Saturday, February 25, 2017 0 comments

​WESTERNISASI ATAU SUPERIOSITAS AGAMA?

Namun pertanyaan tersebut agaknya cukup bernada sarkastik dan berfungsi sebagai pelurusan atas ke-kaffah-an sebuah agama.
Westernisasi atas Islam sebenarnya terjadi ketika Spanyol dan Portugis sebagai agen feodalis mulai bertindak sebagai kapitalis di berbagai negeri jajahannya. Terlebih lagi setelah revolusi industri, Islam menjadi semakin terpinggirkan karena sifatnya yang katanya tradisionalis. Ketika sebuah agama terus memakai wajah lama, maka yang terjadi ialah penggusuran otoritas.
Inilah yang terjadi pada berbagai agama di dunia sehingga perannya tidak lagi berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Sehingga kita hanya mengenal dua agama yang sanggup selamat dari relevansi budaya yaitu Islam dan Kristen. Wajah modernisasi telah dipasang untuk menyelamatkan superioritas kedua agama tersebut. Islam dimulai dengan munculnya Jamaludin El Afghani dan kristen dengan hadirnya teologi pembebasan di Amerika Latin. Apakah modernisasi yang demikian pantas disebut westernisasi?
Saturday, February 18, 2017 0 comments

​AGAMA KEBEBASAN : Kritik Terhadap Penyalahgunaan Hukum Agama Untuk Superioritas Moral

Pukul 4, hampir seluruh asrama di salah satu wisma terbangun dengan wajah pucat. Mereka bergegas mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat Shubuh di musholla samping wisma. Dalam waktu singkat, musholla penuh dengan mahasiswa yang sholat berjama'ah dengan ekspresi wajah mengantuk. Sesekali mereka menutup mulut mereka saat menguap dan menutup mata mereka karena masih lelah berkedip. Setelah sholat, mereka menandatangani absen sholat dan selanjutnya absen tersebut menjadi catatan ibadah yang akan dinilai setiap akhir bulan.
Di tempat yang berbeda, hari Minggu menjadi serasa berat untuk dialami mahasiswa Kristen karena mereka dengan berat hati bangun pagi untuk melaksanakan ibadah di gereja. Sama halnya dengan wisma sebelumnya, mereka juga menandatangani absen sebagai pertanggungjawaban ibadah mereka di hadapan kepala yayasan. Kedua wisma tersebut dikenal karena keshalehan para mahasiswanya yang rajin melaksanakan ibadah.
Apakah itu dengan terpaksa atau tidak, tidak menjadi persoalan si kepala yayasan. Yang menjadi persoalan adalah tentang bagaimana citra tersebut pada akhirnya mendatangkan profit bagi si kepala yayasan. Wisma yang dipenuhi pemuda shaleh yang demikian biasanya diincar oleh para orang tua yang menginginkan anaknya shaleh jua.
Saturday, February 11, 2017 0 comments

​Dialogku Dengan Tuhan

"Tuhan, kapan kita mengopi lagi di Arsy?", tanyaku pada Tuhan.
Kami berpapasan tepat di pertigaan antara surga, neraka, dan bumi. Tuhan bersama bala tentaranya ku lihat sedang berjalan ke surga. Sedangkan aku berjalan ke neraka, ingin melihat kabar para penyamun.
"nanti kalau kau ada waktu, aku hadir di bumi sepertiga malam terakhir esok, bagaimana kabar bumi?", Tuhan bertanya padaku.
Sebenarnya aku ingin mengeluh, banyak manusia - terutama di Indonesia - yg buta akan sejarah. Apa yg dilakukan para sejarawan memang gila. Tuduhan gila macam apa yg membunuh jutaan manusia hanya demi modal asing.
"Hmm, bumi kapan kiamat? adakah kesempatan untuk komunis merajalela?", tanyaku kepada Tuhan.
"coba kau tengok dirimu, komunis kah dirimu? atau kau punya kepentingan lain?"
"hanya memanusiakan manusia dan memuliakan mereka sehingga engkau tak lagi menjadi raja, namun hidup di hati tiap manusia!", jawabku agak lancang.
Tuhan bermuka masam, ia pun pergi ke surga tanpa pamit denganku. Sedangkan aku keheranan, adakah aku menyinggung dirinya? Ah sudahlah, aku ingin ke neraka sejenak, bagaimana kabar para penyamun disana? Kabarnya mereka dituduh subversif.
Sembari jalan, aku berpikir. Sebenarnya siapa yg membangkitkan Tuhan kembali? Dan mengapa ia belum juga bersifar humanis? Saat enak berpikir, aku tersandung sebuah papan dan terjatuh. "Aduh!", aku tersandung papan torah. Tuhan pun mendengar suaraku dan berbalik arah.
"Apa kau mau Ku kunci juga ke neraka? Mengapa kau duduki papan torah itu?", tanya Tuhan kepadaku dengan nada marah.
"Jika ketidaksengajaan membunuh umat manusia, lalu apa gunanya Engkau yg Maha Adil? Oh iya, aku harus membunuhMu untuk yg kedua kalinya dan papan torah ini akan menjadi nisanMu!", jawabku dengan nada marah juga.
"Humanisme tai!!! Aku bersabda, siapa yg subversif apapun alasannya akan Ku rantai di neraka nanti. Hormatlah pada atasanmu!".
(setelah percakapan itu, malaikat menusukkan trisula ke perut pemuda itu. Keesokan harinya di bumi, setelah apa yg terjadi di Paris, Brussels, Palestina, dan negeri lainnya, Tuhan mabuk bersama para kyai dengan khamr yg diambilNya dari surga).
Thursday, February 2, 2017 0 comments

​Islam Politik: Bolehkah Agama Berpolitik?


Sejak runtuhnya kekhilafahan Utsmaniyah, kaum sekuler mengumandangkan kejayaannya. Tetapi beberapa pemikir Islam modern kembali mengumandangkan Islam politik, seperti Jamaluddin El Afghani dan Muhammad Abduh. Keduanya membuat konsep Pan Islamisme yang belakangan menjadi kiblat bagi pergerakan Sarekat Islam. Tak ketinggalan, Hasan Al Banna dan Sayyid Qutbh pun mendirikan Ikhwanul Muslimin di Mesir dan mulai bersaing dengan partai sekuler Mesir.
Tetapi rupanya Lenin dan kawan-kawannya di Komintern meyakinkan kita bahwa Pan Islamisme sesungguhnya bentuk Imperialisme agama. Apakah benar demikian? Kebijakan Komintern tersebut - pada akhirnya - membuat pergerakan Sarekat Islam pecah. Hasan Sho'ub, Muhammad Thaha, dan beberapa pemikir Islam lainnya sependapat dengan tesis Komintern tersebut. Menurut mereka sudah seharusnya Islam jauh dari politik.
Mengutip pernyataan dalam situs Dakwatunna, Islam adalah agama yang menyeluruh sehingga ia dapat berpolitik jua. Hasan Al Banna juga menyatakan bahwa tidak lengkap Islamnya seseorang ketika ia tidak berpolitik, "Setiap muslim harus berpolitik". Beberapa pemikir Islam - termasuk Jamaluddin El Afghani - banyak mengutip ayat Alqur'an - yang sebenarnya - tidak ada hubungannya dengan politik seperti ayat yang menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia untuk dijadikan khalifah di bumi.
 
;