Wednesday, August 12, 2020

Masih Relevankah Membaca Das Kapital Pada Membaca Situasi Saat Ini?

            Das Kapital merupakan bacaan yang tak asing bagi Anda yang gemar membaca literatur bertema ekonomi dan politik. Buku ini berisi kritik atas teori serta sistem ekonomi kapitalisme yang ditulis oleh Karl Marx satu setengah abad yang lalu. Volume pertamanya terbit pertama kali pada tahun 1867 dan dua volume selanjutnya dilanjutkan lalu diterbitkan pada tahun 1885 serta 1889 oleh kawan baiknya, Friedrich Engels.

Apabila Charles Darwin menulis Origin of Species untuk menjelaskan asal-usul kehidupan mahkluk hidup di bumi, Marx menjelaskan asal-usul sistem ekonomi yang menjadi landasan kehidupan dunia modern lewat Das Kapital. Dari banyaknya tulisan Marx-Engels, buku ini merupakan kunci yang menghantarkan kita kepada pintu realitas riil dari cara kerja sistem kapitalisme. Lalu bagaimana untuk Anda yang jarang bersentuhan dengan kajian ekonomi dan politik? Buku tebal berisi ribuan kata dan rumus itu sudah pasti tak mencuri perhatian Anda. Apabila disejajarkan karena ketebalannya, ketimbang membaca Das Kapital tentu saja Anda pastinya lebih memilih membaca buku A Song of Ice and Fire alias Game of Thrones.

Faktanya Das Kapital memang tak semenarik buku-buku pada umumnya, apalagi jika kita bandingkan dengan buku motivasi kehidupan atau novel-novel romantis. Selain cover-nya yang terkesan tak estetis, isinya pun membuat para pembaca meringis. Padahal satu setengah abad telah berlalu sejak ditulis, buku tebal ini telah dibaca oleh berbagai tokoh revolusioner dunia, mulai dari Vladimir Lenin hingga Ernesto Che Guevara.

Selain hadir sebagai argumen tandingan atas ilmu ekonomi neo-klasik yang menjadi nafas dari kapitalisme, buku ini memberikan dampak yang cukup besar dalam jalannya sejarah dua abad terakhir. Marx lewat karyanya membuka rahasia dari sifat eksploitatif kapitalisme dan kerugian yang akan dihadapi umat manusia jika menyerahkan hidupnya ke dalam sistem kapitalisme.

Namun kini dunia telah berubah, kita melangkah di abad ke-21 yang ramai dengan hingar bingar dunia. Sehingga kapitalisme kini terasa sangat nyaman. Lantas apakah sifat eksploitatif sistem tesebut dengan demikian lenyap dari muka bumi? Inilah yang kiranya akan kita jawab lewat studi. Namun masihkah Das Kapital relevan untuk dibaca? Jika ya, apa kiranya yang membuatnya masih relevan untuk dibaca? Pentingkah untuk dibaca? Pertanyaan ini akan kita temukan di akhir tulisan ini.

Untuk menjawab itu dalam kesempatan ini saya akan merangkum beberapa alasan yang membuat Das Kapital masih relevan untuk dibaca. Pertama tentu karena sistem ekonomi yang berlaku sampai hari ini masih merupakan sistem kapitalisme. Lengkap dengan ciri khasnya yaitu relasi upahan yang Anda sendiri alami setiap hari.

Apabila Anda sadari, senyum dan tawa manis Anda tersusun dari: bangun awal di pagi hari, berdesakan di KRL, bermacet ria sambil membakar bensin, pegal linu berdiri di pabrik hampir selama delapan jam, semutan karena duduk seharian di ruang kerja, atau berpanas-panasan siang hari di ibukota, lembur tak berakhir, pulang larut malam sambil menantikan akhir pekan dan akhir bulan. Belum lagi kalau gaji dirapel atau dipotong karena Anda terlambat semenit menempelkan jari ke mesin absen. Inilah kiranya yang mewarnai keseharian kita sebagai pekerja yang menggantungkan hidupnya kepada relasi upahan yang diciptakan oleh kapitalisme.

Lalu kenapa kita bersedia melakukannya? Memangnya tempe goreng warteg, rokok ketengan, Spotify dan Netflix itu gratis? Sederhananya kalau tidak bekerja kita tak dapat uang untuk membeli makan dan membeli keperluan untuk menjalankan hidup normal seperti kebanyakan orang hari ini.

Jika relasi upahan merupakan hal paling aktual yang dapat kita rasakan secara empiris setiap hari, ada juga hal-hal yang mencirikan kapitalisme namun belum tentu tampak di mata kita. Salah satunya yaitu komoditas. Kita mungkin sering mengetahui dan menikmati barang-barang atau hal ihwal tanpa menyadari bahwa sebagian dari itu semua adalah komoditas. Lalu apa sih komoditas itu? Kurang lebih ia adalah suatu benda atau bisa juga bukan benda yang bermanfaat untuk manusia sehingga memiliki nilai-guna, selain itu ia juga dapat ditukarkan dengan benda lainnya sehingga memiliki nilai-tukar, dan nilai-tukar itu sendiri berasal dari nilai.

Dari mana datangnya nilai? Ia datang dari curahan tenaga kerja manusia. Maka hampir semua komoditas merupakan hasil dari cipta karya manusia di dalam suatu kebudayaan masyarakat. Sepiring nasi, smartphone, make-up, dan motor bebek tidak jatuh dari langit tapi dirakit oleh tangan manusia melalui proses rumit dan panjang. Kumpulan proses penciptaan barang-barang Anda inilah yang tak selalu bisa kita saksikan namun hadir secara nyata di dalam sistem ekonomi kapitalisme. Maka lewat membaca buku ini kita tak hanya mengenal kapitalisme dari wujudnya yang menampak saja, namun juga wujudnya yang tak terlihat. Kita pasti bertanya untuk apa kita mempelajari dan mengetahuinya?

Dalam pengantarnya Marx menuliskan tujuannya menulis dan menerbitkan bukunya, yaitu supaya proletariat (kelas pekerja) seluruh dunia di luar Inggris mengenali apa yang sedang dihadapinya sehingga dapat mengantisipasi benturan-benturan sosial budaya ketika kapitalisme masuk ke dalam relung kehidupan sehari-hari. Inilah pesan dari Marx, supaya dengan mengenal sifat-sifat dasar sistem kapitalisme, setidaknya kita dapat meminimalisir kekacauan yang dibuatnya dan mungkin suatu hari dapat menggantinya dengan sistem yang lebih baik, yang mana menurutnya yaitu sosialisme.

Menyadari hal ini mungkin sudah terlambat, namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Mengingat kondisi bumi hari ini telah mencapai titik yang memprihatinkan, dari segi ekologi dan juga segi sosial kultural. Oleh karena itu membaca Das Kapital tidak bisa dikatakan ketinggalan zaman selama kehidupan hari ini masih ditopang sistem kapitalisme.

Kedua, buku ini merupakan pengejawantahan dari cara berpikir marxisme yang mana menggunakan materialisme dialektis dan materialisme historis. Contohnya di dalam pembahasan nilai, yang kita semua tahu bahwa ia tak kasat mata. Nilai tersebut mewujud hanya melalui nilai-tukar ketika diperbandingkan dengan komoditas lainnya ketika seorang mempertukaran benda tersebut untuk mengkonsumsi nilai-guna.

Jika kita perhatikan terdapat tiga kategori sekaligus yang saling berelasi di dalam satu hal ihwal benda atau sesuatu yang dinamakan komoditas itu. Inilah wujud metode berpikir dialektika materialis yang mana menegaskan bahwa setiap hal ihwal material memiliki relasi internalnya dan esensinya mewujud jika dan hanya jika ia berelasi dengan sesuatu yang bukan dirinya. Bagaikan cinta yang hanya dapat diwujudkan dan diketahui lewat pembuktian perilaku serta pemberian sesuatu kepada kekasih Anda, begitu juga dengan nilai komoditas.

Sedangkan metode materialisme historisnya dijelaskan lewat pemahaman bahwa di sepanjang sejarahnya, struktur masyarakat manusia punya suatu prasyarat yang menjadi roda penggeraknya, yaitu ekonomi. Dengan kata lain, bagaimana cara manusia memenuhi dan bagaimana manusia mengorganisir kelompoknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode analisis ini juga muncul ketika Marx menegaskan bahwa nilai ditentukan oleh tenaga kerja manusia terdahulu yang tercurah di dalam komoditas, karena itu produksilah yang menentukan distribusi dan konsumsi.

Tanpa adanya barang tidak ada pengiriman barang, sehingga tidak ada pula penggunaan atau pengkonsumsian barang. Inil merupakan argumen yang cukup menantang pandangan ilmu ekonomi modern kita hari ini yang menganggap bahwa ekonomi hanya sekedar pengambilan keuntungan dari perdagangan. Padahal sejatinya ekonomi lebih mendasar dari itu yaitu ilmu yang mempelajari pemenuhan serta pengelolaan kebutuhan rumah tangga. Sehingga jika Anda berniat membangun rumah tangga, disarankan memenuhi dahulu kebutuhan untuk membangunnya.

Ketiga dan yang terakhir, buku ini sebenarnya tidak bicara soal ekonomi politik saja, namun jika kita petik intisarinya, ia bicara juga soal aspek sosial dan budaya. Bahkan dari setiap contoh yang telah saya berikan dapat Anda aplikasikan setidaknya di dalam kehidupan praktis sehari-hari, seperti menyatakan cinta kepada pujaan hati Anda dan juga kiat-kiat sukses dalam percintaan. Tapi ternyata ada hal lain yang tak kalah menarik.

Selain mengkritik sistem ekonomi hari ini, Das Kapital sesungguhnya juga menawarkan rahasia atau kiat-kiat sukses menjadi seorang kapitalis. Lho kok bisa? Ya jelas sekali. Apabila Anda jeli membacanya, Marx menjabarkan rumus untuk mengumpulkan nilai lebih dari pengorganisiran kapital variabel yang mana bertopang pada rumus umum kapital. Bukan hanya sekedar berdagang komoditas seperti yang digembar-gemborkan ahli entrepreneurship atau motivator dropshipper di Youtube, tapi menciptakan dan memproduksi komoditas lalu menjualnya.

Oleh karena itu buat kalian entah yang di kiri atau kanan jalan, coba belajarlah dari buku ini. Ternyata Das Kapital ada manfaat lebihnya ketimbang hanya jadi bantal atau pajangan heroik di perpustakaan. Buku ini bisa membantu melepaskan status jomblo Anda sekaligus menambah isi rekening secara berkesinambungan. Karena buku ini berisi ilmu pengetahuan, ia dapat bagaikan pisau yang dapat digunakan oleh Chef Renatta untuk memasak atau bahkan bisa digunakan oleh Katniss Everdeen untuk membunuh lawannya di Hunger Games. Bisak dikatakan bahwa Das Kapital adalah panduan bagi mereka yang ingin mengubah dunia di satu sisi dan juga yang ingin sekedar mengubah isi dompet di sisi yang lain.

Menutup tulisan singkat ini dengan menjawab pertanyaan di awal. Apakah dengan gegap gempita dunia hari ini, eksploitasi dan ketimpangan telah lenyap? Belum tentu. Hanya karena Anda tak secara aktual-empiris merasakannya, bukan berarti kapitalisme sudah tak ada lagi, ia tetap ada dan berlipat ganda. Karena wujudnya tak hanya empiris dan aktual, namun ia juga merupakan sebuah mekanisme yang sifatnya struktural di dalam masyarakat kita. Kini ia hadir dalam wujud terkininya dengan janji-janjinya yang tak mungkin pernah mampu kita beli.

Mari keluarlah sesekali dari menara gading, perpustakaan dingin, dan coffee shop kekininan kita. Saksikanlah sendiri krisis ekologi, pengangguran, PHK sepihak, karung gerobak dekil pemulung, mereka yang tidur di jalanan, dan ribuan menu pemandangan pilu lainnya. Maka penting kiranya saat ini menyadari bahwa dunia kita sedang tak baik-baik saja. Belajarlah dan ubahlah dunia, karena dunia yang lebih baik itu dimungkinkan dan hari esok adalah milik kita.

 

0 comments:

Post a Comment

 
;