Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Thursday, April 29, 2021 0 comments

Friedrich Engels, Anak Pengusaha yang Mengabdi untuk Pembebasan Kelas Pekerja

            Hampir dua ratus tahun yang lalu, 28 November 1820, seorang anak pengusaha kaya itu dilahirkan di Barmen, Wuppertal, Jerman.

Lahir dan dibesarkan dari keluarga borjuasi pada umumnya, tentu ia juga kelak mengurus perusahaan dan didorong meneruskan profesi bapaknya.

Tapi tidak seperti Puteri Tanjung dan Ardi Bakrie, ia malah dikenal bukan sebagai pebisnis. Memang, ia sempat menjadi manajer finansial di perusahaan bapaknya. Tapi, itu dilakukan untuk merekatkan hubungan dengan bapaknya yang sempat renggang karena aktivitas politiknya.

Wednesday, November 11, 2020 0 comments

Kapitalisme ‘Mereproduksi’ Pandemi

 

Namun, janganlah kita terlalu bangga atas penaklukan-penaklukan kita terhadap alam. Karena masing-masing penaklukan itu berbalas-dendam terhadap kita. Setiap kejayaan, memang benar, di tempat pertama hasilnya memenuhi ekspektasi kita, tetapi di tempat kedua dan ketiga efeknya sangat berbeda, tak terduga, dan seringkali hanya membatalkan yang pertama. (Friderich Engels, The Part Played by Labour in the Transition from Ape to Man, 1876)

Korban terpapar Coronavirus disease-19 (Covid-19) terus berjatuhan. Hingga 6 April 2020,  1.285.257 manusia terinfeksi dan 70.344 diantaranya meninggal. Para pejabat Indonesia awalnya meremehkan sambil berkelakar.[1] Banyak tokoh nonpejabat juga membuat pernyataan menyesatkan.[2] Saat virus mulai merenggut korban jiwa, semua gelagapan. Petugas medis bekerja kewalahan tanpa perlindungan. Revisi-revisi pernyataan antarpejabat terjadi. Desa-desa dan Daerah-daerah berinisiatif lockdown, Pusat melarangnya demi ekonomi investasi.[3] Hingga kini, 22 dokter meninggal dan lebih dari seratus pekerja medis terinfeksi. Sedikitnya data korban versi Kementerian Kesehatan makin tak masuk akal, sampai-sampai Pemerintah daerah hingga Badan Nasional Penganggulangan Bencana terang-terangan menyangkalnya.

Tuesday, September 29, 2020 0 comments

Sekali Lagi Tentang Peristiwa 65: Apa Yang Harus Diperjuangkan?

 

Setiap melewati bulan September-Oktober, kita sekali lagi diingatkan pada petaka berdarah 1965 yang mengubah keadaan rakyat sedemikian rupa seperti belum merdeka. Tahun lalu, ketika peristiwa itu tepat melewati masa 50 tahun, sebagian elemen masyarakat telah bahu-membahu mengangkat peristiwa ini ke panggung nasional hingga internasional dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah inisiatif yang dilakukan oleh Pengadilan Rakyat Internasional (International Peoples Tribunal – IPT 65) serta pemutaran film dokumenter dan diskusi sejarah di ratusan tempat di Indonesia.

Pengadilan Rakyat Internasional (International Peoples Tribunal – IPT 65) yang digelar pada 10-13 November 2015 lalu misalnya, telah mengeluarkan keputusan bahwa Indonesia dianggap telah melakukan 9 kejahatan terhadap kemanusiaan dalam peristiwa tersebut. Kejahatan itu berupa: pembunuhan massal, perbudakan, pemenjaraan, penghilangan paksa, penyiksaan, kekerasan seksual, persekusi, propaganda kebencian, dan pelibatan negara lain. Selain itu pengadilan juga memberikan rekomendasi permintaan maaf dari negara kepada korban, penyidikan dan pengadilan terhadap pelaku kejahatan kemanusiaan, rehabilitasi dan kompensasi kepada korban, dan juga pengungkapan kebenaran terhadap peristiwa 1965.

Friday, March 6, 2020 0 comments

Tetralogi Pulau Buru: Menjadi Manusia Melalui Karya Besar Pramoedya


A. Roman Sebagai Dokumen Sosial
Penyebutan roman sebagai dokumen sosial menimbulkan masalah yang menyangkut hubungan antara penulisan sejarah dan sastra secara umum. Keterpautan penulisan sejarah dan roman sebagai karya sastra adalah sama-sama merekam realitas. Disadari atau tidak diantara keduanya juga terdapat perbedaan yang jelas. Roman sebagai dokumen sosial mempunyai konsekuensi yang penting dalam pemakaian karya sastra dan karya sejarah. Adakalanya roman disebut sebagai dokumen sosial dan walaupun dari segi tertentu ada benarnya, hal itu tidak berarti bahwa roman manapun dapat dipergunakan langsung sebagai dokumen. Justru dalam tiap karya sastra ada keterpaduaan antara kenyataan dan khayalan. Orang harus sangat hati-hati dalam upaya mengambil data faktual yang terdapat dalam roman.
Roman memang dapat disebut sebagai dokumen sosial dan sering kali jauh lebih baik daripada tulisan-tulisan sosial mana pun, roman dapat menghayati eksistensi manusia dengan segala permasalahannya. Salah satu jenis roman yang dapat dikategorikan sebagai dokumen sosial adalah roman sejarah. Roman sejarah merupakan karangan prosa yang melukiskan
Wednesday, November 27, 2019 0 comments

Bagaimana Memenangkan Revolusi?



Banyak aktivis gerakan yang menginginkan revolusi dan menunggu datangnya peristiwa itu. Namun ketika dihadapkan dengan pertanyaan tentang kesiapan mereka menghadapi revolusi, mereka lantas mundur ke belakang. Mereka tidak membahas ini lebih jauh. Bagi mereka gerakan adalah segalanya. Pertanyaan teori tidak pernah hinggap di kepala mereka, kalaupun ada itu hanya sebentar dan lalu hilang. Mereka-mereka ini adalah subyek pasif revolusi. Sadar maupun tidak mereka telah mengadopsi sikap anti-teori. Sikap ini bahaya, dan dari sudut pandang pelopor ini fatal. Sikap seperti ini tidak pernah bisa memimpin revolusi apalagi memenangkannya.
Revolusi merupakan pemberontakan spontan dari massa. Revolusi bisa terjadi oleh berbagai sebab. Bisa terjadi karena pembusukan politik dari skandal-skandal korupsi; oleh tirani; oleh krisis ekonomi; dan karenanya revolusi tidak pernah mempunyai tanggal kapan ia bisa terjadi. Untuk itu mustahil menciptakan secara artifisial situasi yang melatar-belakangi revolusi.  Lewat kontradiksinya kapitalisme menyediakan seluruh bahan bakar untuk terjadinya revolusi itu sendiri.
Tapi tidak setiap revolusi secara otomatis mengarah pada kemenangan sosialis. Sejarah membuktikan ini berkali-kali. Bahkan banyak demonstrasi dan pemogokan besar dalam sejarah yang mampu menggulingkan sebuah rezim belum mampu menggulingkan sistem kapitalisme. Seperti halnya Gerakan Reformasi 98’ meskipun massa tumpah ruah di jalanan serta mampu menggulingkan kediktatoran Soeharto namun masalah kekuasaan masih tertinggal di belakang. Rezim berganti tapi pondasi kapitalisme masih utuh.
Friday, November 22, 2019 0 comments

Apakah Sosialisme Sudah Gagal?



Semenjak runtuhnya Uni Soviet hampir semua orang mengatakan sosialisme sudah gagal. Krisis di Venezuela juga mendorong banyak orang untuk berteriak bahwa sosialisme tidak dapat bertahan. Dari semua pendapat yang mengalir ini apa yang ingin disampaikan adalah sistem kapitalisme, kendati semua keburukannya, merupakan sistem yang paling mungkin bagi umat manusia. Kejatuhan sosialisme Uni Soviet dianggap sebagai kegagalan dari teori di baliknya, yakni teori Marxisme.
Semenjak itu semua orang berbondong-bondong mencari-cari ‘ide-ide baru’. Mereka terus mencari perpaduan ideologi atau jalan tengah antara sosialisme dan kapitalisme. Dari ini kita mengenal ‘teori baru’ seperti teori Sosialisme Abad 21, yang mengklaim berbeda dengan sosialisme pendahulunya yang ada di Uni Soviet. Adalah Heinz Dieterich seorang sosiolog Frankfurt yang belajar dengan Adorno, Horkheimer dan Habermas yang memperkenalkan teori Sosialisme Abad 21. Heinz Dieterich, sang ‘penemu’ Sosialisme Abad 21, mengklaim bahwa revolusi dan perjuangan kelas sudah tidak lagi dibutuhkan. Dieterich menganggap  jika pasar mampu dijinakkan maka pasar akan memenuhi kebutuhan semua orang.
“Jika pasar tidak monopolistik dan jika Anda memiliki daya beli untuk barang yang Anda hasilkan dan untuk layanan, maka pasar berkoordinasi cukup baik. Anda dapat pergi ke negara raksasa, seperti Amerika Serikat, dan Anda dapat membeli apa saja, di mana saja di negara raksasa itu, kapan saja. Jadi, [pasar] itu berfungsi dengan baik, jika Anda memenuhi dua kondisi ini.” (Rekaman video Heinz Dieterich oleh O. Ressler, Jerman)
Saturday, November 16, 2019 0 comments

BTI dan Warisan-Warisannya



Sekilas Awal Sejarah BTI
Tak seperti Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia), Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), atau Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia),[1] BTI (Barisan Tani Indonesia) bersama dengan SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakyat, dan CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) menjadi beberapa onderbouw atau organisasi (yang dianggap) terafiliasi PKI (Partai Komunis Indonesia) yang belum dikaji secara khusus dan menyeluruh sebagai sebuah organisasi nasional, dalam satu karya akademik.[2] Padahal signifikansi pengaruh BTI, khususnya di tahun 1960-an, sama sekali tak bisa disepelekan. Betapa pentingnya peran organisasi tani ini di era itu, tergambar dari keanggotaannya, seperti yang ditulis Karl J. Pelzer,
“Pada bulan Maret 1954, BTI mengklaim bahwa jumlah anggotanya 800.000 orang dan sekitar 2.000.000 orang pada bulan April 1955. Pada waktu pemilihan umum yang diselenggarakan akhir tahun 1955, sekretarian BTI melaporkan bahwa jumlah anggotanya 3.300.000 orang. Pertambahan yang mengagumkan ini disebabkan oleh kampanye yang dilakukan golongan komunis secara gencar sebelum pemilihan umum. Dalam sepuluh tahun berikutnya, BTI mengalami pertambahan keanggoaan yang sangat pesat dan pada tahun 1965 mengklaim bahwa jumlah anggotanya tak kurang dari 8.500.000 orang… Tahun 1965, cabang BTI dapat ditemukan praktis di seluruh kabupaten dan di lebih dari 80 persen kecamatan yang ada di Indonesia”.[3]
Wednesday, October 2, 2019 0 comments

Represi September: Konsolidasi Kapitalisme dan Gelombang Perlawanan Rakyat


GELOMBANG perlawanan rakyat dari berbagai elemen terhadap sejumlah kebijakan pemerintah yang semakin oligarkis dan anti-demokrasi begitu menonjol dalam beberapa minggu terakhir. Di luar perhitungan kalangan gerakan sosial, aksi-aksi massa ini ditanggapi secara represif oleh aparatus keamanan negara. Mobilisasi jalanan oleh berbagai organisasi dan kolektif gerakan rakyat segera disambut oleh represi – peserta aksi digebuki, ditangkapi, dan bahkan difitnah. Bisa dikatakan bahwa represi yang terjadi akhir-akhir ini secara kualitatif merupakan represi dengan skala yang cukup besar dan karenanya cukup memukul perjuangan rakyat. Tetapi, gelombang perlawanan rakyat yang kembali muncul ini, terlepas dari segala dinamika dan kekurangannya, berupaya menjaga momentum perjuangan hingga detik ini.
Dinamika inilah yang menarik untuk dilihat lebih lanjut dan dijadikan acuan untuk pergerakan kita ke depan. Di sini, kita memerlukan suatu kerangka baca untuk memahami manuver-manuver liar yang diambil oleh para elite akhir-akhir ini dan mengevaluasi pola perlawanan kita. Tanpa kerangka baca yang lebih komprehensif, maka langkah kita ke depan akan cenderung defensif dan reaktif, lupa bahwa di tengah-tengah dominasi elite ada ruang-ruang di mana kita bisa lebih jauh memajukan tuntutan kita dengan strategi yang tepat.
Thursday, August 15, 2019 0 comments

Peran Kaum Muda dalam Revolusi Agustus


Sejarah revolusi di berbagai negeri hampir selalu menggambarkan peran kaum muda yang militan dan progresif. Kaum muda adalah lapisan paling sensitif dalam masyarakat dan umumnya memainkan peran signifikan dalam perubahan sosial. Tidak terkecuali dalam sejarah revolusi Indonesia 1945. Kaum muda Indonesia kala itu adalah salah satu faktor menentukan dalam proses kemerdekaan. Mereka mempunyai tempat penting dalam sejarah bangsa ini. Tanggal 15 Agustus 1945 ketika Jepang kalah dalam Perang Dunia II dan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, ada kesempatan besar yang dilihat oleh kaum muda agar Hindia Belanda – sebutan Indonesia sebelum merdeka –segera merdeka dari Jepang.
Soekarno-Hatta yang saat itu dilihat massa luas sebagai pemimpin politik tidak segera mengambil peluang kekalahan Jepang. Mereka masih mengharapkan kemerdekaan Indonesia diberikan oleh Jepang. Mereka takut memproklamirkan kemerdekaan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu kepada penjajah. Tapi kaum muda yang militan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan mendorong Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Mereka menculik golongan tua dan mendorong Soekarno-Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan. Setelah melalui banyak negosiasi dan keraguan, akhirnya pada pagi hari tanggal 17 Agustus, Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan ini menandai dimulainya babak baru dalam sejarah Indonesia.
Saturday, March 9, 2019 0 comments

Kontroversi SUPERSEMAR Kini


Surat Perintah Sebelas Maret atau biasa disingkat Supersemar adalah sebuah surat yang dikeluarkan pada tanggal 11 Maret 1966 oleh Soekarno sebagai perintah dasar untuk mengamankan situasi dan kondisi Republik Indonesia di saat Gerakan 30 September menjadi sebuah gerakan terror. Supersemar yang merupakan surat sakti akhirnya menjadi penyebab dari hilangnya nyawa dari 500.000 orang yang telah dianggap sebagai simpatisan PKI, bahkan menurut Kol. Sarwo Edhi Wibowo, jumlah korban hingga mencapai 3 juta orang. Benar lah perkataan Blaise Pascal dalam bukunya Pensees :
“Kebenaran tentang perebutan kekuasaan tidak boleh dibikin jelas; pada mulanya ia terjadi tanpa alasan tapi kemudian menjadi masuk akal. Kita harus memastikan bahwa kebenaran itu dianggap sah dan abadi; adapun asal-muasalnya sendiri harus disembunyikan, jika tidak ingin kebenaran itu cepat berakhir.”
Di dalam kutipan tersebut jelas tergambar bahwa ketika seseorang melakukan coup d’etat terhadap pemerintahan yang berdaulat, maka rezim yang menggantikannya akan menyembunyikan kebenaran tersebut dengan sebuah kebenaran yang palsu hingga kebenaran yang palsu itu sendiri terbongkar dan akhirnya menumbangkan rezim tersebut. Mungkin hal inilah yang terjadi pada rezim Orde Baru, ketika scenario supersemar dan G 30 S dengan fitnah yang di juruskan kepada PKI berhasil menciptakan coup d’etat terhadap rezim Orde Lama, Soeharto berkuasa hingga 32 tahun dan tumbang akhirnya pada tahun 1998. Setelah tumbangnya Orde Baru, semakin jelas lah bahwa apa yang di skenariokan pada tahun 1965-1966 mengandung pengkhianatan yang sangat tersistematis.
Thursday, February 28, 2019 0 comments

Dibalik Peristiwa Malari, 1974



Ali Moertopo adalah salah satu dari elite militer yang menduduki posisi-posisi penting pada masa pemerintahan Soeharto. Beliau merupakan seorang yang sangat dekat dengan Soeharto, seseorang yang selalu berusaha menyingkirkan lawan politiknya orde baru. Beliau terkenal sangat Macchiavelis dan terkenal jenius dalam menyingkirkan lawan. Beberapa posisi penting yang pernah ia duduki antara lain : Deputi Kepala Operasi Khusus (1969 – 1974), Wakil Kepala Bidang Intelijen (1974 – 1978), Penasihat Badan Pemenangan Pemilu Golkar, dan Menteri Penerangan RI (1978 – 1983). Sosoknya dikenal sangat dekat dengan Soeharto. Kedeketan mereka terjalin sejak Ali membantu Soeharto dalam menduduki jabatan sebagai Pangdam Dipenogoro dengan pangkat kolonel, sebagai imbalan atas naiknya Soeharto tersebut, Ali ditunjuk sebagai Asisten Teritorial.
Dibalik kekejamannya terhadap lawan politik Orde Baru saat itu, Ali juga banyak melakukan reformasi di bidang intelijen Negara, mendirikan CSIS (Centre of Strategic and International Studies), dan menerbitkan tulisan Dasar-dasar Pemikiran Tentang Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahunyang selanjutnya diterima oleh MPR pada saat itu sebagai strategi pembangunan jangka panjang. Jelas, karya-karya Ali tersebut sangat berpengaruh bagi kelangsungan dunia pemerintahan Indonesia hingga sekarang.
Friday, March 9, 2018 0 comments

​(Lagi) Supersemar dan Persoalan Distorsi Sejarah


"Jika ada bagian sejarah yg dicat kelabu di atas kelabu, inilah bagian orang itu. Orang-orang dan kejadian-kejadian tampak seperti kebalikan si Schlemihl, seperti bayang-bayang yg kehilangan tubuh" (Karl Marx dalam The Eighteen Brumaire of Louis Bonaparte, 1852).
Setengah abad lalu, tepatnya 11 Maret 1966, Presiden Soekarno meninggalkan Jakarta menuju Istana Bogor setelah situasi sudah tidak memungkinkan untuk meneruskan rapat Kabinet 100 Menteri. Para aktivis mahasiswa menyerukan tritura kala itu. Di Istana Bogor, setelah beberapa saat, Soekarno kedatangan tamu 3 orang jenderal-yg katanya-menjadi suruhan Soeharto, yaitu Brigjen Amirmachmud, Brigjen Basuki Rachmat, dan Brigjen M. Jusuf. Laporan lain dari salah satu ajudan Soekarno menyebutkan adanya jenderal keempat, tetapi dengan mudahnya laporan tersebut dibantah oleh para sejarawan. Mereka bertiga akhirnya menyerukan agar Paduka Yang Mulia membuatkan surat perintah untuk menertibkan keamanan. Surat tersebut akhirnya diketik oleh Ali Ebram.
Monday, December 11, 2017 0 comments

Memandang Disintegrasi Bangsa Secara Sederhana dari Kacamata Sang Marxis


Persoalan Indonesia sepanjang masa selalu terkait dengan disintegrasi bangsa, pemberontakan terjadi disana-sini, ingin melepaskan diri dari bumi pertiwi, dan adanya keinginan untuk mengelola kekayaan daerah sendiri merupakan faktor terjadinya disintegrasi bangsa tersebut. Lalu apa faktor yang membuat sebagian daerah ingin melakukan disintegrasi? Ada yang salah dengan negeri ini tentunya, dan kesalahan tersebut tidak pernah di tangani dengan serius sehingga disintegrasi bangsa terus terjadi hingga kini. Pernahkan para elite birokrasi berpikir tentang bobroknya desentralisasi daerah yang terus menerus terjadi karena suatu faktor tertentu? Beberapa dari peristiwa disintegrasi tersebut secara nyata dan besar-besaran ingin mewujudkan suatu perpecahan karena beberapa faktor.
Hal ini sangat disayangkan karena Indonesia, sebuah Negara kesatuan yang menginginkan akar Nasionalisme menancap kuat di setiap jiwa individunya, setiap komponen dari bangsanya tidak pernah merasa puas dengan beberapa kebijakan pemerintah atau mungkin lebih parahnya lagi karena mereka selalu tidak di perhatikan.
Monday, December 4, 2017 0 comments

Analisa Materialisme Dialektika Dan Historis Versi Tan Malaka


Alan Woods dan Ted Grants, seorang revolusioner yg berasal dari International Marxism Tendency (yg merupakan kelanjutan dari Internationale IV) telah mengarang buku yg menjelaskan bagaimana MDH berlaku dalam alam semesta dan kehidupannya - Reason on Revolt. Kedua orang tersebut telah berhasil merangkum seluruh ilmu pengetahuan dan menganalisanya teori-teori tersebut dengan analisa MDH. Alhasil, banyak kesimpulan-kesimpulan yg briliant yg bisa kita ambil dari buku tersebut, yaitu kebenaran Darwinisme, Dialektika tanpa akhir yg berlaku terhadap alam semesta, Dialektika dalam geologi, dan hancurnya nilai mistisme dalam kehidupan. Tak segan-segan, kedua orang tersebut bahkan menuduh Stephen Hawking sebagai seorang idealis tanggungan. Tetapi sebelum mereka berdua membuat buku tersebut, Tan Malaka pada awal kemerdekaan Indonesia telah membuktikan kebenaran MDH melalui analisanya yg berjudul MADILOG.
MADILOG, banyak orang yg menyatakan bahwa risalah tersebut merupakan pemikiran Tan Malaka yg orisinil. Bahkan, tidak sedikit yg menyatakan bahwa risalah tersebut adalah MDH ala Indonesia atau lebih kejamnya lagi menyebut risalah tersebut sebagai kumpulan pemikiran yg revisionis. Agaknya terlalu berlebihan jika kita menyebut Tan Malaka sebagai seorang revisionis. Pasalnya, Tan Malaka adalah seorang yg amat mengagumi analisa Lenin dan Revolusi Oktober, terlebih lagi, ia amat membenci Stalin namun tidak mau disebut Trotskyis. Alhasil, ia dibenci partai komunis serta blok imperialis.
Thursday, November 2, 2017 0 comments

November: Refleksi Atas Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan


November-anggapan kita bersama-adalah bulan perjuangan, mengapa demikian? Mungkin karena kita memperingati satu hari dimana Bung Tomo dan para pejuang lainnya berusaha mempertahankan Surabaya dari serangan tentara NICA. Kita mengingat hal tersebut sebagai satu peristiwa sejarah yang sangat penting karena banyak hal menarik yang terjadi saat itu, misalnya adalah peristiwa pembunuhan Birgjen Mallaby dan peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamamato. Tetapi pernyataan yang menyebutkan November sebagai bulan perjuangan tidaklah sedangkal itu. Setidaknya kita menyadari bahwa simbolisasi tersebut menjadi perwakilan dari berbagai peristiwa perjuangan yang terjadi selama masa revolusi nasional mempertahankan kemerdekaan.

Mengenang Revolusi Nasional Indonesia
Mengapa harus revolusi nasional? Banyak orang beranggapan bahwa nama tersebut agak berbau “kekiri-kiran”, tetapi revolusi nasional bukanlah revolusi kaum kiri, melainkan revolusi yang melahirkan suatu republik baru yang bebas dari penindasan yang diakibatkan oleh Imperialisme. William Ogburn memberikan makna yang bagus dari kata “revolusi” yaitu, ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur budaya baik material maupun non-material untuk menekankan pengaruh besar dari unsur-unsur budaya material dari elemen non-material. Merujuk pada pernyataan tersebut, maka kita bisa simpulkan bahwa revolusi nasional adalah merubah tatanan kebudayaan material lama yang masih dikuasai pengaruh lama-dalam arti nasional-menuju kebudayaan baru yang bersifat bebas dari penindasan Imperialisme.
Saturday, October 21, 2017 0 comments

Tentang Bagaimana Materialisme Dialektika Menjadi Filsafat Penggerak Sejarah Saat Revolusi Oktober


“Kaum Bolshevik tidak boleh menunggu Kongres Soviet... Mereka harus merebut kekuasaan segera... Kemenangan sudah dijamin dan ada peluang sembilan dari sepuluh bahwa tidak akan ada pertumpahan darah... Menunggu adalah kejahatan terhadap revolusi” [1]
Begitulah suara pidato Lenin pada saat persiapan sebelum revolusi sehingga bisa membawa sepuluh ribu kaum buruh Petograd dan kaum Bolshevik ke dalam nuansa revolusi dan tidak gentar untuk merebut kantor-kantor pemerintahan Tsar dan menasionalisasi semua aset milik asing. Semua aset produksi milik para Kapitalis direbut secara serentak di berbagai daerah di Rusia sehingga kemenangan revolusi membawa mereka ke puncak otoritas untuk menghapus kelas di Uni Soviet.
Revolusi Rusia di awali dengan pemogokan besar-besaran kaum buruh pada 1905. Gelombang pemogokan besar yang dilakukan pada masa itu dianggap sebagai gladiresik bagi revolusi Oktober di kemudian hari. Soviet atau dewan kelas pekerja pertama terbentuk di Petograd pada 1905 dengan Leon Trotsky sebagai pimpinannya. Tetapi Tsar Nicholas bertindak kejam dengan menembaki para pemogok kerja, tragedi berdarah akhirnya menjadi awal dari pergolakan selanjutnya. Trotsky ditangkap pada tahun 1907 dan Lenin pergi ke Jerman. Buruh dalam keadaan tekanan yang sangat luar biasa pada saat itu sehingga perlunya revolusi di rasa sebagai jalan satu-satunya untuk membebaskan kaum kelas pekerja dari penindasannya.
Thursday, October 12, 2017 0 comments

SOAL SEJARAH REVOLUSI OKTOBER SECARA SINGKAT


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
Mungkin dunia ini tidak akan menarik jika Karl Marx tidak lahir, karena dirinya lah, sepertiga dunia di lingkupi merah revolusi dan dua pertiga lagi membicarakannya. Hingga kini, Karl Marx dan ajarannya menjadi momok yang paling di pertanyakan di bumi. Ajarannya mengenai Materialisme Dialektika, teori nilai kerja, ataupun Sosialisme Ilmiah menjadi dasar pijakan bagi berdirinya negara-negara Sosialis di seluruh dunia. Ajarannya bahkan banyak di sintesa dengan pemikiran-pemikiran baru, seperti Sartre dengan Eksistensialisme nya dan Soekarno dengan Marhaenisme nya. Namun, itu semua tidak akan terjadi ketika Revolusi Oktober tidak ada.
Lenin merupakan sang Teoritikus Marxis yang mempraktekkan isi ajaran dari The Communist Manifesto serta teori Karl Marx lainnya sehingga di tangan dia, Marxisme bukan lagi teori usang yang hanya ada di dalam teks-teks ekonomi politik saja. Karena Lenin lah, Marxisme menjadi dikenal luas oleh berbagai negara di dunia. Marx sendiri berkata bahwa teorinya tidak akan berhasil jika tidak ada prakteknya. Maka Lenin lah yang pertama kali memberi contoh tentang bagaimana teori Karl Marx itu berhasil.
Tuesday, July 4, 2017 0 comments

Sarekat Islam Semarang Dibawah Kepemimpinan Semaun


Semaun Dan Sedikit Mengenai Sarekat Islam
Semaun, nama tersebut dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu pendiri aliran Komunisme pribumi di Indonesia. Karena dari tangannya lah, Komunisme di Indonesia berkembang begitu pesat hingga keruntuhannya di tahun 1965. Semaun bersama Darsono, pertama kali memimpin Sarekat Islam seksi Semarang tahun 1917. Berkat kepiawaiannya, Sarekat Islam Semarang menjadi organisasi revolusioner pertama yang beranggotakan pribumi di Indonesia disamping ISDV.
Tetapi Semaun tidaklah sendiri, Sneevliet adalah orang yang pertama kali menyebarkan paham Komunisme di Indonesia bersama para bekas anggota SDAP dari Belanda. Selain, itu terdapat Adolf Baars yang merupakan seorang jurnalis yang pandai bahasa Jawa dan Indonesia. Pada 1917, Baars menjadi pionir dalam terbitnya koran sosialis pertama berbahasa Indonesia yang bertajuk Soeara Merdika. Maret 1918, Baars juga menerbitkan Soeara Ra’jat yang kelak menjadi jurnal teori PKI[1].
Wednesday, June 28, 2017 0 comments

Mengenai Distorsi Sejarah


Menapaki jejak suatu peristiwa sejarah lokal sangat menantang bagi para sejarawan. Karena pada dasarnya, peristiwa sejarah lokal mempunyai lokalitas sumber yang cukup terbatas sehingga para sejarawan harus kuat merangkai interpretasi untuk mencapai kesimpulan penulisan yang tepat. Tantangan para sejarawan lainnya terletak pada kebenaran hasil penulisan tersebut. Pantas saja jika pernyataan sejarawan mempunyai kuasa lebih Tuhan karena bisa merubah peristiwa masa lampau di rasa sangat tepat untuk diungkapkan mengingat berbagai peristiwa sejarah disampaikan hanya dari sudut para sejarawan saja.
Louis Gottschalk berpendapat bahwa fakta-fakta sejarah bahkan tidak mempunyai kenyataan yang objektif karena hanya terdapat dalam pikiran para sejarawan saja. Untuk memiliki kenyataan objektif, ia harus mempunyai eksistensi yang merdeka di luar pikiran manusia. Namun, rasanya tidak mungkin karena pada dasarnya fakta sejarah yang diteliti kemudian mendapat interpretasi dari para sejarawan itu sendiri[1]. Dengan perkataan lain, hampir semua peristiwa sejarah yang diteliti tidak mempunyai kenyataan objektif sama sekali.
Wednesday, May 17, 2017 0 comments

Tinjauan Atas Sejarah Pertentangan Kelas Dan Prospek Sejarah Ke Depannya


“Relevansi Dan Prospeknya Di Era Mendatang”
Sekilas Tentang Sejarah Pertentangan Antar Kelas
Sejarah adalah sebuah ilmu yang mempelajari masa lampau, setidaknya itu merupakan esensi etimologi yang sederhana tentang sejarah. Dalam artian yang lebih besarnya, sejarah merupakan sistem kronologis waktu yang membahas tentang kemanusiaan sejak ditemukannya tulisan. Sejarah merupakan sebuah sistem teratur yang berjalan sesuai dengan perjalanan waktu yang bersifat lurus ke depan.
Sejarah dimulai ketika manusia telah mengenal sistem penulisan, setidaknya menurut catatan yang ada, sistem penulisan pertama telah ada sejak 5000 tahun yang lalu di Mesir walaupun ada beberapa yang mengatakan sistem penulisan pertama muncul di Mesopotamia ataupun Lembah Sungai Indus berbentuk piktograf. Sistem penulisan yang demikian di anggap sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia yang pada saat itu lebih mengenal visualisasi dengan bentuk yang mudah di terjemahkan dan di ingat daripada suatu semiotik yang mengandung sistem kerumitan dalam setiap penerjemahannya.
 
;