Namun pertanyaan tersebut agaknya cukup bernada sarkastik dan
berfungsi sebagai pelurusan atas ke-kaffah-an sebuah agama.
Westernisasi atas Islam sebenarnya terjadi ketika Spanyol dan
Portugis sebagai agen feodalis mulai bertindak sebagai kapitalis di berbagai
negeri jajahannya. Terlebih lagi setelah revolusi industri, Islam menjadi
semakin terpinggirkan karena sifatnya yang katanya tradisionalis. Ketika sebuah
agama terus memakai wajah lama, maka yang terjadi ialah penggusuran otoritas.
Inilah yang terjadi pada berbagai agama di dunia sehingga
perannya tidak lagi berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Sehingga kita hanya
mengenal dua agama yang sanggup selamat dari relevansi budaya yaitu Islam dan
Kristen. Wajah modernisasi telah dipasang untuk menyelamatkan superioritas
kedua agama tersebut. Islam dimulai dengan munculnya Jamaludin El Afghani dan
kristen dengan hadirnya teologi pembebasan di Amerika Latin. Apakah modernisasi
yang demikian pantas disebut westernisasi?
Islam mengalami westernisasi sejak para ulamanya mulai
mengenal filsafat Aristoteles dan plato. Keduanya telah mempengaruhi corak
pikir ulama Islam selama berabad-abad. Bahkan agaknya kita perlu memahami pula
bahwa corak pikir Aristotelian dan Platonian telah mempengaruhi gaya tafsir
Alqur'an dan juga fiqh. Imam Syafi'i dengan corak pikir Aristotelian dan ketiga
mazhab lainnya dengan corak pikir Platonian. Seperti yang dikatakan Marx soal
Dialektika sejarah :
"sejarah manusia hingga kini ialah tidak lebih dari
sejarah pertentangan antar kelas"
Dan senada dengan ucapan Engels :
"Filsafat mengalami pertempuran hebat antara Materialisme
dengan Idealisme. Materialisme diwakili kaum Aristotelian dan Idealisme
diwakili kaum Platonian"
Kita bisa simpulkan bahwa Islam dalam hal ini juga mengalami
hal yang sama. Tidak ada yang netral, semua memihak kepada salah satu hakikat
filsafati. Ibn Rusyd dengan pemikirannya yang materialistik dan Imam Al Ghazali
dengan pemikirannya yang idealistik. Jadi, sebenarnya corak pikir filsafat
barat telah mempengaruhi Islam sejak lama dan terus berdialektika hingga kini.
Bisa dikatakan, hal ini bukan berarti westernisasi.
Westernisasi sendiri adalah perkataan yang sungguh tidak
berakar mengingat bahwa wajah filsafat barat sendiri banyak dipengaruhi
kebudayaan kuno Timur Tengah.
Kita juga patut mengkritisi bahwa tidak benar ucapan
"ninabobo" menjadi ungkapan yang tepat untuk menggambarkan bagaimana
wajah Islam masa kini. Karena toh Islam ternyata menjangkau berbagai sektor di
dunia. Tetapi jika kita mengatakan Islam ditelanjangi, maka itu adalah ungkapan
yang tepat untuk menggambarkan bagaimana keadaan Islam di masa kini. Kita patut
berhati-hati ketika Islam ditafsirkan agar relevan dengan keadaaan zaman
mengingat banyak penemuan ilmiah yang mereduksi keagamaan.
Durkheim dalam penelitiannya bahkan mengatakan bahwa agama
hanyalah realisasi dari kesadaran kolektif masyarakat. Engels menambahkan bahwa
agama muncul sebagai akibat dari corak produksi masyarakat itu sendiri. Ini
adalah salah satu contoh pernyataan yang mereduksi keagamaan. Tetapj patut
dipahami bahwa para Darwinis sosial seperti mereka mengatakan seperti itu
bertujuan untuk menghilangkan superioritas keagamaan. Hal ini dikarenakan pada
masa mereka hidup, gereja adalah substansi tertinggi pengatur masyarakat dan bertindak
otoriter. Soekarno pernah berkata, jika seandainya marx lahir di timur, maka
bukan tidak mungkin ia akan beragama Islam.
Muhammad Syahrur pernah mengatakan bahwa Islam bukanlah agama yang
fasis, ia agama yang berdialektika secara material dan berlogika secara ideal.
Inilah yang membuat Islam sangatlah unik. Cokroaminoto bahkan pernah
menambahkan bahwa Islam sendiri sebenarnya mempunyai unsur sosialisme yang
lebih di banding unsur kapitalismenya. Inilah yang membuat Islam bukanlah agama
yang fasis maupun netral sekalipun. Seperti yang di ucap para ulama yang
menyatakan bahwa Islam bukanlah Sosialis ataupun Kapitalis. Mereka memahami
bahwa Islam secara kaffah ialah bukan termasuk diantara keduanya.
Dr. faraq Fouda dan Syahrur sepakat bahwa Islam yang kaffah
bahkan mengandung unsur Sosialisme yang sangat banyak. Berhubung munculnya
Islam di Tanah Arab - seperti yang telah disebutkan Philip K. Hitti - adalah
sebagai antithesa dari Kapitalisme Mekkah pada saat itu. Inilah yang membuat
unsur sosialisme dalam Islam sangat banyak terkandung. Terlebih lagi Tan Malaka
menyebutkan bahwa Islam bahkan memberantas takhayul keagamaan yang berhasil
meninabobokan masyarakat tertindas di Mekkah pada saat itu.
Adalah Kyai Haji Misbach, Hasan Raid, dan Kyai Haji Datuk
Batuah yang berhasil menemukan unsur Komunisme dalam Islam. Hal ini semakin
menguatkan bahwa Islam yang kaffah sesungguhnya bersifat sangat sosialis.
Cokroaminoto menyebutkan dalam bukunya "Islam dan Sosialisme" bahwa
pemerintahan Umar Ibn Khattab dan Umar Ibn Abdul Azis merupakan pemerintahan
semi Sosialis yang paling berhasil di dunia.
Inilah Islam yang kaffah itu.
0 comments:
Post a Comment