Anarkhisme,
suatu paham yang menyatakan bahwa segala bentuk penindasan harus di musnahkan.
Negara sebagai suatu sistem penindasan juga merupakan salah satu hal yang harus
di lenyapkan. Dalam sistem Anarkhisme, tidak ada kejelasan struktur atas
pelenyapan negara tersebut. Apa yang menjadi dasar Anarkhisme adalah bahwa
sebuah sistem adalah bentuk penindasan individu, tetapi apakah pernah terlintas
dalam pemikiran bahwa ketika sebuah sistem tersebut, termasuk negara tidak ada,
maka apakah disiplin itu akan hilang? Bagaimana dengan konsep peraturan dan apa
akibatnya ketika itu terwujud? Yang terjadi adalah sebuah kehancuran nyata umat
manusia. Konsep Marxisme tentang pelenyapan sebuah negara di utarakan secara
revisionisme oleh Bakunin. Tetapi pada perkembangannya, teori tersebut
(Anarkhisme) tidak jelas struktur dan arahnya, ketika digabungkan dengan teori
revolusi Marx, maka Anarkhisme pantas semakin brutal. Munculnya istilah
Anarkhis sebagai bentuk kebrutalan seseorang adalah karena sistem Anarkhisme
mengajarkan demikian. Untuk melenyapkan sebuah negara, maka di perlukan jalan
terror dan kekerasan. Apa itu benar?
Marxisme
sebagai sebuah sistem ideologi yang menyeluruh juga terstruktur juga menyatakan
konsep pelenyapan negara. Tetapi konsep tersebut tidaklah sekacau Anarkhisme.
Masyarakat sering salah paham ketika mereka terjebak pemikiran bahwa Marxisme
dan Anarkhisme itu satu tujuan, yaitu menciptakan masyarakat tanpa negara.
Mereka tidak memperhatikan bahwa Marxisme menyatakan bahwa tahap masyarakat
komunisme yang paling tinggi adalah menciptakan Kesadaran Masyarakat Tanpa
Kelas. Untuk mengerti sebuah konsep pelenyapan sebuah negara dalam ranah
Marxisme, maka kita perlu mengetahui tahap-tahap perkembangan sebuah negara.
Dalam Marxisme di sebutkan bahwa tahap masyarakat pertama adalah tahap
masyarakat komunal purba, lalu transformasi menjadi masyarakat feodalistik,
lalu masyarakat kapitalistik, terakhir adalah tahap masyarakat sosialisme.
Tahap tertinggi dari Sosialisme tersebut adalah Komunisme, maka apa yang di
cita-citakan Marx-Engels adalah menciptakan masyarakat Komunisme. Bagaimana
sistem masyarakat Komunisme tersebut?
Konsep Negara Transformasi dari Masyarakat
Komunal Purba Menuju Masyarakat Feodalisme
Masyarakat
Komunal Purba adalah sebutan Marx untuk sebuah masyarakat yang belum mengenal
sistem negara. Negara menurut Engels dalam bukunya “Asal Usul Keluarga, Milik
Perseorangan dan Negara” adalah sebagai berikut.
“Negara, dengan demikian, adalah sama sekali
bukan merupakan kekuatan yang dipaksakan dari luar kepada masyarakat, sebagai
suatu sesempit ‘realitas ide moral’, ‘bayangan dan realitas akal’ sebagaimana
ditegaskan oleh Hegel. Malahan, negara adalah produk masyarakat pada tingkat
perkembangan tertentu; negara adalah pengakuan bahwa masyarakat ini terlibat
dalam kontradiksi yang tak terpecahkan dengan dirinya sendiri, bahwa ia telah
terpecah menjadi segi-segi yang berlawanan yang tak terdamaikan dan ia tidak
berdaya melepaskan diri dari keadaan demikian itu. Dan supaya segi-segi yang
berlawanan ini, kelas-kelas yang kepentingan-kepentingan ekonominya berlawanan,
tidak membinasakan satu sama lain dan tidak membinasakan masyarakat dalam
perjuangan yang sia-sia, maka untuk itu diperlukan kekuatan yang nampaknya
berdiri di atas masyarakat, kekuatan yang seharusnya meredakan bentrokan itu,
mempertahankannya di dalam ‘batas-batas tata tertib’; dan kekuatan ini, yang
lahir dari masyarakat, tetapi menempatkan diri di atas masyarakat tersebut dan
yang semakin mengasingkan diri darinya, adalah Negara”
Pernyataan
yang panjang tersebut menjelaskan ide atau konsep dasar dari sebuah Negara
dalam konsep Marxisme. Pernyataan tersebut di perjelas oleh Lenin dalam bukunya
“Negara dan Revolusi” yang menyebutkan bahwa :
“Negara adalah Produk dan manifestasi dari
tak terdamaikannya antagonisme-antagonisme kelas. Negara timbul ketika, dimana
dan untuk perpanjangan terjadinya antagonisme-antagonisme kelas secara objektif
tidak dapat di damaikan. Dan sebaliknya, eksistensi Negara membuktikan bahwa
antagonisme-antagonisme kelas adalah tak terdamaikan”
Jelas,
dalam perspektif Marxisme, Negara adalah bentuk sistem kontradiksi antar kelas
yang antagonis dan bentuk sistem yang di buat kelas penguasa yang oportunis
untuk menguasai kelas yang lainnya. Hal ini dapat menjelaskan mengapa
masyarakat komunal purba dapat bertransformasi jadi masyarakat feodalistik.
Masyarakat
komunal purba yang masih mengenal konsep gotong royong sangat mencerminkan
sosialisme secara utuh. Masyarakat tersebut tidak menciptakan kelas-kelas,
melainkan di satukan dengan pemakaian alat-alat produksi secara bersama. Dalam
pemenuhan kebutuhan ekonominya, masyarakat komunal tersebut secara bersama dan
merata menciptakan sebuah konsep ekonomi komunal berdasarkan pemakaian alat
produksi primitive secara bersama.
Ketika
tercipta sebuah egoisme dari orang-orang yang merasa berkuasa dalam kelompok
masyarakat tersebut, maka secara perlahan masyarakat komunal purba tersebut
akhirnya menjadi suatu masyarakat yang feodal. Pada saat inilah konsep Negara
lahir secara sederhana.
Masyarakat
Feodal adalah masyarakat yang menghargai bentuk hierarki yang menempatkan kelas
yang berkuasa sebagai suatu kelas yang absolut menguasai kelas yang lainnya.
Dalam tahap masyarakat yang demikian, masyarakat terbagi atas kelas-kelas
seperti kelas penguasa (raja, kepala suku, tuan tanah dan lain-lain), kelas
agamawan, kelas pedagang, kelas budak, dan kelas lainnya. Bentuk sempurna dari
pembagian kelas pada masa masyarakat feodal dapat kita lihat dari sistem kasta
dalam agama Hindu. Dalam ajaran Hindu, kita dapat lihat bahwa masyarakat
sebenarnya terbagi atas 5 kelas yaitu kelas agamawan (Brahmana), kelas penguasa
(Ksatria), kelas pedagang (Waisya), kelas buruh dan tani (Sudra), dan kelas budak
(Paria). Pembagian kelas ini di dasarkan pada urusan ekonomi dan politik saja.
Kekuasaan absolut tentu terletak pada 2 kelas pertama yaitu agamawan dan
penguasa.
Pada masa
ini, masyarakat feodal di pengaruhi oleh sistem agama yang kuat, agama ini di legalkan
demi untuk melegalkan kepentingan para penguasa. Hal ini dapat kita lihat
realitanya ketika raja di anggap sebagai titisan dewa, atau bahkan dewa itu
sendiri. Itu berarti semua pernyataan raja tidak dapat dibantah oleh kelas-kelas
masyarakat di bawahnya. Bukan kah hal ini merupakan suatu hal yang miris?
Pada
perkembangannya, masyarakat feodal akhirnya menjadi masyarakat yang terbentuk
akibat penguasaan lahan tanah. Maka lahirlah konsep tuan tanah yang menggarap
tanah dengan memerintah kelas buruh tani sebagai penggarapnya. Tentunya hal ini
mendapat restu dari para agamawan. Restu tersebut di perlukan agar tempat
ibadah yang menjadi tempat tinggal para agamawan mendapatkan makanan gratis dan
perlindungan penuh dari para tuan tanah yang menguasai tempat ibadah tersebut.
Hal ini terjadi pada masa abad kegelapan.
Transformasi Masyarakat Feodal Menuju
Masyarakat Kapitalisme
Revolusi
industri di Inggris yang terjadi antara tahun 1750-1850 menjadi penanda
transformasi antara tahap masyarakat feodal dengan masyarakat kapitalisme.
Ketika mesin-mesin produksi bermunculan, maka para tuan tanah akhirnya
mendirikan pabrik-pabrik di setiap kota. Urbanisasi besar-besaran terjadi
ketika pabrik telah menjamur di kota-kota. Para petani yang tidak beruntung
nasibnya di desa akhirnya menjadi seorang buruh yang menjual tenaganya pada
majikan pabrik demi sesuap nasi.
Revolusi
Perancis juga menjadi kunci utama berkembangnya masyarakat kapitalisme. Ketika
para borjuis perkotaan Paris mengeksekusi Louis XVI bersama istrinya, Marie
Antoinette, kekuasaan Feodal jatuh seketika itu juga karena revolusi borjuis
tersebut. Perancis di kuasai oleh para borjuis perkotaan sejak saat itu.
tatanan Feodal di Perancis juga memicu hancurnya Feodalisme secara domino di
berbagai wilayah di Eropa. Sedangkan di Asia dan Afrika, ketika Kapitalisme
berkembang menjadi suatu sistem kemasyarakatan, Asia dan Afrika akhirnya
menjadi suatu daerah eksplorasi besar-besaran, para kaum kapital akhirnya
menguasai sumber bahan baku utama yang menjadi bahan produksi untuk menciptakan
suatu barang dagangan yang laku di pasaran Eropa.
Masyarakat
Kapitalisme yang terbentuk akibat majunya industry dan menangnya revolusi
Demokratik Borjuis di Perancis berkembang dengan pesat. Hegel sebagai seorang
filsuf menggambarkan bahwa masyarakat Kapitalisme, dalam hal ini borjuis
merupakan suatu kemenangan masyarakat yang abadi. Hegel sangat mendukung Prusia
sebagai suatu kerajaan Kapitalisme Pra Jerman yang melahirkan para ilmuwan dan
filsuf klasik terakhir.
Masyarakat
Kapitalisme di tandai dengan munculnya 2 kelas baru sebagai reduksi dari
beberapa kelas masyarakat yang berkembang pada masa Feodalisme yaitu
Proletariat dan Borjuis. Selain itu ada 2 kelas lagi yang terombang-ambing di
antara Proletariat dan Borjuis tersebut yaitu Lumpen Proletar dan Borjuis
Kecil. Kaum Borjuis adalah kaum yang memiliki modal atau kapital, modal-modal
tersebut akhirnya dipakai untuk menguasai alat-alat produksi serta untuk
membeli tenaga kaum Proletar. Sedangkan kaum Proletar adalah kaum yang tidak
memiliki modal atau kapital, sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maka
kaum proletar terpaksa menjual tenaganya kepada kaum pemilik modal atau
Borjuis. Hal ini memicu kontradiksi kuat antara kedua kelas tersebut. kelas
borjuis sebagai pemilik modal terkadang melakukan penindasan kepada kaum
proletar dengan mereduksi gaji dan menambah jam kerja. Gaji yang di terima kaum
proletar bahkan dihitung berdasarkan jam kerja nya yang di dedikasikan untuk
menciptakan produk.
Hal ini
lah yang menjadi perhatian Karl Marx dan Friederich Engels untuk membangkitkan
semangat proletar untuk bebas dari penindasan borjuis. Tetapi sebelum mereka,
Robert Owen sudah mencetuskan Sosialisme di Inggris kemudian Amerika. Saint
Simon dari Perancis juga telah mencetuskan Sosialisme sebagai bentuk perjuangan
proletariat. Namun Sosialisme yang di cetuskan Owen, Saint Simon, dan kemudian
Fouhrier bersifat utopi. Hal ini disebabkan karena ketiganya berupaya untuk
mempertahankan kaum Borjuis, hanya saja sifatnya pertentangan antar kedua kelas
di reduksi dengan menaikkan gaji dan bekerja sama membangun perindustrian.
Sedangkan Marx dan Engels mencetuskan Sosialisme Ilmiah yang lebih radikal
lagi. Marx dan Engels ingin menciptakan kesadaran di kalangan proletar bahwa
mereka telah di tindas oleh borjuis. Marx dan Engels ingin menghapus kaum
borjuis tersebut dengan metode revolusi.
Transformasi Masyarakat Kapitalisme ke
Masyarakat Sosialisme : Kediktatoran Proletariat
Berikut
merupakan perkataan Engels dalam bukunya Anti Duhring :
“Proletariat merebut kekuasaan negara dan
pertama-tama mengubah alat-alat produksi menjadi milik negara. Tetapi dengan
ini ia mengakhiri dirinya sendiri sebagai proletariat, dengan ini ia mengakhiri
segala perbedaan kelas dan antagonisme kelas, dan bersama itu juga mengakhiri
negara sebagai negara”
Dalam
kutipan itu jelas, bahwa yang di inginkan Marx dan Engels adalah bahwa ketika
kesadaran kelas Proletar muncul, maka yang harus di lakukan adalah dengan
menggulingkan kekuasaan borjuis yang ada dan menciptakan negara proletariat,
atau biasanya disebut “Kediktatoran Proletariat”. Perebutan kekuasaan tersebut
harus dilalui dengan cara revolusi, karena ketika revolusi maka seluruh
kekuasaan borjuis akan runtuh secara serentak sehingga negara atau masyarakat
bisa di kuasai penuh oleh para proletar.
Ketika
kediktatoran proletariat terjadi, seluruh alat-alat produksi milik borjuis dan
swasta akhirnya di kuasai oleh negara yang di pimpin oleh proletariat. Hukum-hukum
ekonomi Marxisme harus di terapkan oleh negara tersebut, seperti pemberian gaji
berdasarkan jumlah tenaga yang keluar untuk memproduksi serta kebijakan 8 jam
kerja. Namun tidak serta merta setelah negara proletariat sukses di dirikan,
para proletar harus meninggalkan tugas-tugas politiknya. Melainkan selain tugas
ekonomi, tugas-tugas politik harus segera di laksanakan demi menjaga kekuasaan
agar tidak terebut oleh borjuis. Proletar harus menjadi dictator di negaranya
sendiri demi menjaga dan melanggengkan kekuasaannya dalam negara. Karena hanya
kaum tertindas lah yang mengerti bagaimana menciptakan kesejahteraan internal
dalam negeri. Kediktatoran proletariat sebagai tindakan pertama sekaligus
tindakan terakhir untuk mengakhiri antagonisme-antagonisme antar kelas yang
terjadi karena adanya negara yang mewakili setiap kelas-kelas yang berkuasa.
Berikut merupakan pernyataan Engels dalamAnti Duhring berkaitan dengan hal
ini :
“Tindakan pertama, dimana negara benar-benar
tampil sebagai wakil dari seluruh masyarakat-pemilikan produksi atas nama
masyarakat-sekaligus merupakan tindakan yang bebas terakhir sebagai negara.
Campur tangan kekuasaan negara dalam hubungan-hubungan sosial menjadi tidak di
perlukan lagi dari satu bidang ke bidang yang lain dan ia berhenti dengan
sendirinya. Pemerintahan atas orang-orang diganti dengan pengurusan
barang-barang dan pimpinan atas proses produksi.”
Pernyataan
tersebut jelas menggambarkan bagaimana tugas-tugas proletariat dalam kenegaraan
Sosialisme. Tindakan-tindakan tersebut dengan sendirinya akan menghilangkan
bentuk-bentuk negara sebagai sistem kekuasaan dan penindasan kelas. Bentuk
negara baru akan lahir bukan sebagai bentuk kekuasaan dari kelas yang berkuasa
dan menindas kelas yang lainnya, melainkan diganti dengan bentuk kekuasaan atas
alat produksi seta memimpin proses produksi dalam negara tersebut.
Ketika
kediktatoran proletariat sudah mencapai tahap akhirnya, maka negara tersebut
akan melenyap dengan sendirinya. Hal ini sering di generalisir oleh para kaum
anarkhi sebagai bentuk penghapusan negara. Namun Marxisme tidaklah sedangkal
itu. Marx menyatakan bahwa negara melenyap bukan berarti hal tersebut menjadi
suatu bentuk penghapusan negara, melainkan menjadi suatu negara bebas rakyat
yang konsepnya benar-benar bukan sebagai negara pada umumnya lagi. Berikut
lanjutan dari perkataan Engels dalam Anti Duhring mengenai hal ini.
“Negara tidaklah di hapuskan, ia
melenyap. Atas dasar ini harus dinilai kata-kata ‘negara rakyat bebas’ kata-kata
yang untuk sementara mempunyai hak hidup dalam hal agitasi, tetapi yang pada
akhirnya tidak beralasan secara ilmiah-serta harus dinilai juga tuntutan dari
apa yang dinamakan kaum anarkhis supaya negara dihapuskan seketika”
Arti Bentuk “Negara Melenyap” Dalam Marxisme
yang Berbeda dengan Bentuk “Penghapusan Negara” Dalam Anarkhisme
Dalam Negara
dan Revolusi karya Lenin jelas di sebutkan bahwa konsep negara melenyap
dalam Marxisme adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa “penghapusan negara
sebagai negara”. Lenin sebagai seorang pengagum Engels banyak mengutip
perkataan Engels mengenai konsep negara dan pengembangan ilmu politik
Marxisnya. “Penghapusan negara sebagai negara” yang disebutkan Engels dapat
dipahami sebagai bentuk menghapus negara borjuis sempurna dan menggantinya
dengan bentuk ketatanegaraan proletar yang terjadi sesudah revolusi sosialis.
Sedangkan bentuk “negara melenyap” merujuk pada sisa-sisa ketatanegaraan
proletar sesudah revolusi sosialis.
Setelah
pada masa kediktatoran proletariat, yaitu sebuah bentuk ‘kekuatan penindas
khusus’ yang digerakkan untuk menindas borjuis mencapai tahap akhirnya. Maka
setelah itu ‘kekuatan khusus individu’ untuk menguasai alat produksi (borjuis)
akan dihapus dan digantikan sepenuhnya dengan ‘kekuatan khusus’ baru yang
berbentuk penguasaan alat produksi oleh masyarakat pada umumnya (proletar).
Setelah penghapusan tersebut, maka akan terjadi pelenyapan sisa-sisa
ketatanegaraan proletar. Pelenyapan dalam hal ini akan terjadi dengan
sendirinya. Lalu bagaimana dengan konsep ‘Negara rakyat bebas’ yang pernah
disebutkan Engels sebelumnya? Mengenai hal ini, Lenin dalamNegara dan
Revolusi menyebutkan bahwa :
“Negara rakyat bebas adalah suatu program
tuntutan dan suatu semboyan yang umum dan tersebar luas dari kaum
Sosial-Demokrat Jerman dalam tahun-tahun 1870an. Semboyan ini tidak mempunyai isi
politik sama sekali kecuali ia melukiskan pengertian tentang demokrasi dengan
gaya filistin yang muluk-muluk. Sejauh ia digunakan untuk dengan jalan yang sah
menurut undang-undang menunjukkan suatu republik demokratis, ...”
Negara
rakyat bebas lebih merujuk kepada bentuk negara yang tidak mempunyai arti
politik sama sekali karena negara rakyat bebas tercipta setelah melenyapnya
negara proletariat setelah kediktatoran proletariat telah mencapai tahap
akhirnya. Arti politik disini adalah sebuah bentuk kekuasaan untuk menindas
kelas lain yang tidak berkuasa. Namun dalam negara rakyat bebas jelas tergambar
bahwa dalam bentuk tersebut tidak akan ada lagi bentuk kekuasaan untuk menindas
kelas lain yang tidak berkuasa. Ketika proletariat telah menghapus bentuk borjuis
dan akhirnya proletariat sebagai satu-satunya kelas berkuasa melenyap juga pada
akhirnya. Bentuk kontradiksi kelas yang hilang akan melenyapkan kelas yang
lainnya yang sebelumnya berkontradiksi. Hal ini lah yang menjadi konsep negara
rakyat bebas yang dimaksud oleh Engels dan Lenin. Tahap yang demikian biasanya
disebut tahap Masyarakat Komunisme.
Jelas
konsep penghapusan negara dalam Anarkhisme berbeda dengan konsep penghapusan
dan pelenyapan negara dalam Komunisme. Anarkhisme sebagai ideologi yang tidak
terstruktur memberikan konsep-konsep yang tidak jelas dalam membentuk suatu
tatanan masyarakat Sosialisme. Sebagai tambahan terakhir dalam perbedaan yang
nyata dalam konsep penghapusan negara antara kedua ideologi tersebut. Saya
mengutip perkataan Marx dan Engels yang dimuat dalam artikel yang di sumbangkan
kepada buku tahunan Sosialis Italia yang baru pada tahun 1913, artikel-artikel
tersebut dimuat dalam terjemahan bahasa Jerman dalam Neue Zeit :
“... Jika perjuangan politik kelas buruh
mengambil bentuk-bentuk revolusioner, jika kaum buruh menegakkan dictator
revolusionernya sebagai pengganti atas dictator borjuasi, maka mereka melakukan
kejahatan yang mengerikan, yaitu menghina prinsip-prinsip, sebab untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka yang remeh temeh dan vulgar itu, untuk mematahkan
perlawanan borjuasi, kaum buruh memberikan bentuk revolusioner dan sementara
kepada negara, dan bukannya meletakkan senjata dan menghapuskan negara ...”
Pernyataan
di atas mengandung pernyataan Marx bahwa kaum Marxisme sangat menentang kaum
Proudhonis, kaum Anarkhis, kaum Otonomis, atau kaum Anti Otoriter. Jelas
perbedaan konsep pelenyapan negara antara Marxisme dan Anarkhisme sangat besar.
Jika seseorang mengatakan bahwa Marxisme adalah Anarkhis, maka orang tersebut
telah memberikan pernyataan yang sangat vulgar berkaitan pendistorsian ajaran
Marxisme pada umumnya. Hal ini lah yang dilakukan oleh Kautsky, Martov,
Bernstein, dan Bakunin tentunya.
0 comments:
Post a Comment