Wednesday, October 4, 2017

Menjawab Pemahaman Vulgar Atas Konsep Pelenyapan Negara


Anarkhisme, suatu paham yang menyatakan bahwa segala bentuk penindasan harus di musnahkan. Negara sebagai suatu sistem penindasan juga merupakan salah satu hal yang harus di lenyapkan. Dalam sistem Anarkhisme, tidak ada kejelasan struktur atas pelenyapan negara tersebut. Apa yang menjadi dasar Anarkhisme adalah bahwa sebuah sistem adalah bentuk penindasan individu, tetapi apakah pernah terlintas dalam pemikiran bahwa ketika sebuah sistem tersebut, termasuk negara tidak ada, maka apakah disiplin itu akan hilang? Bagaimana dengan konsep peraturan dan apa akibatnya ketika itu terwujud? Yang terjadi adalah sebuah kehancuran nyata umat manusia. Konsep Marxisme tentang pelenyapan sebuah negara di utarakan secara revisionisme oleh Bakunin. Tetapi pada perkembangannya, teori tersebut (Anarkhisme) tidak jelas struktur dan arahnya, ketika digabungkan dengan teori revolusi Marx, maka Anarkhisme pantas semakin brutal. Munculnya istilah Anarkhis sebagai bentuk kebrutalan seseorang adalah karena sistem Anarkhisme mengajarkan demikian. Untuk melenyapkan sebuah negara, maka di perlukan jalan terror dan kekerasan. Apa itu benar?
Marxisme sebagai sebuah sistem ideologi yang menyeluruh juga terstruktur juga menyatakan konsep pelenyapan negara. Tetapi konsep tersebut tidaklah sekacau Anarkhisme. Masyarakat sering salah paham ketika mereka terjebak pemikiran bahwa Marxisme dan Anarkhisme itu satu tujuan, yaitu menciptakan masyarakat tanpa negara. Mereka tidak memperhatikan bahwa Marxisme menyatakan bahwa tahap masyarakat komunisme yang paling tinggi adalah menciptakan Kesadaran Masyarakat Tanpa Kelas. Untuk mengerti sebuah konsep pelenyapan sebuah negara dalam ranah Marxisme, maka kita perlu mengetahui tahap-tahap perkembangan sebuah negara. Dalam Marxisme di sebutkan bahwa tahap masyarakat pertama adalah tahap masyarakat komunal purba, lalu transformasi menjadi masyarakat feodalistik, lalu masyarakat kapitalistik, terakhir adalah tahap masyarakat sosialisme. Tahap tertinggi dari Sosialisme tersebut adalah Komunisme, maka apa yang di cita-citakan Marx-Engels adalah menciptakan masyarakat Komunisme. Bagaimana sistem masyarakat Komunisme tersebut?


Konsep Negara Transformasi dari Masyarakat Komunal Purba Menuju Masyarakat Feodalisme
Masyarakat Komunal Purba adalah sebutan Marx untuk sebuah masyarakat yang belum mengenal sistem negara. Negara menurut Engels dalam bukunya “Asal Usul Keluarga, Milik Perseorangan dan Negara” adalah sebagai berikut.
“Negara, dengan demikian, adalah sama sekali bukan merupakan kekuatan yang dipaksakan dari luar kepada masyarakat, sebagai suatu sesempit ‘realitas ide moral’, ‘bayangan dan realitas akal’ sebagaimana ditegaskan oleh Hegel. Malahan, negara adalah produk masyarakat pada tingkat perkembangan tertentu; negara adalah pengakuan bahwa masyarakat ini terlibat dalam kontradiksi yang tak terpecahkan dengan dirinya sendiri, bahwa ia telah terpecah menjadi segi-segi yang berlawanan yang tak terdamaikan dan ia tidak berdaya melepaskan diri dari keadaan demikian itu. Dan supaya segi-segi yang berlawanan ini, kelas-kelas yang kepentingan-kepentingan ekonominya berlawanan, tidak membinasakan satu sama lain dan tidak membinasakan masyarakat dalam perjuangan yang sia-sia, maka untuk itu diperlukan kekuatan yang nampaknya berdiri di atas masyarakat, kekuatan yang seharusnya meredakan bentrokan itu, mempertahankannya di dalam ‘batas-batas tata tertib’; dan kekuatan ini, yang lahir dari masyarakat, tetapi menempatkan diri di atas masyarakat tersebut dan yang semakin mengasingkan diri darinya, adalah Negara”
Pernyataan yang panjang tersebut menjelaskan ide atau konsep dasar dari sebuah Negara dalam konsep Marxisme. Pernyataan tersebut di perjelas oleh Lenin dalam bukunya “Negara dan Revolusi” yang menyebutkan bahwa :
“Negara adalah Produk dan manifestasi dari tak terdamaikannya antagonisme-antagonisme kelas. Negara timbul ketika, dimana dan untuk perpanjangan terjadinya antagonisme-antagonisme kelas secara objektif tidak dapat di damaikan. Dan sebaliknya, eksistensi Negara membuktikan bahwa antagonisme-antagonisme kelas adalah tak terdamaikan”
Jelas, dalam perspektif Marxisme, Negara adalah bentuk sistem kontradiksi antar kelas yang antagonis dan bentuk sistem yang di buat kelas penguasa yang oportunis untuk menguasai kelas yang lainnya. Hal ini dapat menjelaskan mengapa masyarakat komunal purba dapat bertransformasi jadi masyarakat feodalistik.
Masyarakat komunal purba yang masih mengenal konsep gotong royong sangat mencerminkan sosialisme secara utuh. Masyarakat tersebut tidak menciptakan kelas-kelas, melainkan di satukan dengan pemakaian alat-alat produksi secara bersama. Dalam pemenuhan kebutuhan ekonominya, masyarakat komunal tersebut secara bersama dan merata menciptakan sebuah konsep ekonomi komunal berdasarkan pemakaian alat produksi primitive secara bersama.
Ketika tercipta sebuah egoisme dari orang-orang yang merasa berkuasa dalam kelompok masyarakat tersebut, maka secara perlahan masyarakat komunal purba tersebut akhirnya menjadi suatu masyarakat yang feodal. Pada saat inilah konsep Negara lahir secara sederhana.
Masyarakat Feodal adalah masyarakat yang menghargai bentuk hierarki yang menempatkan kelas yang berkuasa sebagai suatu kelas yang absolut menguasai kelas yang lainnya. Dalam tahap masyarakat yang demikian, masyarakat terbagi atas kelas-kelas seperti kelas penguasa (raja, kepala suku, tuan tanah dan lain-lain), kelas agamawan, kelas pedagang, kelas budak, dan kelas lainnya. Bentuk sempurna dari pembagian kelas pada masa masyarakat feodal dapat kita lihat dari sistem kasta dalam agama Hindu. Dalam ajaran Hindu, kita dapat lihat bahwa masyarakat sebenarnya terbagi atas 5 kelas yaitu kelas agamawan (Brahmana), kelas penguasa (Ksatria), kelas pedagang (Waisya), kelas buruh dan tani (Sudra), dan kelas budak (Paria). Pembagian kelas ini di dasarkan pada urusan ekonomi dan politik saja. Kekuasaan absolut tentu terletak pada 2 kelas pertama yaitu agamawan dan penguasa.
Pada masa ini, masyarakat feodal di pengaruhi oleh sistem agama yang kuat, agama ini di legalkan demi untuk melegalkan kepentingan para penguasa. Hal ini dapat kita lihat realitanya ketika raja di anggap sebagai titisan dewa, atau bahkan dewa itu sendiri. Itu berarti semua pernyataan raja tidak dapat dibantah oleh kelas-kelas masyarakat di bawahnya. Bukan kah hal ini merupakan suatu hal yang miris?
Pada perkembangannya, masyarakat feodal akhirnya menjadi masyarakat yang terbentuk akibat penguasaan lahan tanah. Maka lahirlah konsep tuan tanah yang menggarap tanah dengan memerintah kelas buruh tani sebagai penggarapnya. Tentunya hal ini mendapat restu dari para agamawan. Restu tersebut di perlukan agar tempat ibadah yang menjadi tempat tinggal para agamawan mendapatkan makanan gratis dan perlindungan penuh dari para tuan tanah yang menguasai tempat ibadah tersebut. Hal ini terjadi pada masa abad kegelapan.

Transformasi Masyarakat Feodal Menuju Masyarakat Kapitalisme
Revolusi industri di Inggris yang terjadi antara tahun 1750-1850 menjadi penanda transformasi antara tahap masyarakat feodal dengan masyarakat kapitalisme. Ketika mesin-mesin produksi bermunculan, maka para tuan tanah akhirnya mendirikan pabrik-pabrik di setiap kota. Urbanisasi besar-besaran terjadi ketika pabrik telah menjamur di kota-kota. Para petani yang tidak beruntung nasibnya di desa akhirnya menjadi seorang buruh yang menjual tenaganya pada majikan pabrik demi sesuap nasi.
Revolusi Perancis juga menjadi kunci utama berkembangnya masyarakat kapitalisme. Ketika para borjuis perkotaan Paris mengeksekusi Louis XVI bersama istrinya, Marie Antoinette, kekuasaan Feodal jatuh seketika itu juga karena revolusi borjuis tersebut. Perancis di kuasai oleh para borjuis perkotaan sejak saat itu. tatanan Feodal di Perancis juga memicu hancurnya Feodalisme secara domino di berbagai wilayah di Eropa. Sedangkan di Asia dan Afrika, ketika Kapitalisme berkembang menjadi suatu sistem kemasyarakatan, Asia dan Afrika akhirnya menjadi suatu daerah eksplorasi besar-besaran, para kaum kapital akhirnya menguasai sumber bahan baku utama yang menjadi bahan produksi untuk menciptakan suatu barang dagangan yang laku di pasaran Eropa.
Masyarakat Kapitalisme yang terbentuk akibat majunya industry dan menangnya revolusi Demokratik Borjuis di Perancis berkembang dengan pesat. Hegel sebagai seorang filsuf menggambarkan bahwa masyarakat Kapitalisme, dalam hal ini borjuis merupakan suatu kemenangan masyarakat yang abadi. Hegel sangat mendukung Prusia sebagai suatu kerajaan Kapitalisme Pra Jerman yang melahirkan para ilmuwan dan filsuf klasik terakhir.
Masyarakat Kapitalisme di tandai dengan munculnya 2 kelas baru sebagai reduksi dari beberapa kelas masyarakat yang berkembang pada masa Feodalisme yaitu Proletariat dan Borjuis. Selain itu ada 2 kelas lagi yang terombang-ambing di antara Proletariat dan Borjuis tersebut yaitu Lumpen Proletar dan Borjuis Kecil. Kaum Borjuis adalah kaum yang memiliki modal atau kapital, modal-modal tersebut akhirnya dipakai untuk menguasai alat-alat produksi serta untuk membeli tenaga kaum Proletar. Sedangkan kaum Proletar adalah kaum yang tidak memiliki modal atau kapital, sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maka kaum proletar terpaksa menjual tenaganya kepada kaum pemilik modal atau Borjuis. Hal ini memicu kontradiksi kuat antara kedua kelas tersebut. kelas borjuis sebagai pemilik modal terkadang melakukan penindasan kepada kaum proletar dengan mereduksi gaji dan menambah jam kerja. Gaji yang di terima kaum proletar bahkan dihitung berdasarkan jam kerja nya yang di dedikasikan untuk menciptakan produk.
Hal ini lah yang menjadi perhatian Karl Marx dan Friederich Engels untuk membangkitkan semangat proletar untuk bebas dari penindasan borjuis. Tetapi sebelum mereka, Robert Owen sudah mencetuskan Sosialisme di Inggris kemudian Amerika. Saint Simon dari Perancis juga telah mencetuskan Sosialisme sebagai bentuk perjuangan proletariat. Namun Sosialisme yang di cetuskan Owen, Saint Simon, dan kemudian Fouhrier bersifat utopi. Hal ini disebabkan karena ketiganya berupaya untuk mempertahankan kaum Borjuis, hanya saja sifatnya pertentangan antar kedua kelas di reduksi dengan menaikkan gaji dan bekerja sama membangun perindustrian. Sedangkan Marx dan Engels mencetuskan Sosialisme Ilmiah yang lebih radikal lagi. Marx dan Engels ingin menciptakan kesadaran di kalangan proletar bahwa mereka telah di tindas oleh borjuis. Marx dan Engels ingin menghapus kaum borjuis tersebut dengan metode revolusi.

Transformasi Masyarakat Kapitalisme ke Masyarakat Sosialisme : Kediktatoran Proletariat
Berikut merupakan perkataan Engels dalam bukunya Anti Duhring :
“Proletariat merebut kekuasaan negara dan pertama-tama mengubah alat-alat produksi menjadi milik negara. Tetapi dengan ini ia mengakhiri dirinya sendiri sebagai proletariat, dengan ini ia mengakhiri segala perbedaan kelas dan antagonisme kelas, dan bersama itu juga mengakhiri negara sebagai negara”

Dalam kutipan itu jelas, bahwa yang di inginkan Marx dan Engels adalah bahwa ketika kesadaran kelas Proletar muncul, maka yang harus di lakukan adalah dengan menggulingkan kekuasaan borjuis yang ada dan menciptakan negara proletariat, atau biasanya disebut “Kediktatoran Proletariat”. Perebutan kekuasaan tersebut harus dilalui dengan cara revolusi, karena ketika revolusi maka seluruh kekuasaan borjuis akan runtuh secara serentak sehingga negara atau masyarakat bisa di kuasai penuh oleh para proletar.
Ketika kediktatoran proletariat terjadi, seluruh alat-alat produksi milik borjuis dan swasta akhirnya di kuasai oleh negara yang di pimpin oleh proletariat. Hukum-hukum ekonomi Marxisme harus di terapkan oleh negara tersebut, seperti pemberian gaji berdasarkan jumlah tenaga yang keluar untuk memproduksi serta kebijakan 8 jam kerja. Namun tidak serta merta setelah negara proletariat sukses di dirikan, para proletar harus meninggalkan tugas-tugas politiknya. Melainkan selain tugas ekonomi, tugas-tugas politik harus segera di laksanakan demi menjaga kekuasaan agar tidak terebut oleh borjuis. Proletar harus menjadi dictator di negaranya sendiri demi menjaga dan melanggengkan kekuasaannya dalam negara. Karena hanya kaum tertindas lah yang mengerti bagaimana menciptakan kesejahteraan internal dalam negeri. Kediktatoran proletariat sebagai tindakan pertama sekaligus tindakan terakhir untuk mengakhiri antagonisme-antagonisme antar kelas yang terjadi karena adanya negara yang mewakili setiap kelas-kelas yang berkuasa. Berikut merupakan pernyataan Engels dalamAnti Duhring berkaitan dengan hal ini :
“Tindakan pertama, dimana negara benar-benar tampil sebagai wakil dari seluruh masyarakat-pemilikan produksi atas nama masyarakat-sekaligus merupakan tindakan yang bebas terakhir sebagai negara. Campur tangan kekuasaan negara dalam hubungan-hubungan sosial menjadi tidak di perlukan lagi dari satu bidang ke bidang yang lain dan ia berhenti dengan sendirinya. Pemerintahan atas orang-orang diganti dengan pengurusan barang-barang dan pimpinan atas proses produksi.”
Pernyataan tersebut jelas menggambarkan bagaimana tugas-tugas proletariat dalam kenegaraan Sosialisme. Tindakan-tindakan tersebut dengan sendirinya akan menghilangkan bentuk-bentuk negara sebagai sistem kekuasaan dan penindasan kelas. Bentuk negara baru akan lahir bukan sebagai bentuk kekuasaan dari kelas yang berkuasa dan menindas kelas yang lainnya, melainkan diganti dengan bentuk kekuasaan atas alat produksi seta memimpin proses produksi dalam negara tersebut.
Ketika kediktatoran proletariat sudah mencapai tahap akhirnya, maka negara tersebut akan melenyap dengan sendirinya. Hal ini sering di generalisir oleh para kaum anarkhi sebagai bentuk penghapusan negara. Namun Marxisme tidaklah sedangkal itu. Marx menyatakan bahwa negara melenyap bukan berarti hal tersebut menjadi suatu bentuk penghapusan negara, melainkan menjadi suatu negara bebas rakyat yang konsepnya benar-benar bukan sebagai negara pada umumnya lagi. Berikut lanjutan dari perkataan Engels dalam Anti Duhring mengenai hal ini.
“Negara tidaklah di hapuskan, ia melenyap. Atas dasar ini harus dinilai kata-kata ‘negara rakyat bebas’ kata-kata yang untuk sementara mempunyai hak hidup dalam hal agitasi, tetapi yang pada akhirnya tidak beralasan secara ilmiah-serta harus dinilai juga tuntutan dari apa yang dinamakan kaum anarkhis supaya negara dihapuskan seketika”

Arti Bentuk “Negara Melenyap” Dalam Marxisme yang Berbeda dengan Bentuk “Penghapusan Negara” Dalam Anarkhisme
Dalam Negara dan Revolusi karya Lenin jelas di sebutkan bahwa konsep negara melenyap dalam Marxisme adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa “penghapusan negara sebagai negara”. Lenin sebagai seorang pengagum Engels banyak mengutip perkataan Engels mengenai konsep negara dan pengembangan ilmu politik Marxisnya. “Penghapusan negara sebagai negara” yang disebutkan Engels dapat dipahami sebagai bentuk menghapus negara borjuis sempurna dan menggantinya dengan bentuk ketatanegaraan proletar yang terjadi sesudah revolusi sosialis. Sedangkan bentuk “negara melenyap” merujuk pada sisa-sisa ketatanegaraan proletar sesudah revolusi sosialis.
Setelah pada masa kediktatoran proletariat, yaitu sebuah bentuk ‘kekuatan penindas khusus’ yang digerakkan untuk menindas borjuis mencapai tahap akhirnya. Maka setelah itu ‘kekuatan khusus individu’ untuk menguasai alat produksi (borjuis) akan dihapus dan digantikan sepenuhnya dengan ‘kekuatan khusus’ baru yang berbentuk penguasaan alat produksi oleh masyarakat pada umumnya (proletar). Setelah penghapusan tersebut, maka akan terjadi pelenyapan sisa-sisa ketatanegaraan proletar. Pelenyapan dalam hal ini akan terjadi dengan sendirinya. Lalu bagaimana dengan konsep ‘Negara rakyat bebas’ yang pernah disebutkan Engels sebelumnya? Mengenai hal ini, Lenin dalamNegara dan Revolusi menyebutkan bahwa :
“Negara rakyat bebas adalah suatu program tuntutan dan suatu semboyan yang umum dan tersebar luas dari kaum Sosial-Demokrat Jerman dalam tahun-tahun 1870an. Semboyan ini tidak mempunyai isi politik sama sekali kecuali ia melukiskan pengertian tentang demokrasi dengan gaya filistin yang muluk-muluk. Sejauh ia digunakan untuk dengan jalan yang sah menurut undang-undang menunjukkan suatu republik demokratis, ...”
Negara rakyat bebas lebih merujuk kepada bentuk negara yang tidak mempunyai arti politik sama sekali karena negara rakyat bebas tercipta setelah melenyapnya negara proletariat setelah kediktatoran proletariat telah mencapai tahap akhirnya. Arti politik disini adalah sebuah bentuk kekuasaan untuk menindas kelas lain yang tidak berkuasa. Namun dalam negara rakyat bebas jelas tergambar bahwa dalam bentuk tersebut tidak akan ada lagi bentuk kekuasaan untuk menindas kelas lain yang tidak berkuasa. Ketika proletariat telah menghapus bentuk borjuis dan akhirnya proletariat sebagai satu-satunya kelas berkuasa melenyap juga pada akhirnya. Bentuk kontradiksi kelas yang hilang akan melenyapkan kelas yang lainnya yang sebelumnya berkontradiksi. Hal ini lah yang menjadi konsep negara rakyat bebas yang dimaksud oleh Engels dan Lenin. Tahap yang demikian biasanya disebut tahap Masyarakat Komunisme.
Jelas konsep penghapusan negara dalam Anarkhisme berbeda dengan konsep penghapusan dan pelenyapan negara dalam Komunisme. Anarkhisme sebagai ideologi yang tidak terstruktur memberikan konsep-konsep yang tidak jelas dalam membentuk suatu tatanan masyarakat Sosialisme. Sebagai tambahan terakhir dalam perbedaan yang nyata dalam konsep penghapusan negara antara kedua ideologi tersebut. Saya mengutip perkataan Marx dan Engels yang dimuat dalam artikel yang di sumbangkan kepada buku tahunan Sosialis Italia yang baru pada tahun 1913, artikel-artikel tersebut dimuat dalam terjemahan bahasa Jerman dalam Neue Zeit :
“... Jika perjuangan politik kelas buruh mengambil bentuk-bentuk revolusioner, jika kaum buruh menegakkan dictator revolusionernya sebagai pengganti atas dictator borjuasi, maka mereka melakukan kejahatan yang mengerikan, yaitu menghina prinsip-prinsip, sebab untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka yang remeh temeh dan vulgar itu, untuk mematahkan perlawanan borjuasi, kaum buruh memberikan bentuk revolusioner dan sementara kepada negara, dan bukannya meletakkan senjata dan menghapuskan negara ...”
Pernyataan di atas mengandung pernyataan Marx bahwa kaum Marxisme sangat menentang kaum Proudhonis, kaum Anarkhis, kaum Otonomis, atau kaum Anti Otoriter. Jelas perbedaan konsep pelenyapan negara antara Marxisme dan Anarkhisme sangat besar. Jika seseorang mengatakan bahwa Marxisme adalah Anarkhis, maka orang tersebut telah memberikan pernyataan yang sangat vulgar berkaitan pendistorsian ajaran Marxisme pada umumnya. Hal ini lah yang dilakukan oleh Kautsky, Martov, Bernstein, dan Bakunin tentunya.

0 comments:

Post a Comment

 
;