Sebelumnya,
saya turut berduka cita atas meninggalnya demokrasi yg dibunuh oleh kaum
fundamentalis terkait acara yg kata mereka adalah acara kafir. Saya juga
mengucapkan belasungkawa atas hilangnya kebebasan karena - lagilagi -
disebabkan oleh ulah kaum fundamentalis terkait beberapa acara sebelumnya yg
juga dianggap kafir. Sebagai orang yg mengaku Islam - dan mungkin juga muslim
kalau dianggap tidak kafir oleh mereka - meminta maaf atas kejadian-kejadian
tersebut. Sebaiknya kita introspeksi diri, apakah umat Islam mengakui bahwa
Tuhan telah mati?
Pengkafiran
terjadi ketika mereka yg mengaku muslim merasa yg paling benar. Mengapa?
Sebagai umat yg mengaku beriman, mereka resah karena banyaknya acara-acara
kafir yg diadakan di Indonesia. Dimulai dari LGBT, Belok Kiri Festival, hingga
Ladyfest. Mereka takut kalau Indonesia kena azab Tuhan, tapi apakah iya seperti
itu? Tidak, mereka mengatasnamakan Tuhan untuk membubarkan acara yg kafir itu.
Pertanyaannya, apakah Tuhan rela namanya dijual untuk merusak demokrasi? Inilah
bukti bahwa orang beriman tidak pernah mensyukuri pemberian dari Tuhan, yaitu
akal. Akal mereka mati ketika keimanan mereka menjadi buta.