Tuesday, October 24, 2017

DARWINISME & MARXISME


Dunia terperanjat ketika seorang ahli Biologi asal Inggris menerbitkan The Origin of Species sebagai hasil dari studi bandingnya ke Galapagos. Para ahli ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa inilah adalah suatu kemenangan telak dari ilmu pengetahuan dan para agamawan mengatakan bahwa ini adalah kiamat bagi agama. Mengapa? Karena Darwin si pembuat buku menyatakan bahwa makhluk hidup berkembang dari sifatnya yang kuantitatif menjadi kualitatif. Dia berasumsi bahwa asal makhluk hidup itu dari satu sel lalu menjadi banyak makhluk hidup dan akhirnya manusia lah sebagai perkembangan paling mutakhir dari proses tersebut. Teori tersebut dinamakan teori evolusi dan oleh para ahli menyebutkan bahwa teori itu benar-benar terjadi. Darwin jelas menyatakan bahwa perkembangan kehidupan makhluk hidup atau munculnya kehidupan itu tanpa campur tangan bentuk ghaib apapun.
Teori tersebut menjadi sebuah kebenaran ketika ditemukan banyak fosil-fosil makhluk hidup zaman dahulu yang menjadi bukti adanya suatu lompatan kuantitatif ke lompatan kualitatif. Bukti-bukti tersebut di perkuat dengan ditemukannya hominid di Afrika dan beberapa spesies kera berjalan tegak lainnya. Beberapa spesies ini mempunyai perkembangan volume otak hingga menuju kesempurnaan otak Homo Sapiens. Bukti-bukti tersebut akhirnya menyatakan bahwa teori evolusi Darwin adalah bentuk Materialisme Historis dalam ilmu alam. Bahkan Engels menyatakan bahwa teori evolusi Darwin harusnya mendapatkan apresiasi dan patut menjadi loncatan ilmu pengetahuan dunia, sama halnya seperti Newton yang telah menyatakan hukum mekanika.

Sebelum Darwin, orang Yunani lah yang terlebih dahulu bersasumsi bahwa manusia berasal dari ikan. Bukan itu saja, beberapa mitologi di dunia seperti mitologi orang-orang pasifik juga menyatakan hal yang sama. Namun, Darwin lah yang pertama kali membuat hipotesa ilmiah soal evolusi sebenarnya. Bahwa menurutnya yang paling fundamental adalah segala bentuk kehidupan di dunia awalnya berasal dari satu nenek moyang yang sama. Hal ini sungguh bertentangan dengan kata-kata pertama dalam Injil yang menyebutkan bahwa “Pada mulanya ialah firman Tuhan”. Goethe menyatakan bahwa pada mulanya ialah kerja. Ini adalah suatu kemajuan filsafat yang luar biasa. Agama yang telah menggelapkan Eropa pada masa kegelapan akhirnya tercerahkan. Ketika Darwin, Descartes, dan Galileo sebagai pejuang ilmu pengetahuan naik ke atas, maka seketika itu juga hilang lah otoritas keagamaan.
Jika Marx berbicara lompatan dialektika dalam perspektif Materialisme Historis, maka Darwin si ahli biologi berbicara lompatan dialektika dalam perspektif Biologi. Tahap-tahap tersebut dilalui dengan proses yang sangat panjang dan melalui tahapan seleksi alam. Perbedaan mendasar antara Marx dan Darwin adalah bahwa Marx menempatkan manusia sebagai posisi sentris dalam perkembangan sejarah, sedangkan Darwin menetapkan bahwa spesies makhluk hiduplah yang dipengaruhi alam. Secara tidak langsung, Darwin menyatakan bahwa alam lah yang mempengaruhi sejarah perkembangan makhluk hidup. Hal inilah yang akhirnya membuat teori Marx dan Darwin agak bertentangan. Namun, Marx dan terutama Engels sangat mengagumi Darwin dan memakai teorinya untuk menjelaskan bagaimana peran kerja manusia dari masa ke masa. Hakikat dari perkembangan manusia dari masa ke masa ialah kerja. Pekerjaan itulah yang akhirnya membuat manusia mampu berevolusi dari nenek moyangnya, kera.
Mari kita analisis bagaimana pandangan Darwin itu bertahan sehingga kita bisa mempercayainya sebagai suatu bentuk Materialisme Historis dalam biologi. 3,5 Milyar tahun yang lalu adalah masa dimana sel pertama muncul. Para ahli Darwinis melakukan percobaan-percobaan ilmiah tuk membuktikan pernyataan bagaimana sel tersebut muncul akibat rantai dari reaksi kimia. Oksigen, nitrogen, air, amonia, dan metana adalah unsur pertama pembentuk asam amino sederhana yang menjadi dasar dari molekul kehidupan. Asam amino tersebut bereaksi dengan rantai kimia lainnya dengan bantuan sinar ultraviolet membentuk rantai protein yang rumit. Protein, seperti yang kita ketahui adalah unsur yang berada dalam protoplasma sel yang menjadi unsur penggerak kehidupan. Sedangkan rantai molekul yang lebih rumit seperti asam nukleat yang menyimpan unsur genetika terbentuk lebih rumit lagi. Reaksi antara protein dengan asam nukleat hanya bisa menghasilkan makhluk molekuler seperti virus. Bagaimana dengan sel?
Pernyataan dalam Reason In Revolt karya Alan Woods dan Ted Grant dapat menjelaskan hal ini :
“Dengan bantuan katalis berbagai molekul dapat berinteraksi dan berfusi satu sama lain untuk membentuk apa yang disebut Kauffman sebagai "himpunan yang sanggup mengakatalisasi diri sendiri" [autocatalytic set]. Dengan cara ini, keteraturan yang muncul dari kekacauan molekular akan mewujudkan dirinya dalam sebuah sistem yang bertumbuh. Ini bukanlah kehidupan seperti yang kita kenal saat ini. Ia tidak memiliki DNA, kode genetik, dan membran sel. Tapi ia dapat menunjukkan beberapa ciri yang mirip dengan ciri mahluk hidup. Contohnya, ia dapat bertumbuh. Ia akan memiliki sejenis metabolisme - menyerap satu pasokan "pangan" yang terdiri dari molekul-molekul asam amino dan lain-lain senyawa sederhana, menambahkan senyawa-senyawa ini pada dirinya sendiri. Itu adalah satu bentuk reproduksi yang primitif, yang memperbesar diri sendiri untuk menyebar ke daerah yang lebih luas. Ide ini, yang merupakan satu contoh dari lompatan kualitatif, atau "fase peralihan" dalam bahasa kompleksitas akan berarti bahwa kehidupan tidaklah muncul sebagai sebuah peristiwa acak, tapi sebagai hasil dari kecenderungan inheren di alam untuk semakin menaikkan tingkat pengorganisasian.”

Virus, makhluk ini menjelaskan bagaimana teori evolusi mencapai kemenangannya. Hal ini terlihat dengan hanya ada reaksi antara RNA atau DNA dengan protein yang melingkupinya dengan berbagai jenis rantainya membentuk suatu kehidupan yang hanya aktif bila ada inangnya saja. Cyanobacteriaatau ganggang biru mungkin merupakan suatu bentuk sel yang palin sederhana dan masih hidup hingga kini. Ganggang biru ini menjelaskan bagaimana sebuah sel sederhana bertahan dalam proses reaksi kimia yang parah pada masa Archean hingga kini.
Sel ganggang biru hanya terdiri dari kumpulan protein dan DNA yang tergabung akibat ikatan kimia yang dibantu dalam sinar ultraviolet dan Karbon Dioksida. Jika menuruti hukum kekekalan energi, maka kita mendapati Karbon Dioksida yang diserap sel tersebut berubah menjadi oksigen dan karbon yang menjadi unsur pertama tidaklah menghilang, melainkan menjadi pembentuk ikatan antara protein dan energi. Ya, sel tersebut memerlukan energi untuk bergerak, maka karbon tersebutlah yang dibakar oleh oksigen sehingga menjadi energi yang menggerakkan suatu sel.
Rantai energi yang dihasilkan akibat reaksi kimia ini akhirnya menjadi suatu sifat organik dari suatu sel sederhana, yaitu gerak. Namun, materi hidup pada masa itu belum menemukan kesadaran dirinya diakibatkan belum adanya corak produksi yang memungkinkan, maka gerak yang di lakukan atas dasar mendekati molekul yang siap direaksikan dengan keadaan internal sel. Misalnya, reaksi garam atau difusi ion antara ion Natrium dengan ion Chlor yang berdifusi melalui membran sel. Lalu, ketika sel mencapai tingkat kesempurnaan gerak akibat corak produksi yang memadai, maka sel berevolusi mengikuti perkembangan keadaan bumi yang saat itu mendingin dan mendekati masa Proterozoikum. Masa yang dilalui sel tersebut untuk berevolusi hingga 2 milyar tahun. Cukup logis untuk menjelaskan bagaimana sebuah sel harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di alam. Corak produksi yang terjadi akhirnya membantu penyesuaian sel tersebut, maka terjadilah tahap seleksi alam.
Bagaimana dengan ledakan kambrium? Suatu masa dimana makhluk hidup berkembang hingga beratus-ratus filum hanya dengan waktu 5 juta tahun saja? Para Idealis memukul mundur para Darwinis dengan fakta yang demikian uniknya ini. Namun, kita sebagai seorang Marxis adalah seorang Materialis pula, ledakan kambrium bukanlah suatu ledakan penciptaan yang terjadi secara mendadak atau menurunkan hewan dari langit, namun juga merupakan proses evolusi. Keadaan pada masa sebelum Kambrium, yaitu masa awal Proterozoikum merupakan keadaan dimana bumi mulai stabil, sel yang kita jelaskan tadi mulai menemukan penyesuaian akibat keadaan alam tersebut. Makhluk hidup sederhana tumbuh dengan perlahan hingga ke masa kambrium.
Di masa kambrium, keadaan bumi menurut komposisi materialnya adalah tempat yang sangat ideal untuk hidup, dimana pada masa itu komposisi oksigen hingga 22% dan Nitrogen hingga 70%. Keadaan yang demikian memicu reaksi kimia berlebihan sehingga menimbulkan mutasi. Apalagi Karbon yang menjadi energi terus bersirkulasi juga bersama Fosfor. Keadaan yang demikian cepatnya menimbulkan perubahan yang tidak biasa pada evolusi makhluk hidup.
Makhluk hidup berevolusi secara cepat secara mutasional. Kita tidak bisa berspekulasi tentang jumlah spesies yang hadir pada masa itu, namun bisa saja satu spesies mengalami jumlah perbedaan yang banyak seperti yang terjadi pada manusia dengan rasnya. Semakin tinggi tingkat kerumitan molekular yang terjadi pada makhluk hidup, maka semakin banyak perbedaan antara varietas yang satu dengan yang lainnya. Yang terjadi adalah suatu ledakan populasi makhluk hidup yang tidak biasa.
Memang kita mengenal bahwa evolusi kehidupan tidaklah dapat dipahami jika tidak ada bentuk peralihan seperti yang dikatakan Engels dalam Dialectic on Nature :

"Garis-garis yang tebal dan tegas tidaklah sesuai untuk teori evolusi. Bahkan batasan antara mahluk bertulang belakang dengan yang tidak bertulang belakang tidak lagi kaku, seperti makin tipisnya batas antara ikan dan amfibi, sementara batas antara burung dan reptil semakin menipis dari hari ke hari. Antara Compsognathus dan Arcaeopteryx hanya dibutuhkan beberapa rantai antara saja, dan paruh burung yang masih bergigi muncul di mana-mana di kedua belahan dunia. 'Atau ini, ... atau itu' menjadi semakin lama semakin tidak cukup. Di antara hewan-hewan yang tingkatannya lebih rendah konsep tentang individu tidak dapat ditandai dengan tajam. Bukan hanya kita tidak dapat menunjuk satu hewan sebagai sebuah individu atau koloni, tapi juga di mana dalam perkembangannya satu individu berhenti mengada dan yang lain muncul menggantikannya.”

Namun, kita dapat berasumsi bahwa bentuk peralihan yang terjadi dalam ledakan kambrium merupakan peralihan spontan, sama halnya dengan yang terjadi pada masa Archean ketika sel mengambil bentuk pertamanya.
Ledakan kambrium akhirnya menjadi suatu fenomena yang terjadi pula di masa kini ketika terjadi ledakan Holosen akibat menghangatnya suhu bumi setelah masa Dilivium atau zaman es yang mencair sekitar 12.000 tahun yang lalu. Dan kepunahan massal yang terjadi selama lima kali juga terjadi karena faktor alam yang mempengaruhi keadaan bumi. Evolusi dipengaruhi oleh peristiwa alam, seperti yang di yakini Charles Darwin ternyata tidak berlaku bagi manusia di masa Holosen. Nyatanya, manusia lah yang akhirnya yang Maha Kuasa mempengaruhi keadaan alam.

Sekarang mari kita lihat sejauh mana Darwinisme mempengaruhi Marxisme itu sendiri.
Marx dan Engels memakai teori Darwin sebagai posisi paling penting dalam teorinya. Namun, mengubah posisi subjeknya dari alam menjadi makhluk hidup. Dengan demikian, Marx tidak lagi menerapkan seleksi alam dalam perkembangan sejarah, melainkan perjuangan lah yang akhirnya membuat sejarah itu berubah. Secara tidak langsung, Materialisme Historis memakai teori Darwin dan di satu sisi menentangnya. Darwin dan Marx sama-sama seorang Materialis Dialektis, namun masih ada posisi Idealis yang masih dipegang oleh Darwin, yaitu adanya keterkaitan kekuatan alam dalam menyeleksi perkembangan makhluk hidup tersebut.
Senada dengan pernyataan Marx, Anaxagoras menyatakan bahwa perkembangan mental manusia tergantung dari terbebaskannya tangan. Marx dalam kalimat lain menyatakan bahwa hal yang mempengaruhi perkembangan adalah corak produksi dari setiap masyarakat. Pernyataan ini sedikit menentang teori Darwin yang menyatakan bahwa perkembangan dari makhluk hidup bukan tergantung dari corak produksinya, melainkan dari peristiwa-peristiwa alam yang menyeleksinya.
Marx dan Engels tentu mempunyai alasan tertentu mengapa manusia atau makhluk hidup pada umumnya menjadi penggerak utama dari sejarah, hal ini dikarenakan tidak ada satupun peristiwa sejarah yang terjadi karena alam, semuanya karena adanya pengaruh makhluk hidup di dalamnya. Sedangkan kalau kita menilik dari kejadian Dialektika dalam alam semesta, sekilas teori Darwin menjadi benar, namun apa yang terjadi di alam yang berpengaruh kepada makhluk hidup bukan sebagai bentuk seleksi, namun sebagai bentuk penyesuaian gen yang terus berkembang dari masa ke masa. Teori ini mendekati pernyataan Lamarck soal perkembangan evolusi makhluk hidup daripada teori Darwin itu sendiri.
Namun, ada beberapa hal yang merupakan kesamaan antara Darwinisme dengan Materialisme Historis, termasuk tentang pembantahan kata-kata dalam Injil yang menyebutkan bahwa “Pada mulanya ialah firman”. Apa bisa kita mengambil kata-kata yang demikian secara Materialis? Tentu tidak. Jawaban yang sangat tepat untuk menjelaskan bagaimana awal mula segalanya ialah “Pada mulanya ialah materi”, karena materi lah yang menjadi penggerak dan di gerakkan, bukan ide ataupun firman. Perkembangan material itulah yang menjadi suatu kemenangan mutlak teori Darwin atas agama yang konservatif.
Sehingga kesimpulannya kita dapatkan bahwa Darwinisme memang sangat mempengaruhi pemikiran Karl Marx atas Materialisme Historisnya. Namun, kita dapat menarik garis perbedaannya bahwa perbedaan antara Materialisme Historis Marx dengan teori evolusinya Darwin terletak pada siapa pengaruhi siapa. Materialisme Historis menyatakan bahwa masyarakat dalam perkembangannya dipengaruhi corak produksi dan masyarakatlah yang mempengaruhi alam yang mereka tempati, namun Darwinisme mengambil garis yang hati-hati ketika menentukan bagaimana sel pertama di bentuk oleh proses reaksi kimia yang rumit. Namun, demikian bukan suatu pernyataan mutlak bahwa bagaimana masyarakat mempengaruhi alam, karena setidaknya proses perkembangan materi lah yang mempengaruhi materi itu sendiri.
Artikel yang cukup singkat ini cukup membeberkan bagaimana Charles Darwin dapat mempengaruhi Karl Marx dalam tulisannya. Juga bagaimana Darwinisme bertahan dengan sisa-sisa kekuatannya melawan pemikiran Idealis seperti para agamawan gereja. Benarlah kata para filsuf Materialis bahwa pada mulanya ialah materi. Para penganut Materialisme Dialektika melengkapinya dengan kata-kata“Pada mulanya ialah materi, namun tidak konstan karena yang menjadi persoalan adalah perubahan materi tersebut secara bertahap”.

0 comments:

Post a Comment

 
;