Dewasa ini, banyak kaum Marxis vulgar yang memahami Marxisme
sebagai ideologi yang mengajarkan revolusi ataupun dalam konteks politiknya
saja. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang asal mengerti Marxisme
sehingga karena mereka, akhirnya Marxisme jatuh ke lembah sasaran kritik vulgar
yang sebenarnya mudah untuk di jawab, namun mereka akhirnya kalah pendapat.
Mereka tidak memahami Marxisme secara keseluruhan, seseorang pernah berkata kepada
saya bahwa untuk mempelajari keseluruhan dari sendi-sendi Marxisme di butuhkan
waktu selama 20 tahun.
Sekilas pernyataan tersebut terlihat hiperbola, namun mungkin
saja iya, karena untuk memahami Marxisme maka kita harus memadukan antara teori
dengan praxis. Karena Marxisme adalah teori yang berdiri atas praxis,
keberhasilan dari Marxisme di tentukan oleh praxis-praxis yang ada. Praxis dari
Marxisme bukan sekedar revolusi atau mendirikan kediktatoran proletariat saja,
namun lebih dari itu adalah menanamkan keseluruhan dari ajaran Marxisme ke
dalam seluruh sendi kehidupan proletariat.
Untuk memahami hal demikian, maka kita harus menjadi seorang
proletar terlebih dahulu, karena bagi seorang Borjuis, tidak mungkin bisa
memahami Marxisme secara mendalam, hal yang demikian bisa menjerumuskan borjuis
tersebut ke dalam pemikiran yang revisionis seperti halnya yang terjadi pada
kebanyakan Marxis vulgar pada umumnya. Karena pada sesungguhnya Marxisme hanya
di tujukan kepada kaum proletar saja sebagai pemegang amanat untuk menciptakan
perdamaian tanpa kelas di seluruh dunia.
Untuk memahami Marxisme, maka kita perlu memahami filsafat
Marxisme sebagai pokok dari keseluruhan ajaran Marxisme yaitu “Materialisme
Dialektika”. Filsafat Materialisme Dialektika merupakan filsafat terakhir di
muka bumi. Mengapa demikian? Karena sesudah Karl Marx dan Engels menjabarkan
filsafatnya tersebut, belum ada satupun filsuf yang berhasil menyusun teori
baru tentang filsafat. Selebihnya merupakan pengembangan dari Materialisme
Dialektika sendiri. Lenin misalnya, dalam karyanya “Materialisme dan
Empiriokritisme” bukan lah merupakan suatu metode filsafat baru, melainkan
kritik atas pemikiran kaum Neokantian juga Machian yang mengatasnamakan diri
sebagai Marxisme sesudah revolusi 1905.
Kekalahan revolusi tersebut menjadi pukulan yang berat bagi
para Marxis pada masa itu yang akhirnya membuat mereka beralih menjadi seorang
Dualisme yang vulgar. Mao dengan karyanya “Tentang Kontradiksi” juga bukan
merupakan metode filsafat baru, melainkan pengembangan dari metode Materialisme
Dialektika sehingga menjadi metode filsafat yang di gunakan untuk melakukan
revolusi Cina 1949. Juga terhadap Tan Malaka dengan karyanya “Madilog” juga
bukan pemahaman filsafat baru, melainkan hanya sebagai karya revisionis atas
Materialisme Dialektika yang di sesuaikan dengan keadaan bangsa Indonesia pada
waktu itu.
Materialisme Dialektika membuka alur sejarah baru dalam
dinamika kehidupan manusia. Materialisme Dialektika berhasil membuka jalan baru
untuk memahami semesta pada umumnya sehingga dianggap paling rasional di antara
semua metode filsafat pada umumnya. Materialisme Dialektika juga sejalan dengan
ilmu pengetahuan. Filsafat Marxisme tidak akan mendahului bukti sains sebagai
pokok utama kemajuan zaman, melainkan akan mengawalnya sehingga apa yang tidak
rasional menjadi rasional. Tiada yang namanya Idealisme dalam sains, begitu
pula dengan Marxisme. Semua bicara sesuai fakta objektif yang ada. Semua
berbicara soal fenomena dan gejala juga pembuktian kedua hal tersebut. Hal
inilah yang kemudian menempatkan Materialisme Dialektika sebagai filsafat yang
paling relevan hingga kini. Filsafat yang menjadi jalan perjuangan proletariat
dalam menggapai seluruh hak-haknya dan juga menghilangkan penindasan di muka
bumi.
Marx secara ilmiah menggabungkan kedua metode filsafat dan
meramunya hingga menghasilkan filsafat yang tiada kalah tandingnya tersebut.
Materialisme Feuerbach dan metode Dialektika Hegel menjadi inti dari filsafat
ini. Marx berhasil menyingkirkan metafisika/mistisme dari Materialismenya
Feuerbach dengan metode Dialektikanya. Marx juga berhasil membalikkan metode
Dialektikanya Hegel dengan Materialismenya. Kombinasi yang demikian
menghasilkan sesuatu yang akhirnya tetap relevan hingga kini. Filsafat tersebut
bertahan dan terus di agungkan hingga kini oleh para penganutnya termasuk saya.
Filsafat Materialisme Dialektika selanjutnya di pakai untuk metode analisis
masyarakat dan hubungannya dengan politik ekonomi Marxisme. Dengan memakai
filsafat tersebut pula lah, Sosialisme yang tadinya merupakan utopi akhirnya
menjadi sesuatu yang ilmiah dan harus di wujudkan dengan memadukan antara teori
dan praxis sehingga menghasilkan sesuatu yang di rindukan manusia, yaitu
kesadaran masyarakat tanpa kelas.
Materialisme Marx
Materialisme dan Dialektika merupakan komponen dasar dari
keseluruhan ajaran Marxisme. Maka izinkan saya untuk mengungkapkan opini saya
mengenai kedua hal tersebut, tentunya dengan berbagai sumber yang valid. Opini
saya mengenai filsafat Marxisme ini tentunya tidak akan lari dari teori
sebelumnya sehingga tidak mengundang artikel yang bersifat revisionisme.
Materialisme secara singkat adalah suatu filsafat yang
berangkat dari pemikiran yang rasional. Materialisme mempunyai unsur pokok
filsafat yaitu materi. Pengertian Materi sendiri adalah suatu objek yang di
tangkap oleh indrawi manusia secara nyata dan rasional. Materi adalah suatu
bentuk yang tergambar akibat adanya input dari indrawi manusia yang secara
nyata ada dan di transfusikan ke otak menjadi bentuk pemahaman yang menganggap
bentuk itu memang ada. Contohnya ketika kita melihat kapur tulis, maka otak
secara sadar menyatakan bahwa kapur tulis itu memang ada, maka kapur tulis
tersebut adalah materi. Suara juga merupakan suatu bentuk materi yang di
konkritkan dalam bentuk gelombang longitudinal yang di tangkap oleh telinga.
Begitu juga rasa panas dan dingin sebagai akibat dari adanya pengaruh dari
materi yang di rasa oleh kulit.
Materialisme berarti adalah suatu pemahaman akan materi dan
menganggap semua yang ada adalah materi, tiada yang namanya bentuk mistisme
seperti roh, jiwa, dan lain-lain. Semua dalam Materialisme adalah rasional dan
sejalan dengan ilmu pengetahuan. Materialisme pra Marx adalah suatu bentuk
Materialisme yang masih dangkal dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dari masa ke masa. Marx berkata :
“Kekurangan utama dari
semua materialisme yang ada sampai sekarang-termasuk materialisme
Feuerbach-ialah bahwa hal ihwal (Gegenstand), kenyataan, kepancainderaan,
digambarkan hanya dalam bentuk benda (Objekt)
atau renungan(Anschauung), tetapi tidak sebagai aktivitet pancaindera
manusia, praktek, tidak secara subyektif. Karena itu terjadilah bahwa
segi aktif, bertentangan dengan materialisme, dikembangkan oleh idealisme-tetapi
hanya secara abstrak,”
(Thesis
tentang Feuerbach no. 1)
Dari pernyataan di atas kita dengan mudah mengetahui apa
perbedaan konsep Materialisme antara Marx dengan para Materialis sebelumnya.
Materialisme pra Marx hanya memahami materi hanya dalam bentuk objek atau
renungan, sedangkan Materialisme Marx memahami materi bukan hanya sebagai
benda, namun juga dalam bentuk pergerakannya. Materialisme Marx mempunyai
dialektika sebagai hukum pergerakan materi tersebut. Marx memahami bahwa materi
bukan hanya sebagai benda yang diam, namun sebagai benda yang terus bergerak
mengalami pertentangan dan perkembangan dari masa ke masa.
Menurut Marx, materi yang tidak berdialektika masih terdapat
unsure Idealismenya. Hal ini mudah di tangkap bahwa materi sebagai hal yang di
tangkap indera hanya berbentuk materi diam atau materi mekanis yang terus
mengalami pergerakan secara berulang dan berkala, materi tersebut tidak di
pahami sebagai bentuk benda yang bergerak sesuai dengan aktivitas panca indera
manusia. Marx berkata :
“Pendirian materialisme
lama ialah masyarakat "sipil"; pendirian materialisme baru ialah
masyarakat manusia, atau umat manusia yang bermasyarakat.”
(Thesis
tentang Feuerbach no. 10)
Ini juga merupakan pernyataan yang membedakan Materialisme
Marx dengan Materialisme pra Marx. Materialisme Pra Marx hanyalah berbicara
soal aktivitas sipil yang tidak berdialektika. Aktivitas yang tidak terwujud
dalam aktivitas sosial pada umumnya. Materialisme Marx memahami aktivitas
manusia sebagai aktivitas sosial masyarakat yang pada umumnya saling berkaitan
satu yang lainnya.
Materialisme Marx berwujud praxis, bukan hanya sekedar teori
yang mengalami perkembangan dari otak ke otak. Materialisme Marx memahami
perkembangan dari otak ke masyarakat lalu ke sejarahnya. Hal inilah yang
membuat Materialisme Marx sangat unik dan relevan hingga kini.
Dialektika
Dialektika adalah metode filsafat yang telah lama dikenal
sejak Socrates. Pada awalnya Dialektika hanya merupakan proses Tanya jawab
filsafat pada masa Socrates. Namun, Dialektika berkembang menjadi suatu hukum
pergerakan yang secara sederhana di ungkapkan oleh Hegel. Dialektika Hegel
menerangkan bahwa suatu tesis atau teori atau ide pasti akan bertemu dengan
kontra ide atau teorinya sebagai basis kritik ataupun perlawan dari teori yang
ada. Ide dan kontra ide tersebut saling bertentangan namun berhubungan sehingga
menciptakan suatu ide baru yang disebut dengan synthese. Namun Dialektika
Hegel masih mengandung Idealisme yang sangat kuat.
Marx memakai metode Dialektika Hegel tersebut dengan
mengubahnya menjadi Dialektika yang Materialis. Konsep Dialektika Marx lebih
kompleks dari Hegel. Menurut Marx dan Engels, Dialektika berarti :
- 1. Perubahan kuantitas menjadi kualitas
- 2. Kutub berlawanan yang saling merasuki
- 3. Negasi dari Negasi
Perubahan kuantitas menjadi kualitas adalah konsep
pertama dialektika Marx. Hal ini di jelaskan oleh Engels secara sederhana.
Misalnya adalah air yang merupakan kumpulan kuantitas dipanaskan berubah
menjadi uap yang merupakan suatu kualitas. Namun konsep tersebut mengandung
kesalahan karena pada kenyataannya air tetap tidak berubah walaupun ia dalam
bentuk uap, tetap namanya adalah uap air. Bagaimana dengan contoh lain?
Perubahan kuantitas di pahami sebagai perubahan yang mengandung besaran atau
nilai, sedangkan perubahan kualitas adalah perubahan yang mengandung sifat.
Contoh yang paling relevan dari konsep ini adalah
masyarakat. Perubahan kuantitas menjadi perubahan kualitas tergambar dalam
peristiwa sejarah itu sendiri. Peristiwa sejarah tidak dapat berkembang jika
tidak mengandung konsep ini. Misalnya adalah perang Salib, perubahan kuantitas
berupa peperangan yang berlangsung selama 2 abad akhirnya menjadi suatu
perubahan kualitas yaitu berupa sifat pertentangan yang baru antara kedua agama
hingga sekarang. Juga pada revolusi Oktober sebagai salah satu revolusi
Marxisme tersukses dalam sejarah. Ketika Kapitalisme sebagai akhir dari
Imperialisme muncul, hal ini merupakan suatu kuantitas karena bergantung pada
nilai dan tingkatan-tingkatan yang berdasarkan pada ekonomi, lalu berubah
menjadi suatu kualitas melalui revolusi menjadi suatu pemerintahan buruh yang
tidak lagi bersandar pada ekonomi, melainkan pada kesejahteraan proletariat.
Kutub berlawanan yang saling merasuki merupakan
konsep kedua dari dialektika Marx. Konsep ini dapat disederhanakan menjadi
suatu hukum kontradiksi yang menggerakkan sejarah. Suatu peristiwa sejarah
tidak serta merta terjadi begitu saja, namun peristiwa tersebut muncul karena
adanya hukum kontradiksi. Jika kontradiksi tersebut tidak ada, maka yang
terjadi adalah kehidupan yang statis dan tidak membawa pengaruh apa-apa pada
jalannya sejarah.
Hasilnya merupakan kejenuhan hidup dan tidak akan
masuk akal sehat kita sendiri. Dalam alam juga mengalami kontradiksi yang
demikian. Misalnya, kita melihat terbentuknya sebuah bintang baru karena adanya
kontradiksi dari partikel-partikel nebula, juga bisa Karena Supernova yang
merupakan kontradiksi dari komposisi bintang tua.
Negasi dari Negasi adalah bentuk konsep yang agak
rumit menurut saya. Dalam pengertian saya, negasi dari negasi adalah suatu
bentuk penyangkalan dari kontradiksi sebelumnya yang merupakan sebuah
penyangkalan juga. Penyangkalan tersebut bersifat berseberangan namun
berhubungan dan berkembang. Contohnya dalam analisa masyarakat adalah
perkembangan masyarakat Kapitalisme yang merupakan negasi dari kepemilikan
pribadi dan perkembangan masyarakat sosialisme adalah negasi dari negasi
masyarakat Kapitalisme. Konsep ini bersifat kontradiksi namun kontradiksi ini
menghasilkan suatu perkembangan yang baru.
Ketiga konsep tersebut tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya, konsep-konsep tersebut saling berhubungan membentuk satu
metode yaitu metode dialektika Marx. Ketiga konsep tersebut merupakan suatu perpaduan
yang sempurna sehingga menjadi suatu metode yang bertahan hingga kini dalam
menjawab segala bentuk persoalan masyarakat dan sejarahnya.
0 comments:
Post a Comment