Gerakan revolusioner kembali pecah di Prancis. Gerakan ini dalam skala
jauh lebih besar dari Gerakan Rompi Kuning karena melibatkan banyak pekerja.
Menara Eiffel tutup, 11 dari 16 stasiun kereta bawah tanah serta kereta cepat
membatalkan perjalanan, dan bandara yang melayani penerbangan dilaporkan
berhenti. Prancis diselimuti keheningan tanpa kelas pekerja. Listrik dimatikan.
Rumah, kantor, jalanan dan sekolah tutup. Transpotasi lumpuh saat protes yang
dilakukan di seluruh Prancis mengikuti pemogokan umum yang ditujukan untuk
menolak reformasi pensiun. Pekerja berpendapat bahwa reformasi yang diusulkan
akan membuat mereka bekerja lebih lama untuk pensiun yang lebih kecil.
Pemogokan yang berlangsung sejak 5 Desember telah melumpuhkan
transportasi, jalur distribusi dan ekonomi. Pekerja transportasi, guru,
pengontrol lalu lintas udara, pemadam kebakaran, dokter dan perawat mogok.
Mahasiswa dan pelajar meninggalkan kelas dan bergabung di jalanan bersama
pekerja. Kabut gas air mata memenuhi jalanan seiring betrokan yang terjadi
antara demonstran dan polisi. Mengantisipasi besarnya pemogokan ini Pemerintah
Prancis mengerahkan ribuan polisi tambahan. Di sepanjang rute demontrasi utama
kota Paris, toko-toko dan bank-bank tutup. Di Paris 90 orang ditangkap. Macron
mengirim mobil lapis baja, meriam air, dan ribuan polisi anti huru-hara
bersenjata berat untuk menyerang para pemogok yang berbaris di kota-kota di
seluruh Prancis.
Menurut angka resmi pemerintah jumlah pemogokan ini mencapai 615 ribu.
Namun menurut serikat buruh CGT, angka ini mencapai tiga kali lipat dari
laporan resmi. Lebih dari separuh dari populasi Prancis mendukung atau
bersimpati dengan pemogokan ini. Meskipun pejabat dan penyelenggara demo
memberikan angka yang saling bertentangan, demonstrasi ini adalah yang terbesar
dalam beberapa tahun terakhir. Tidak ada ketetapan sebelumnya kapan pemogokan
ini diakhiri, namun partisipasi yang meluas dalam pemogokan ini menunjukkan
akar ketidakpuasan sosial ini sulit untuk diakhiri.
Serikat buruh CGT mengatakan bahwa “Tidak ada liburan Natal kecuali
pemerintah sadar,” dan mereka menyerukan pemogokan umum berkala untuk
membatalkan rencana pensiun Macron. Tapi apa artinya dan bagaimana memenangkan
pertarungan ini. Inilah pertanyaan strategi yang sampai saat ini belum selesai.
Edouard Philippe, Perdana Menteri Prancis, menyimpulkan bahwa ada 18 bulan
lebih "pembicaraan" dan "konsultasi" dengan para pemimpin
serikat pekerja. Ratusan jam pertemuan negosiasi memuncak pada hasil bahwa
pemerintah akan menyajikan reformasi yang persis sama dengan apa yang akan
mereka ajukan sebelumnya jika tidak ada "pembicaraan" dan
"konsultasi" yang dilakukan.
Pada kesempatan yang sama, Philippe Martinez (Sekretaris Jenderal CGT)
menyatakan bahwa "pemerintah telah mencemooh rakyat". Tetapi Martinez
sendiri diejek: lebih dari 23 pertemuan konsultasi, pemerintah menuduhnya
“tidak ingin berbicara”. Tapi siapa yang harus disalahkan? Pemerintah yang
mengatur lelucon ini dan membela kepentingan kelas penguasa? Atau pemimpin CGT
yang menerima keterlibatan di dalamnya? Alih-alih memboikot negosiasi ini dan
mempersiapkan medan perjuangan yang besar, selama 18 bulan pemimpin serikat
buruh hanya memainkan peran anjing sirkus bagi pemerintah. Tugas mereka hanya
mencoba meyakinkan para pekerja bahwa pemerintah telah mendengarkan tuntutan
mereka dan mencapai kompromi.
Pemerintahan Macron juga berusaha untuk memecah belah persatuan melalui
serikat buruh yang lebih moderat. Hal ini menyebabkan serikat pekerja
transportasi SNPNC, UNPNC, UNAC dan UNSA PNC menangguhkan mogok sampai
pemberitahuan lebih lanjut. Melalui taktik devide et impera, pemerintah mencoba
untuk memecah front persatuan pekerja transportasi dengan menawarkan konsesi
lebih kecil ke sektor pekerjaan di bawahnya. Kondisi ini memungkinkan bagi
pemerintah untuk mengendurkan pemogokan sambil menunggu sampai para pemogok
kelelahan dan kembali bekerja. Karena itu taktik devide et impera ini hanya
dapat dilawan dari bawah, dengan menunjukkan kepada saudara-saudari sekelas
mereka bahwa pertarungan ini lebih dari sekedar pensiun.
Telah ada arus kekecewaan akar rumput terhadap manuver dari para pemimpin
serikat ini dan mereka berusaha melajutkan pemogokan. Pekerja kereta api yang
berafiliasi dengan CFDT dan UNSA memutuskan untuk terus melakukan pemogokan
yang menyimpang dari kepemimpinan mereka. Solidaritas lintas-sektor juga terus
berkembang. Sebuah pertemuan umum di Gare du Nord di Paris - dihadiri oleh
pengemudi, pekerja ritel dan operator - memberikan suara bulat dan tekad untuk
melanjutkan pemogokan. Tekad ini adalah bukti dari pengalaman pemogokan selama
ini sangat mempengaruhi moral perjuangan akar rumput dan juga membuktikan
pelajaran pahit dari perilaku para pemimpin mereka.
Harus diakui bahwa meskipun ada pemimpin dalam gerakan ini tapi
kenyataannya massa bergerak tanpa pemimpin. Dukungan publik terhadap pemogokan
ini telah meluas dan inilah alasan mengapa pemogokan tetap memperoleh
kekuatannya. Rosa Luxemburg benar mengatakan bahwa pemogokan dan spontanitas
massa adalah hal utama dalam penggerak revolusi, tapi hanya mengandalkan
spontanitas massa, gerakan tidak akan melangkah pada kemenangan. Oleh karena
itu perlu menggabungkan spontanitas massa dengan perspektif dan strategi yang
tepat.
Jelas bahwa pemerintah tidak berniat untuk membuat konsesi seperti yang
ditegaskan oleh sang Perdana Menteri. Pekerja tidak bisa melakukan pemogokan
terus menerus tanpa batas: mereka sadar akan pengorbanan yang mereka lakukan,
dan risiko besar yang mereka timbulkan seperti: kehilangan upah, sanksi di
tempat kerja, dll. Mereka hanya akan keluar mogok jika mereka merasa bahwa apa
yang dipertaruhkan sebanding dengan resiko yang mereka peroleh. Antusiasme
massa telah ada di jalanan dan pemerintah tidak akan mudah menyerah untuk
memaksakan reformasi pensiun mereka.
Pemimpin reformis serikat buruh mencoba mengerem perjuangan ini. Dalam
masa-masa “damai” dimana perjuangan kelas relatif surut, mungkin mereka bisa
mencengkram massa kelas pekerja, tapi situasi perjuangan kelas di Prancis saat
ini mengalami pasang naik dan sangat kecil kemungkinan untuk massa pekerja di
bawah tunduk pada hirarki birokratis pemimpin reformis. Dua kemungkinan yang
mungkin terjadi adalah pemimpin ini terdorong ke kiri oleh gelombang
perjuangan kelas atau massa kelas pekerja mencampakkan mereka. Semua ini sangat
ditentukan oleh jalannya perjuangan.
Krisis kapitalisme jauh lebih dalam hari ini. Reforma akan mejadi
kontra-reforma. Tidak akan ada hasil reforma tanpa perjuangan kelas, juga tidak
ada perjuangan kelas tanpa revolusi. Pada kondisi seperti ini jalan kompromi
memainkan peran kriminal. Kemenangan pada akhirnya akan bukan ditentukan di
meja perundingan dengan para bos, tapi di jalan-jalan dan di barak-barak
pabrik. Pembentukan komite-komite aksi di setiap pabrik dan wilayah harus
menjadi agenda utama gerakan ini. Dalam badan-badan seperti ini para pekerja
dan kaum muda dan semua lapisan sosial tertindas lainnya mampu merencanakan dan
memberikan suara bebas pada pemogokan, protes dan tindakan lainnya.
Pemerintahan ini telah kehilangan pegangan untuk mencegah dirinya jatuh.
Sebuah jajak pendapat baru baru ini menunjukkan bahwa 64 persen rakyat Prancis
tidak percaya terhadap reformasi pensiun Macron dan dukungan terhadap
pemerintahan ini telah jatuh 30 persen setelah protes Rompi Kuning tahun lalu.
Semua kondisi ini memungkinkan bagi kemenangan. Pemogokan ini harus menjadi
titik awal dari pemogokan politik yang menantang Macron dan pemerintahan
kapitalis mereka. Ini satu-satunya jaminan akan kemenangan sesungguhnya. Tidak
ada kelas selain kelas pekerja yang bisa dipercaya memimpin perjuangan ini. Dan
sekali kelas pekerja Prancis memahami kekuatan ini, maka tidak ada kekuatan di
muka bumi yang mampu menghentikannya!
0 comments:
Post a Comment