kuat,
kemiskinan yang menurun dan sistem politik yang nampaknya stabil sejak akhir
pemerintahan Augusto Pinochet hampir 30 tahun lalu.
Namun bila kita melihat lebih dalam, Chile adalah salah satu negeri yang
paling tidak setara didunia. PBB sendiri mengestimasi bahwa 1% warga terkaya di
sana menghasilkan sepertiga kekayaan nasional. Komentar-komentar dari kelas
menengah dan lapisan bawah kelas pekerja sering kali mengungkap ketimpangan
yang berlangsung puluhan tahun antara lain: upah minimum yang rendah,
pertumbuhan upah yang lambat, perlindungan serikat yang lemah, sistem pensiun
yang diprivatisasi, sistem pendidikan bertingkat yang membuat pelajar miskin
berhutang, perumahan yang tidak terjangkau, perawatan kesehatan yang buruk, dan
konstitusi yang masih mempertahankan sisa-sisa kekuasaan militer. Belum lagi
korupsi yang banyak dilakukan oleh para pejabat. Semua ini menumpuk, bak gunung
es yang saat ini meledak. Kebijakan menaikkan tarif transportasi hanyalah
pemicu demonstrasi besar ini.
Kaum muda adalah lapisan yang paling sensitif atas ketegangan-ketegangan
sosial yang berlangsung dalam masyarakat. Tidak mengherankan bila pelajar
Sekolah Menengah (SMA) adalah lapisan pemercik dari demonstrasi ini. Para
pelajar ini yang orang tuanya merupakan kelas pekerja jelas merasakan beban
ekonomi menjadi lebih berat. Ditambah lagi pada awal Januari, tarif
transportasi sudah mengalami kenaikan. Jadi ini adalah kenaikan yang kedua
dalam 1 tahun terakhir. Tarif transportasi baru yang dicanangkan pemerintah
sekarang ini sebanyak 830 peso atau setara dengan Rp. 16.000 per tiket, setara
dengan 50.000 peso per bulan. Jelas ini adalah pengeluaran besar, bila kita
melihat sebanyak 54% kelas pekerja Chile diupah rata-rata 350.000 peso, ini berarti
transportasi menghabiskan sepertujuh dari upah yang didapat kelas pekerja.
Sejak awal Pinera selayaknya kelas borjuasi lain, tidak dapat memahami
kebutuhan rakyat. Ia terus saja menggambarkan kaum muda yang melawan ini
sebagai kriminal dan bahkan teroris. Langkah kaum muda yang menggelorakan
demonstrasi dianggap sebagai tindakan putus asa karena mereka dinilai tidak
dapat mengembangkan ketrampilan untuk mendapatkan pekerjaan. Tetapi generasi
muda ini tidak menyerah. Mereka tidak akan berhenti mencari cara untuk
menghilangkan warisan kediktatoran yang mengatur hukum, ekonomi dan kehidupan
sehari-hari warga Chile.
Selama beberapa minggu setelah pengumuman kenaikan tarif, para siswa
sekolah menengah di pusat kota Santiago mulai mengatur barisan orang-orang untuk
melewati pintu penyekat/gerbang masuk stasiun bawah tanah tanpa membayar dan
menyerukan agar yang lain mengikuti cara yang sama. Untuk menyapu aksi ini,
Pemerintah mengirim Pasukan Khusus Carabineros ke stasiun kereta bawah tanah
dan memukuli para pelajar tidak bersenjata itu. Sayap kanan Chile juga
menggunakan media nasional untuk memanipulasi tindakan para pelajar ini sebagai
aksi teroris. Ini adalah taktik umum yang digunakan sayap kanan untuk melakukan
‘represi halus’. Tetapi alih-alih mendapat dukungan, langkah para polisi yang
brutal ini justru mendatangkan solidaritas dari berbagai penjuru. Mereka gagal
untuk mengadu domba antara rakyat Chile dengan demonstran!
Sejak saat itu demo terjadi di mana-mana. Gelombang ini semakin membesar
dan sudah menyentuh pinggiran kota Santiago yang biasanya tidak terpengaruh
oleh demonstrasi politik yang secara berkala terjadi di pusat kota. Orang-orang
menunjukkan simpati dan kekaguman terhadap generasi muda, yang telah kehilangan
ketakutan mereka dalam menghadapi ketidakadilan dan memberi energi pada
generasi yang lebih tua yang telah tenggelam dalam ‘kehidupan normal’
sehari-hari.
Dengan perpanjangan demonstrasi kenaikan tarif yang terus terjadi,
Pemerintah memutuskan untuk menutup stasiun bawah tanah di pusat kota. Langkah
ini membuat ribuan orang berjalan di jalanan. Dalam gaya otoriternya, Menteri
Dalam Negeri Andres Chadwick – merupakan generasi lama dari sayap kanan di masa
kediktatoran Pinochet – mengumumkan penerapan UU Keamanan Dalam Negeri terhadap
para demonstran yang ditangkap di siang hari, yang siap membawa para demonstran
ini menghadapi dakwaan 10 tahun penjara. Puluhan ribu tentara dan polisi
dikerahkan guna meredam demo. Mereka melepaskan gas air mata, menggunakan
peluru karet dan meriam air pada warga sipil.
Di malam hari Pemerintah juga menerapkan jam malam. Mereka membawa
tank-tank militer ke pusat kota untuk menjaga jam malam ini. Di Ibukota saja,
sebanyak 10 ribu tentara dan polisi dikerahkan untuk berjaga. Ini adalah
pertama kalinya sejak kediktatoran Pinochet berakhir, dan biasanya hanya
diberlakukan saat ada kejadian bencana alam. Secara alami, pemandangan tank dan
tentara di jalanan membangkitkan reaksi emosional yang sangat kuat di Chile.
Tangan-tangan sayap kanan yang berlumuran darah dengan catatan anti demokrasi
dan kriminal di masa lalu masih diingat dengan baik oleh rakyat.
Menurut laporan, setidaknya 41 dari 140 stasiun kereta bawah tanah hancur.
Ditambah lagi penjarahan dan pembakaran lokasi simbolis yang mewakili
pelanggaran terhadap rakyat seperti gedung pusat perusahaan listrik yang
diprivatisasi, jalan raya pribadi, rantai farmasi, supermarket, bank, yang
selama bertahun-tahun berkolusi melawan kelas pekerja.
Di tengah tekanan yang makin meluas Pinera melunak. Pada sabtu malam (26/10),
Pemerintah Pinera mengumumkan penangguhan kenaikan tarif ini. Penangguhan ini
jelas manuver pemerintah untuk memecah belah orang dan memicu kepanikan dengan
gambar-gambar kekacauan dan kehancuran di media, guna memisahkan elemen-elemen
yang lebih konservatif dari lapisan-lapisan maju yang ada. Pada saat yang sama,
pemerintah memiliki langkah-langkah hukum yang diwarisi dari kediktatoran
lama untuk memusnahkan pemberontakan ini yakni undang-undang keamanan negara.
Mereka menggunakannya sebagai dalih untuk mengembalikan “ketertiban umum”.
Tetapi jelas bahwa ini dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan, tetapi
sebenarnya mengekspresikan kelemahan pemerintah yang sedang tersudut, dan
korelasi kekuatan yang lebih menguntungkan mayoritas kelas pekerja daripada minoritas
kecil kaum oligarki.
Pada saat ini jelas bahwa protes ini bukan hanya soal kenaikan tarif. Ini
adalah pemberontakan rakyat melawan pencurian, ketidakadilan, dan penentangan
terhadap model politik yang didirikan di atas api dan darah selama kediktatoran
sipil-militer dan diabadikan oleh pemerintah selama “transisi demokrasi” paska
rejim Pinochet.
Perjanjian Damai dan Konstitusi Baru
Pada 12 November sebuah pemogokan umum digelar. Pemogokan ini dihadiri
lebih dari 1 juta kelas pekerja Chile. Kali ini pemogokan lebih terorganisir
dibanding protes yang terjadi sebelumnya. Komite Pemogokan Nasional yang
didukung oleh Dewan Kesatuan Nasional – sebuah front besar dengan konfederasi
serikat buruh dan lebih dari 200 organisasi – menyerukan penghentian produksi
dan bergabung dalam demonstrasi besar-besaran di setiap kota. Serikat buruh di
setiap sektor: pelabuhan, pertambangan, konstruksi, industri, perdagangan dan
jasa keuangan, pendidikan, perawatan, kesehatan, pertanian, agrobisnis dan
layanan publik, semua bergabung bersama untuk menuntut perubahan struktural
pada sistem dan menuntut konstitusi baru.
Pemogokan umum ini dengan jelas menunjukkan kekuatan kelas pekerja dalam
masyarakat kapitalis, kekuatan untuk melumpuhkan semua proses produksi,
transportasi dan distribusi barang. Pada saat seperti inilah kelas menjadi
sadar akan kekuatannya sendiri. Jelas pemogokan umum ini telah menempatkan
seluruh gerakan pada posisi yang kuat, karena menyentuh kepentingan ekonomi
kelas kapitalis. Ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang siapa yang
benar-benar membuat ekonomi dan masyarakat berjalan. Pada akhirnya pemogokan
akan berakhir dengan mengajukan sebuah pertanyaan tentang kekuasaan. Dari sini
massa akan memetik pelajaran penting dari jalannya peristiwa.
Pemogokan umum ini juga menunjukkan penolakan yang jelas terhadap manuver
terakhir Pinera dengan menawarkan untuk mengadakan Kongres Konstituen yang akan
terdiri dari anggota-anggota parlemen saat ini. Manuver Pinera jelas adalah
langkah transparan. Pemberontakan yang sedang terjadi ditujukkan untuk rejim,
dan rejim sekarang ini bersikap seolah-olah sedang mereformasi dirinya sendiri
dari atas, tapi sebetulnya tidak mengubah apapun.
Pada saat yang sama partai-partai oposisi merilis pernyataan bersama
mereka yang menolak proposal Pinera, alih-alih menuntut Majelis Konstituante.
Keesokan harinya sebuah negosiasi dibuka antara partai penguasa dan oposisi
untuk mencapai semacam kesepakatan. Proposal terbaru adalah “konvensi
konstitusional”, sebagian terdiri dari delegasi yang dipilih oleh suara rakyat
dan yang lainnya dari parlemen saat ini.
Ketika rakyat pekerja menuntut diadakannya Majelis Konstituante, yang
mereka inginkan adalah menggulingkan rezim yang diwarisi dari kediktatoran.
Tetapi kita perlu memperingatkan bahwa Majelis Konstituante seperti yang
diusulkan hanyalah parlemen bos lain. Kelas yang berkuasa takut akan
penggulingan revolusioner, sangat mampu untuk mengadakan Majelis Konstituante
borjuis dalam waktu beberapa bulan, dengan tujuan mencoba menghilangkan gerakan
dari jalanan dan membawanya ke medan yang lebih aman yakni konstitusionalisme
borjuis.
Pada kenyatannya apa yang dipertaruhkan saat ini di Chile adalah
pertanyaan tentang siapa yang berkuasa, apakah kelas kapitalis melalui partai
dan lembaganya. Atau kelas pekerja dan orang-orang yang dimobilisasi di
jalan-jalan. Menjadi sebuah kebutuhan untuk memperkuat struktur yang telah
diberikan oleh gerakan ini dalam bentuk majelis teritorial, dewan terbuka, dan
komite pemogokan dan pertahanan. Majelis dan dewan terbuka ini harus
dikoordinasikan oleh delegasi terpilih dan dapat ditarik kembali melalui
Cabildo (dewan perwakilan regional) dan Kongres Nasional Kelas Pekerja dan
Rakyat atau Majelis Rakyat. Ini adalah jawaban yang benar untuk menghadapi
situasi yang sedang berlangsung.
0 comments:
Post a Comment