Tak
terasa waktu begitu cepat bergulir. Rasanya baru kemarin tahun 2014. Tahun yang
begitu banyak menyimpan cerita berkesan dalam hidup saya. Rasa-rasanya terlalu
panjang untuk diceritakan. Namun, berangkat dari salah satu cerita berkesan
dari tahun kemarin saya ingin bicara tentang cinta. Apa? Tentang Cinta? Sebuah
tema tulisan yang paling jarang saya sentuh mungkin. Namun, saya menulis ini
berangkat dari obrolan dengan salah satu teman saya di kampus. Ia berkata, "Eh,
perasaan kok artikel-artikel yang di blog lo bahasannya berat-berat mulu deh?
Nulis yang ringan-ringan dong sekali-sekali. Tulis tentang cinta-cintaan
kek." Berangkat dari permintaan tersebut saya membuat artikel ini.
Suatu permintaan, "Tentang Cinta".
Pernahkah
anda merasakan jatuh cinta? Mencintai? Atau dicintai? Mungkin mayoritas dari
anda akan menjawab, "Ya, saya pernah." Namun setiap kita mungkn punya
pengalaman yang berbeda-beda soal cinta ini sendiri. Bahkan, masing-masing kita
belum benar-benar bersepakat toh tentang definisi cinta dan lingkupnya? Jadi
anda bisa dengan bebas mendefinisikan cinta itu apa tanpa harus benar-benar
terikat definisi tokoh atau bahkan KBBI.
Bicara
tentang cinta, ia adalah anugerah mulia dari Sang Pencipta. Sesuatu yang bisa
membuat kita menjadi berbagai hal. Sesuatu yang bisa membuat kita merasakan
berbagai rasa, entah itu bahagia, sedih, cemas, takut, bimbang dll. Sesuatu
yang mampu membuat kita mengeluarkan berbagai macam ekspresi, tangis, tawa,
senyum, marah, dan segala ekspresi lainnya. Suatu hal sederhana namun tak
semudah membalikkan telapak tangan untuk dipahami.
Banyak
hal yang kita dapatkan ketika kita jatuh cinta, mencintai, ataupun dicintai.
Kita bisa saja semalam suntuk berkhayal tentang si "Dia" sambil
tersenyum-senyum atau bahkan sebaliknya menangis semalam suntuk karena
memikirkannya. Semua ada ketika anda merasakannya. Saya mencoba mencari lebih
jauh soal ini. Saya sekarang sudah mulai membaca buku yang membahas tentang cinta.
Saya membaca buku ber-genre psikolog yang berjudul Romantic Intelligence karya
Valentis. Setidaknya saya sudah sedikit lebih mengerti tentang apa yang pernah
terjadi dalam pengalaman cinta yang saya miliki.
Sebuah
pertanyaan mendasar yang cukup menjadi pemicu. Pernahkah anda berbuat kesalahan
ketika anda jatuh cinta atau mencintai? Atau, pernahkah anda merasa cinta yang
bertepuk sebelah tangan? Saya rasa ini adalah fenomena yang selalu terjadi di
setiap zaman. Bahkan para musisi, pujangga, atau penulis di setiap zaman selalu
melestarikan tema-tema ini dalam karya-karya mereka. Entah mengapa tema ini
menjadi suatu tema yang menarik untuk disaksikan dan dinikmati karena mampu
membawa perasaan bagi para penikmatnya. Lantas bagaimana dengan yang merasakannya?
Sungguh sakitnya luar biasa.
Berbuat
kesalahan ketika anda jatuh cinta adalah sebuah hal yang lumrah adanya. Namun
terkadang hal tersebut dapat membawa anda pada kisah hidup yang tak terduga.
Kisah hidup anda seolah-olah menjadi drama atau roman-roman dalam karya sastra.
Mampu memainkan emosi anda untuk semangat, jatuh dan terpuruk, lalu bangkit
kembali, Pernahkah anda merasa roman-roman yang anda baca, ataupun film-film
yang anda tonton seakan mirip dengan kisah anda? Seakan-akan anda menjadi tokoh
utama dalam kisah tersebut sehingga membuat anda berfantasi dan terbawa oleh
kisah itu? Sungguh luar biasa bagaimana cinta membuat persepsi anda. Satu hal
yang harus anda pahami adalah anda tidak sendiri. Anda tidak sendiri ketika
anda pernah berbuat kesalahan dalam mencintai seseorang. Namun setidaknya dari
kesalahan tersebut anda dapat mengerti bahwasanya cinta adalah soal
memahami. Ketika anda jatuh cinta, anda harus benar-benar merasa dengan nurani
bukan nafsu hewani. Sehingga anda mampu bertindak dengan tepat dan tak sampai
menyakiti.
Perkara
cinta memang mudah diucap dalam teori namun belum tentu mudah dijalani. Salah
persepsi mungkin bisa menjadi awal dari hilangnya potensi. Kita bisa saja
mencintai seseorang dengan begitu tulusnya. Seakan-akan dunia hanya milik
berdua dengan mengesampingkan logika demi rasa yang tak boleh sirna.
Bertepuk sebelah tangan, banyak kisah-kisah
cinta dalam roman yang dituliskan. Kita akan rela merasakan indahnya angan dan
sakitnya dicampakkan dalam penantian. Semua karena cinta, yang bisa membuat
orang tergila-gila karena kehilangan logika.
Soal
cinta yang bertepuk sebelah tangan saya selalu teringat dengan kisah nyata yang
dialami oleh kedua tokoh idola saya, Tan Malaka dan Soe Hok Gie. Rupa-rupanya
mereka berdua memiliki sebuah kesamaan nasib, tentang cinta yang bertepuk
sebelah tangan. Kita sama-sama mengenal mereka berdua sebagai orang-orang yang
beridealisme besar, memiliki pemikiran-pemikiran yang membuat kita
terkagum-kagum dibuatnya. Namun tragisnya kisah cinta juga turut mewarnai kisah
hidup mereka. Tan selalu dianggap "orang gila" oleh orang yang ia
cintai. Sementara Soe yang tak berhasil menaklukkan hati sahabatnya dan
merasakan cinta yang terpisahkan kasta. Kedua tokoh yang tak asing dalam dunia
pergerakan ini sama-sama merasakan pahit getir kisah asmara. Inikah karunia?
Hanya tuhan yang tahu jawabnya.
Pengalaman
yang sungguh wajar adanya, dan bisa jadi tak terkecuali pernah terjadi menimpa
diri saya. Merasakan indahnya cinta adalah karunia yang begitu luar biasa.
Namun saya harus sadar akan setiap kekurangan yang saya miliki, sehingga saya
selalu berusaha menempa diri untuk memantaskan diri. Mungkin saya bisa
menuliskan kisah-kisah indah dalam khayal tentangnya dalam buku catatan harian.
Namun sekali lagi saya harus sadar jika itu hanyalah khayalan dan bukan
kenyataan. Bahkan ia selalu menjadi inspirasi dari setiap puisi yang saya
tulis. Ia selalu menjadi pemacu di saat saya kesulitan menghadapi
sesuatu.
Emosi-emosi
ini mungkin membuat saya semakin kehilangan diri dan membuatnya semakin
menjauh pergi. Semakin hilang, semakin hampa, semua terasa sirna dan sia-sia.
Hingga suatu saat saya tersadarkan. Mencintai adalah soal menyayangi dengan
kasih yang tulus, bukan pamrih mengharap balas. Cinta tak bisa dipaksakan jika
tak ingin hal yang lebih buruk terjadi di masa depan. Namun cinta tak boleh
dibunuh. Biarkanlah ia tetap tumbuh, hidup dan berlabuh. Hingga suatu saat
nanti ia akan menemukan dermaga yang tepat untuk bersandar. Dalam penantian
suci atas nama nurani menuju ridho ilahi.
0 comments:
Post a Comment