BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Masalah
Mungkin dunia ini
tidak akan menarik jika Karl Marx tidak lahir, karena dirinya lah, sepertiga
dunia di lingkupi merah revolusi dan dua pertiga lagi membicarakannya. Hingga
kini, Karl Marx dan ajarannya menjadi momok yang paling di pertanyakan di bumi.
Ajarannya mengenai Materialisme Dialektika, teori nilai kerja, ataupun
Sosialisme Ilmiah menjadi dasar pijakan bagi berdirinya negara-negara Sosialis di
seluruh dunia. Ajarannya bahkan banyak di sintesa dengan pemikiran-pemikiran
baru, seperti Sartre dengan Eksistensialisme nya dan Soekarno dengan
Marhaenisme nya. Namun, itu semua tidak akan terjadi ketika Revolusi Oktober
tidak ada.
Lenin merupakan sang Teoritikus
Marxis yang mempraktekkan isi ajaran dari The
Communist Manifesto serta teori Karl Marx lainnya sehingga di tangan dia,
Marxisme bukan lagi teori usang yang hanya ada di dalam teks-teks ekonomi
politik saja. Karena Lenin lah, Marxisme menjadi dikenal luas oleh berbagai
negara di dunia. Marx sendiri berkata bahwa teorinya tidak akan berhasil jika
tidak ada prakteknya. Maka Lenin lah yang pertama kali memberi contoh tentang
bagaimana teori Karl Marx itu berhasil.
Revolusi Oktober 1917
di Rusia itulah yang akhirnya mengejutkan kaum Kapitalis di dunia karena mereka
tidak lagi bisa tertawa ketika Lenin bersama kaum buruh Rusia akhirnya berhasil
mendirikan negara buruh pertama di dunia. Semua bukanlah berkat roh-roh atau
takhayul ramalan semata, semua karena kondisi lingkungan sosial Rusia serta
faktor kesadaran kelas yang muncul akibat kondisi lingkungan tersebut sehingga
revolusi memang seharusnya terjadi. Revolusi Oktober 1917 menjadi pemicu hebat
revolusi-revolusi lain di belahan bumi lainnya. Hampir semua tokoh pergerakan
nasional di dunia bahkan terpengaruh oleh ajaran Karl Marx termasuk para tokoh
kita. Tan Malaka dan Soekarno mungkin dua sosok Marxis yang berhasil mensintesa
ajaran Karl Marx sehingga cocok dengan keadaan sosial Indonesia. Kita juga
mengenal sosok Haji Misbach yang berhasil menjadi Marxis tanpa harus kehilangan
akidah Islamnya yang kental.
Marxisme dan teori
revolusinya menjadi sesuatu yang sangat unik. Mungkin bukan lagi saatnya kita
terlalu merasa stigma terhadap ajaran Karl Marx karena adanya distorsi sejarah
yang dilakukan Orde Baru. Sekarang saatnya kita analisis bagaimana Revolusi
Oktober, Marxisme, dan teori-teorinya bisa menjadi yang paling di bicarakan di
dunia. Kita mesti menghilangkan stigmatisasi agar ajaran Karl Marx bisa dikenal
kembali sebagai ajaran Sosialisme Ilmiah yang paling revolusioner di muka bumi.
Mempelajarinya bukan berarti kita menganut teorinya karena kita para sejarawan
selalu bersikap objektif untuk menyikapi peristiwa.
- Rumusan Masalah
Miniskripsi
yang bertitel “Revolusi Oktober 1917” membicarakan soal-soal dari :
1.
Bagaimana keadaan sosial Rusia sebelum
tahun 1905 ?
2.
Apa peran Partai Buruh Sosial Demokrat
Rusia dalam Revolusi Oktober 1917 ?
3.
Bagaimana kejadian Revolusi 1905 dan
Revolusi Februari 1917 ?
4.
Apa pengaruh surat kabar Iskra dan
soviet-soviet dalam peristiwa Revolusi Oktober 1917 ?
5.
Apa peran Lenin dan Trotsky dalam
Revolusi Oktober 1917 ?
6.
Bagaimana kaum buruh membentuk tentara
dan pemerintahan revolusioner untuk mempertahankan revolusi ?
- Pembatasan Masalah
Miniskripsi yang bertitel “Revolusi
Oktober 1917” akan dibatasi pembahasannya dari analisis keadaan sosial
Rusia sebelum tahun 1905 hingga terbentuknya pemerintahan buruh di Rusia
setelah revolusi. Sedangkan, berdirinya Uni Soviet tidak dibahas karena keluar
dari konteks pembicaraan mengenai Revolusi Oktober 1917.
- Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan miniskripsi yang
bertitel “Revolusi Oktober 1917” adalah sebagai berikut.
1.
Memberikan wawasan secara objektif
tentang terjadinya Revolusi Oktober 1917 di Rusia.
2.
Menghilangkan stigmatisasi di kalangan
masyarakat soal ajaran Marxisme – Leninisme yang dianggap dapat meruntuhkan
ideologi Pancasila.
3.
Membuka kembali mata masyarakat soal
pentingnya berpandangan objektif untuk menganalisis peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan ideologi Marxisme – Leninisme.
4.
Memberikan pemahaman soal kronologi
kejadian Revolusi Oktober 1917 hingga terbentuknya pemerintahan revolusioner di
Rusia.
- Metode
Penelitian
Miniskripsi ini di
tulis berdasarkan metode penulisan sejarah yang terdiri atas pengumpulan data,
kritik sumber, interpretasi dari penulis, serta penulisan sejarah secara
objektif.
- Organisasi
Penulisan
Miniskripsi yang
bertitel “Revolusi Oktober” terdiri atas 4 bab yang keseluruhannya
membahas soal bagaimana sejarah Revolusi Oktober 1917 tersebut secara ringkas.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan dari
penulisan miniskripsi ini. Bab kedua merupakan isi yang menjelaskan soal
analisis kondisi sosial Rusia sebelum terjadinya revolusi. Bab ketiga membahas
soal Revolusi Oktober dan peran masing-masing institusi dalam revolusi
tersebut. Bab keempat merupakan penutup dan mengenang Revolusi Oktober 1917
secara keseluruhan sebagai suatu bagian dari peristiwa dunia yang sangat
penting untuk di bahas.
- Tinjauan Pustaka
Miniskripsi yang
bertitel “Revolusi Oktober 1917” menggunakan sumber-sumber yang valid
karena berasal dari brosur-brosur serta buku dari tokoh primer yang langsung
terlibat dalam peristiwa tersebut yaitu Leon Trotsky dan Vladimir Illyanov
Lenin. Selain itu, penulis menggunakan sumber-sumber dari Koran Militan
Indonesia, sebuah organisasi kiri yang berkembang di Indonesia. Juga tulisan
dari orang-orang yang terlibat dalam International
Marxism Tendency seperti Alan Woods, Ted Sprague, dan Dr. Zayar.
BAB II
ANALISIS RUSIA PRA
REVOLUSI
A. Rusia Sebelum Tahun 1905
Analisis Rusia sebelum tahun 1905 hingga sesudahnya di uraikan secara
lengkap dalam buku Leon Trotsky yang berjudul Results and Prospects. Buku tersebut menggambarkan secara lengkap
bagaimana teori inti dari Trotskyisme yaitu Revolusi Permanen menjadi sebuah
teori revolusi sosialis untuk dunia ketiga seperti Rusia pada masa itu. Selain
itu, Bolshevism karya Alan Woods juga
menjadi rujukan penting untuk membahas Rusia pra 1905 serta peran Lenin dan G.
V. Plekhanov dalam pergerakan Marxisme di Rusia pada masa awal.
Trotsky dalam bukunya Results and
Prospects menjelaskan karakteristik Rusia pada abad 17 yang menurutnya
merupakan awal dari perkembangan Kapitalisme di Rusia :
“Negara Rusia, yang dibangun di atas basis
kondisi-kondisi ekonomi Rusia, terdorong maju oleh tekanan bersahabat, dan
bahkan lebih oleh tekanan yang bermusuhan, dari negara-negara tetangga yan
telah berkembang di atas basis ekonomi yang lebih tinggi. Semenjak itu –
terutama semenjak akhir abad ke 17 – negara Rusia berusaha keras dengan seluruh
kekuatannya untuk mempercepat perkembangan alami ekonomi bangsa. Cabang-cabang
baru dari kerajinan tangan, mesin-mesin, pabrik-pabrik, industri besar,
kapital, boleh di bilang dicangkok di batang pohon ekonomi. Kapitalisme tampak
seperti dilahirkan oleh negara.”[1][1]
Ekonomi Rusia berkembang dengan pesat dibawah kekuasaan Tsar. Tsar
termasyhur bernama Peter The Great yang berhasil memukul mundur Utsmaniyah di
Laut Hitam. Berbeda dengan para ahli sejarawan borjuis yang menyatakan bahwa
sampai tahun 1917, Rusia masih berbentuk Feodalistik. Sedangkan Trotsky dan
Alan Woods sependapat bahwa Rusia telah mengembangkan Kapitalisme dari mulai abad
17 di bawah sistem yang Feodalistik. Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa
sistem Kapitalisme yang berasaskan ekonomi (bukan politik) telah berkembang di
Rusia semenjak abad 17 dibawah sistem yang Feodalistik secara politik.
Professor D. Mendeleyev
menambahkan :
“Mayoritas cabang-cabang industri (metal, gula,
minyak bumi, kilang minyak, bahkan industri tekstil) dibangun dibawah pengaruh
langsung dari kebijakan-kebijakan Pemerintah, kadang-kadang bahkan dengan
bantuan subsidi Pemerintah yang besar, tetapi terutama karena Pemerintah selalu
secara sadar menjalankan kebijakan proteksionis”[2][2]
Dari keterangan tersebut di dapatkan bahwa kondisi Kapitalisme Rusia yang
berkembang di bawah rezim Tsar memang telah berkembang sejak lama. Pendapat ini
mendukung pernyataan Trotsky tersebut.
Pada abad ke 18, rezim Tsar mulai mendapatkan perlawanan pertamanya dari
gerakan yang menyebut dirinya sebagai Narodnik.
Menurut catatan Ted Sprague, Narodnik merupakan sebuah gerakan revolusioner
Rusia pada 1860an dan 1870an. Gerakan ini dimotori kaum muda dan intelektual
dari kota-kota, yang percaya bahwa kaum tani adalah kelas revolusioner yang
akan menggulingkan monarki, menganggap komune desa sebagai embrio Sosialisme.
Gerakan ini menemui kegagalan besar, dan lalu berkembang menjadi gerakan
terorisme yang berusaha menggulingkan monarki Tsar dengan pembunuhan-pembunuhan
terhadap petinggi-petinggi negara[3][3].
Analisis yang paling tepat mengenai keadaan Rusia sebelum tahun 1905 di
tuangkan oleh Trotsky :
“Daerah urban di Rusia adalah produk dari sejarah yang
sangat muda; lebih tepatnya, beberapa dekade. Di akhir rezim Peter I, pada
perempat pertama abad ke-18, populasi kota jumlahnya kira-kira 328.000,
kira-kira 3 persen dari total populasi bangsa. Pada akhir abad ke-18, populasi
kota meningkat menjadi 1.310.000, kira-kira 4.1 % dari total populasi.”[4][4]
Keterangan Trotsky yang didukung data dan fakta yang ada di lapangan
membuktikan bahwa dengan bertambahnya jumlah populasi di kota-kota, maka
industri Rusia menjadi sangat berkembang. Perpindahan ini dijelaskan oleh Dr.
Zayar sebagai bentuk transformasi dari orang-orang desa yang notabene sebagai
kaum tani menjadi kaum buruh dalam presentasi yang berkembang. Namun sensus
terakhir yang dilakukan pemerintahan Rusia pada tahun 1897 memperlihatkan bahwa
jumlah penduduk kota di Rusia hanya mencapai 13 %[5][5]. Jadi, keseimbangan antara sektor industri dengan sektor agrikultur
menjadi faktor berkembangnya Kapitalisme seimbang dengan bertahannya Feodalisme
di Rusia.
Berbeda kondisinya dengan Iran pada masa sebelum Revolusi antara tahun 1965
hingga tahun 1973. Perpindahan penduduk yang terjadi di Iran dari desa ke kota
mencapai 380.000 per tahunnya menyebabkan tidak seimbangnya sektor agrikultur
dengan sektor industri minyak yang menyebabkan permasalahan serius di kota-kota
Iran[6][6].
Kondisi Rusia pada awal abad 20 sangat mendukung terjadinya revolusi.
Mengapa demikian ? karena kaum buruh Rusia mulai menjamur di perkotaan. Dalam
perspektif Marxisme, kaum buruh adalah kelas yang mendukung terjadinya revolusi
sosialis. Marx menyatakan :
“Kelas
buruh dalam proses perkembangannya akan menggantikan masyarakat lama borjuis
dengan perserikatan yang akan menyingkirkan kelas-kelas beserta
pertentangannya, dan tidak akan ada lagi kekuasaan politik apapun yang
sebenarnya, karena kekuasaan politik adalah justru pernyataan resmi dari
antagonisme kelas dalam masyarakat borjuis.”[7][7]
Pernyataan Marx tersebut menjadi faktor dasar terjadinya revolusi. Selain
itu, faktor yang paling penting dalam mendukung terjadinya revolusi ialah
adalah kesadaran kelas yang revolusioner. Lenin menyebutkan bahwa :
“Manifesto Komunis memberikan
suatu ikhtisar umum tentang sejarah, yang mengharuskan kita untuk menganggap
negara sebagai alat kekuasaan kelas dan membawa kita pada kesimpulan yang tak
dapat dihidari lagi bahwa proletariat tidak dapat menggulingkan borjuasi tanpa
terlebih dulu merebut kekuasaan politik, tanpa memperoleh kekuasaan-unggul
politik, tanpa mengubah negara menjadi “proletariat yang terorganisir sebagai
kelas yang berkuasa”; dan bahwa negara proletariat ini akan mulai
"melenyap" segera setelah ia memperoleh kemenangan, karena negara
adalah tidak perlu dan tidak dapat ada dalam suatu masyarakat di mana tidak
terdapat antagonisme kelas.”
Kesadaran kelas di butuhkan untuk membangun kekuatan proletar dalam merebut
alat-alat negara yang dikuasai oleh borjuis-borjuis tersebut. Kondisi Rusia pra
1905 mendukung keadaan yang demikian. Namun, para sejarawan borjuis yang
mendistorsi sejarah Rusia sekali lagi penulis tekankan bahwa mereka percaya
bahwa Rusia masih Feodalisme hingga tahun 1917.
B. Partai Buruh Sosial Demokrat
Rusia
Pada 1876, George Plekhanov bersama Natansons dan
Alexander Mikhailov membentuk Zemlya i
Volya, sebuah organisasi yang hidup berasaskan Sosialisme Tani. Organisasi
tersebut akhirnya menggerakkan demonstrasi secara ilegal di depan Katedral
Kazan dengan teriakan “Hidup Revolusi”
dibawah kepemimpinan Plekhanov. Gerakan ini akhirnya dikenal sebagai gerakan
Narodnik yang mengandalkan kaum tani sebagai kaum mayoritas Rusia pada saat itu[8][8].
Prospek tendensi Plekhanov pada kala itu sangatlah buruk.
Taktik “Turun ke bawah” telah terbukti gagal. Plekhanov akhirnya beralih pada
kaum buruh sebagai tuntutan atas revolusi berdasarkan perspektif Marxisme.
Plekhanov pada kala itu sedang mempelajari Marxisme secara mendalam sehingga
bisa menyimpulkan bahwa Marxisme memang cocok untuk menjadi metode revolusi di
Rusia nantinya[9][9].
Pada akhirnya Plekhanov membentuk lingkaran organisasi
Marxis yang kecil-kecilan. Kelompok Marxis pertama di Rusia ini mendapat
tekanan dari kelompok Narodnik maupun Rezim Tsar. Kelompok Plekhanov tersebut
bernama The Labor Emansipation. Pada
1890an, Lenin akhirnya berkenalan dengan Plekhanov dan bergabung dengannya.
Pada masa tersebut, Lenin menekankan pentingnya transformasi dari Propaganda
menjadi agitasi.
Pada 1890an, Lenin membentuk Liga Buruh St. Petersburg
bersama Plekhanov dan berhasil mengorganisir kekuatan kaum buruh di kota
tersebut. Liga tersebut menjadi awal atau embrio dari Partai Buruh Sosial
Demokrat Rusia nantinya. Liga tersebut mendapat banyak anggota dari kalangan
buruh karena buruh pada masa itu dalam keadaan tertindas[10][10].
Dari tahun ke tahun, pengaruh Marxisme di kalangan
intelektual Rusia semakin besar sehingga menghasilkan fenomena yang sangat
unik. Tahun 1898, Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia terbentuk atas prakarsa
Lenin, Plekhanov, dan Martov. Tanggal 1 Maret 1898, kongres pertama
dilaksanakan di kota Minsk.
Selanjutnya, Partai tersebut menjadi wadah dasar bagi
para Marxis kiri yang menentang Internasionale II akibat dukungan Kautsky untuk
desersi dari perang dunia I. Partai tersebut pada akhirnya pecah menjadi dua
faksi akibat perbedaan pemikiran soal proses revolusi yaitu faksi Menshevik dan faksi Bolshevik. Faksi Bolshevik pada akhirnya setelah revolusi
berkembang menjadi Partai Komunis Uni Soviet.
C. Revolusi 1905 dan Revolusi Februari
1917
Tahun 1905, terjadi demonstrasi besar-besaran yang
dilakukan oleh para buruh akibat kebijakan kerja hingga 10 sampai 14 jam. Massa
yang berdemonstrasi mencapai ribuan di lapangan istana Tsar. Para tentara Tsar
menembaki para demonstran tersebut dan menyebabkan ribuan buruh tewas.
Peristiwa tersebut dikenal sebagai Sunday
Bloody Sunday.
Setelah kejadian tersebut, para buruh membentuk soviet
pertama di St. Petersburg dan menunjuk Trotsky sebagai presiden soviet pertama
tersebut. Trotsky dengan segera mengorganisasikan buruh untuk melakukan
pemogokan selanjutnya bersama Lenin yang kebetulan sedang menghadapi perpecahan
dengan Martov di kalangan Partai Buruh Sosial Demokrat. Dalam bukunya, The Permanent Revolution, Trotsky
menyebutkan bahwa Lenin memegang bukunya yang berjudul Results and Prospects sebagai analisis keadaan Rusia menjelang
Rusia. Pada Februari 2015, revolusi terjadi, buruh yang berjumlah 400.000 orang
di seluruh Rusia melakukan pemogokan-pemogokan. Namun revolusi tersebut
berujung pada kegagalan.
Lenin akhirnya diasingkan ke Jerman dan Trotsky ditangkap
pada tahun 1907 namun berhasil meloloskan diri ke Vienna. Selama periode antara
1905 hingga tahun 1917. Kesadaran revolusioner kelas buruh mengalami penurunan.
Namun, berkat agitasi dari Lenin melalui Iskra, kaum buruh terus melakukan perlawanan
dan pemogokan yang berujung pada revolusi Februari tahun 1917. Revolusi
tersebut akhirnya berhasil menggulingkan kekuasaan Tsar dan menaikkan
pemerintahan provisial ke tampuk kekuasaan. Kerensky, seorang borjuis
demokratik mengambil alih pemerintahan tersebut menggulirkan janji-janji untuk
mensejahterakan kaum buruh dan tani Rusia.
Lenin kembali dari Jerman pada April 1917 dan langsung
mengeluarkan Thesis April sebagai dasar dari perjuangan buruh selanjutnya.
Trotsky sendiri baru kembali dari Vienna pada Mei 1917. Lenin dan Trotsky
akhirnya menyerukan pemogokan dan prospek untuk revolusi sosialis yang
sesungguhnya yaitu Revolusi Oktober 1917.
BAB III
REVOLUSI OKTOBER
1917
Para ahli sejarawan Borjuis berpendapat bahwa Revolusi Oktober tahun 1917 digerakkan
oleh Lenin dan Trotsky. Hal inilah yang kita dapatkan dari buku-buku sejarah
kita bahwa Lenin dan Trotsky sebagai orang besar yang telah berjasa dalam
Revolusi Oktober. Namun, jika kita menganalisis lebih dalam bahwa Revolusi
Oktober 1917 merupakan manifestasi dari seluruh pergerakan kaum buruh Rusia
yang menggulingkan kekuasaan Kapitalisme di bawah pemerintahan Kerensky[11][11]. Bagi yang keras kepala dalam memahami Revolusi Oktober 1917 sebagai
sejarah yang hanya digerakkan oleh Lenin dan Trotsky saja perlu kita sadarkan.
Analisis yang demikian sungguh hanya berlaku bagi kaum filistin yang
mendistorsi sejarah Marxisme dunia. Distorsi ini bahkan dilakukan oleh para
ahli-ahli kontra Komunisme yang sangat alergi dengan kata-kata dan praktek
Komunisme akibat distorsi sejarah yang dilakukan Orde Baru pada masa lalu.
Sebaiknya mari kita analisis bagaimana Revolusi terbesar kedua di dunia ini
setelah Revolusi Perancis sebelum kita interpretasi soal ini.
Para ahli sejarawan borjuis juga bahkan menyatakan bahwa Revolusi Oktober
sebagai suatu revolusi kelam karena berdirinya kediktatoran Uni Soviet yang
pada akhirnya menjadi suatu negara terkejam sepanjang masa. Namun,
pendistorsian sejarah ini dilakukan agar stigmatisasi Komunisme tetap bertahan
hingga kini. Franz Magnis Suseno misalnya dalam buku Lenin dan Pemikirannya menjelaskan bahwa selama berdirinya Uni
Soviet, 100 juta manusia dibantai habis. Namun, Franz Magnis tidak sama sekali
melihat fakta bahwa sebagian besar manusia yang dibantai tersebut terjadi pada
masa Stalin yang merupakan wujud dari penyelewengan Marxisme. Sedangan berjuta
manusia yang dibantai pada masa Lenin sebenarnya bukan bentuk pembantaian,
namun merupakan para tentara merah yang berkorban demi revolusi serta
pembabatan habis pemberontakan Konsdtrant dan Makhno yang reaksioner[12][12].
Mungkin para ahli sejarawan berusaha untuk bersikap netral dalam membahas
bagaimana sejarah dan perkembangan suatu peristiwa, namun tidak mungkin ada
sejarawan yang netral karena pasti ia memihak kepada salah satu yang pro atau
kontra dari peristiwa tersebut. Penulis pun demikian, ada baiknya kita
interpretasi dari sudut Marxisme[13][13], karena ia merupakan kejadian yang digerakkan karena adanya ajaran
Marxisme-Leninisme sebagai dasar ideologinya.
A. ISKRA dan Soviet
St. Petersburg
“Gerakan revolusioner di Rusia hanya dapat menang sebagai gerakan
revolusioner buruh. Bagi kami tidak ada jalan lain dan tidak akan ada jalan
lain”[14][14]
Plekhanov menjadi jalan pembuka lahirnya gerakan Marxis
di Rusia. Namun, yang pertama kali membentuk Soviet atau dewan kelas pekerja
ialah Leon Trotsky dan Vladimir Illyanov Lenin. Sebelumnya, pada kongres
pertama Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia (selanjutnya disingkat PBSDR)
menyatakan bahwa buruh harus mengorganisasikan diri dalam soviet-soviet[15][15] yang tidak lagi berbentuk serikat pekerja, namun harus mejadi dewan kelas
pekerja di tiap-tiap kota. Para buruh di dorong untuk beragitasi di antara
kamerad-kamerad mereka sendiri[16][16].
Di dalam kongres tersebut juga ditekankan bahwa PBSDR
harus mempunyai majalah tersendiri. Majalah tersebut lahir pada September 1900.
Dalam pamfletnya, Lenin berkata :
“Untuk membangun dan mengkonsolidasikan Partai berarti membangun dan
mengkonsolidasikan persatuan di antara semua kaum Sosial-Demokrat Rusia, dan
untuk alasan-alasan yang telah diindikasikan di atas, persatuan semacam ini
tidak dapat dititahkan lewat sebuah dekrit, ia tidak dapat diperoleh dengan,
katakanlah, sebuah keputusan dari sebuah pertemuan perwakilan-perwakilan
partai; persatuan ini harus diperjuangkan. Pertama-tama, kita harus membangun
kesatuan ideologis yang kokoh, yang akan menghapus perseteruan dan kebingungan
yang – mari kita jujur saja! – menjangkiti kaum Sosial Demokrat Rusia sekarang
ini. Persatuan ideologi ini harus dikonsolidasikan dengan sebuah program
Partai. Kedua, kita harus bekerja untuk membangun sebuah organisasi yang
memiliki tujuan khusus untuk membangun dan mempertahankan kontak dengan semua
pusat-pusat gerakan, untuk menyediakan informasi yang lengkap dan tepat-waktu
mengenai gerakan, dan untuk menyampaikan koran-koran dan penerbitan-penerbitan
berkala kita secara reguler ke seluruh pelosok Rusia. Hanya ketika organisasi
macam ini telah dibangun, hanya ketika sebuah kantor pusat sosialis Rusia telah
didirikan, maka Partai ini akan memiliki fondasi yang kuat dan menjadi sebuah
fakta yang riil, dan oleh karenanya menjadi sebuah sebuah kekuatan politik yang
kuat. Kita ingin mendedikasikan usaha-usaha kita pada paruh pertama dari tugas
ini, yakni menciptakan sebuah literatur bersama, yang konsisten dalam prinsip
dan mampu secara ideologis menyatukan Sosial-Demokrasi revolusioner, karena
kita melihat ini sebagai tuntutan mendesak dari gerakan hari ini dan sebuah
kebijakan preliminer yang diperlukan untuk melanjutkan kembali aktivitas
Partai.”[17][17]
Koran Iskra menjadi sangat penting karena melalui media
tersebut, PBSDR dapat mempropagandakan teori dan implementasi Marxisme untuk
kaum buruh Rusia. Selanjutnya, Iskra menjadi media propaganda yang paling
berpengaruh dalam revolusi 1905 di Rusia dan Revolusi Oktober pada tahap
berikutnya.
PBSDR menghadapi posisi sulit ketika terjadi perpecahan
pada 1903. PBSDR terpecah menjadi faksi Menshevik[18][18] yang dipimpin Martov dan kawan-kawan serta faksi Bolshevik[19][19] yang dipimpin Lenin dan kawan-kawan. Punggawa Marxis Rusia yaitu G. V.
Plekhanov pada akhirnya mendukung faksi Menshevik karena ketaatannya pada teori
Marxisme secara vulgar.
Sedangkan, menurut Ted Sprague, seorang editorial surat
kabar Militan Indonesia menyatakan bahwa Soviet[20][20] pertama terbentuk di St. Petersburg[21][21]. Anggota pertama dari Soviet di St. Petersburg mencapai 30.000 buruh.
Terbentuknya Soviet di St. Petersbug sebagai reaksi atas pembantaian minggu
berdarah Revolusi 1905. Trotsky merupakan presiden pertama dari Soviet tersebut[22][22]. Setelah revolusi tersebut, Trotsky di tangkap dan diasingkan ke Siberia
pada 1907. Namun, ia berhasil kabur di tengah perjalanannya dan menetap di
Vienna, di kota tersebut ia menerbitkan Pravda,
surat kabar yang diselundupkan ke Rusia untuk kaum Buruh. Di masa itu, Trotsky
bukanlah anggota faksi Menshevik ataupun Bolshevik.
Di masa tersebut, Lenin juga terlibat dan akhirnya
diasingkan ke Jerman. Ribuan buruh meninggal akibat peluru panas tentara Tsar
Nicholas II[23][23]. Peristiwa tersebut memicu pemogokan 400.000 buruh di bulan Januari 1905
dan meningkat menjadi 500.000 buruh pada Desember. Kebanyakan massa buruh yang
mogok berasal dari Soviet St. Petersburg.
Iskra dan Soviet St. Petersburg menjadi tahap awal
revolusi di tahun 1917. Iskra sebagai media propaganda PBSDR menjadi surat
kabar yang bertanggung jawab atas berdirinya soviet-soviet lain di kota-kota
Rusia. Soviet St. Petersburg juga menjadi penampakan awal dari revolusi. Soviet
tersebut terbentuk setelah peristiwa minggu berdarah terjadi. Trotsky juga
menjadi penampakan lain dari Soviet tersebut. Sebagai presiden pertama dari
soviet pertama di Rusia, ia berperan besar nantinya pada revolusi.
B. Lenin
Memimpin Revolusi
Jika membahas soal Revolusi Oktober 1917, maka sosok
Lenin tidak bisa di singkirkan karena ia merupakan manifestasi dari gerakan
revolusioner kaum buruh sejak Marxisme menjadi momok di Rusia. G.V. Plekhanov
mungkin adalah Marxis pertama di Rusia, namun Lenin yang kemudian menjadi
muridnya merupakan penggerak revolusi utama. Di tangan Lenin, Revolusi tersebut
menuai buah kesuksesan dan kemudian memicu revolusi di berbagai negeri termasuk
Ukraina dan Polandia.
Alexander Berkman, seorang Anarkhis Rusia menggambarkan
Lenin sebagai seorang Revolusioner yang menuntun kaum buruh kepada
kediktatorannya. Ia berkata dalam bukunya The
Bolshevik Myth:
“Tinggi tubuhnya di bawah
rata-rata dan botak. Matanya yang biru dan sipit menunjukkan tatapan yang
tegas, dengan sinar misterius di sudut dua mata itu. Penampilannya tipikal
bangsawan Rusia, dan dia bicara dengan aksen yang tidak biasa, nyaris seperti
akses Yahudi. Kami berbicara dalam bahasa Rusia. Lenin mengatakan dia dapat
membaca tulisan Inggris tetapi tidak bisa berbicara dalam bahasa itu, walau
sebenarnya aku pernah mendengarnya berbicara dengan delegasi Amerika tanpa
penerjemah. Aku menyukai wajahnya—menunjukkan keterbukaan dan kejujuran, dan
tidak ada tampilan yang kurang darinya.
Sikapnya bebas dan percaya
diri. Dia menunjukkan kesan sebagai laki-laki yang begitu yakin dengan
tindakannya dan tidak ada ruang untuk keraguan dalam rsetiap reaksinya. Jika
ada jejak Hamlet di dirinya, itu mewujud pada sikap pasif karena logika dan
alasan yang tegas.
Kekuatan Lenin adalah
intelektual, buah dari kesaksian akan sikap alamiah yang tidak imajinatif.
Sedangkan Trotsky orang yang berbeda. Aku ingat pertemuan pertama dengan
Trotsky di Amerika, di New Yok, pada masa rejim Karensky. Dia menunjukkan kesan
sebagai orang yang berkarakter kuat secara alamiah, bukan karena kesaksian.
Seseorang yang sanggup untuk tetap tegak walau dia merasa dirinya di pihak yang
salah.”[24][24]
Seperti penggambaran Berkman, Lenin adalah tokoh revolusioner yang melihat
situasi secara objektif sehingga ketepatan teorinya menjadi alasan mengapa
Revolusi Oktboer terjadi. Pemahamannya akan teori Marxisme diterapkan dalam
situasi Rusia pada saat itu. Lenin percaya bahwa revolusi memang sudah
seharusnya terjadi karena keadaan objektif di Rusia digambarkan oleh Trotsky
dalam bukunya Result and Prospect
telah mencapai situasi yang revolusioner.
Sosok Lenin begitu disanjung sebagai pemimpin revolusi, namun sejatinya
Lenin sendiri baru datang dari Jerman pada bulan April 1917[25][25] setelah mendengar kabar soal
Revolusi Februari yang digerakkan oleh Kerensky. Selanjutnya, Lenin
mengorganisasikan pemogokan buruh hingga Oktober 1917. Namun, kita tak boleh
bersalah sangka bahwa Lenin dan Trotsky lah yang menjadi faktor penggerak
sejarah Revolusi Oktober. Menurut Marx sendiri bahwa sejarah sesungguhnya
bukanlah sejarah yang digerakkan oleh kaum penguasa, namun oleh rakyat yang
menjadi penggeraknya.
Pada Februari 1917, serangkaian pemogokan dan demo terjadi di Petograd,
Tsar memerintahkan tentara untuk membubarkan kaum buruh yang sedang berdemo,
tetapi justru di respon dengan pembangkangan. Monarki Tsar akhirnya tumbang dan
soviet yang sempat mati karena kegagalan revolusi di tahun 1905 spontan lahir
kembali. Jika kita menganalisis bahwa revolusi pada Bulan Februari ini, Lenin
sedang berada di Jerman dan Trotsky sedang berada di New York. Maka yang
menjadi pemimpin dalam pemerintahan sementara adalah Kerensky, seorang borjuis
yang mendirikan pemerintahan provisial[26][26].
Pada Bulan April, Lenin yang baru kembali dari Jerman mengeluarkan sebuah
Thesis yang dikenal sebagai Thesis April yang diterbitkan pada tanggal 7 April
1917 dalam majalah Pravda edisi no.
26. Dalam Thesis tersebut, Lenin menyatakan bahwa kaum proletar Rusia tidak
boleh mendukung pemerintahan sementara karena pemerintahan tersebut bersifat
Kapitalistik[27][27]. Trotsky sendiri baru kembali
dari New York pada bulan Mei dan langsung bergabung dengan Lenin dalam Partai
Bolshevik[28][28]. Pada bulan Oktober, Lenin
bersama Trotsky dan para Bolshevik lainnya menggerakkan buruh kepada pemogokan
besar-besaran dan merebut kekuasaan Pemerintahan Provisial pimpinan Kerensky di
Petograd[29][29]. Lenin akhirnya menjadi ketua dewan
revolusioner dan Trotsky sendiri menjadi komisaris luar negeri Soviet. Negara
buruh pertama di dunia akhirnya terbentuk.
Negara buruh tersebut bersifat semi negara karena pada dasarnya merupakan
gabungan dari soviet-soviet atau dewan kelas pekerja yang secara struktural
berperan aktif untuk menghapus Kapitalisme secara bertahap di Rusia dan
sekitarnya. Namun, para ahli sejarawan borjuis menyebutkan bahwa Uni Soviet
merupakan suatu bentuk negara, apalagi setelah rezim birokratis Stalin
mengambil alih kekuasaan pada tahun 1924.
C. Pembentukan
Tentara Merah dan Pemerintahan Revolusioner
Tentara merah adalah kumpulan para buruh yang dilatih
sebagai militer dan menjadi garda depan dari pemerintahan Revolusioner untuk
mempertahankan kekuasaan. Menurut Ted Sprague, tentara merah dibentuk oleh
Trotsky dan terdiri dari kaum buruh revolusioner bersama kaum tani yang
berhasil menahan serangan dari dua puluh satu negara imperialis bersama tentara
putih bentukan Tsar[30][30]. Trotsky sendiri maju ke garis depan selama rentang tahun 1918 hingga
tahun 1921.
Menurut Berkman dalam catatan hariannya, The Bolshevik Myth menerangkan bahwa
tentara merah pada masa awal memberangus semua kekuatan tentara putih yang
membela Tsar dan pemerintahan provisial. Tentara merah melanjutkan invasinya
menyerang Polandia, Ukraina, dan Belorusia. Penyerangan ini di dukung oleh kaum
proletar di tiga wilayah tersebut. Dua puluh satu negara imperialis termasuk
Inggris akhirnya banyak memukul mundur tentara merah di wilayah selatan. Azerbaijan,
Armenia, Georgia, dan kumpulan negara-negara Asia Tengah akhirnya menyatakan
bergabung dengan Soviet yang baru di bangun. Iran juga sempat ingin di invasi
oleh tentara merah, namun berdirinya Dinasti Pahlevi di Iran akhirnya membuat
tentara merah terpukul mundur. Tentara merah hanya berhasil membebaskan para
pemimpin Partai Tudeh (Partai Komunis Iran) yang dipenjara[31][31].
Sedangkan Pemerintahan revolusioner terbentuk cepat di
Bulan September 1917. Soviet-soviet akhirnya terbentuk di berbagai kota
termasuk Moskow. Soviet juga cepat terbentuk di berbagai wilayah-wilayah
sekitar Rusia dan pada akhirnya mempercepat terbentuknya Uni Soviet di tahun
1922.
Uni Soviet terbentuk pada 30 Desember 1922 setelah
soviet-soviet di Rusia, Transkaukasia, Ukraina, dan Byelorusia bergabung
menjadi satu. Soviet-soviet tersebut dipegang oleh Partai Bolshevik setempat.
Lenin menjabat sebagai Ketua Dewan Komisar Rakyat Uni Soviet dan Trotsky
menjabat sebagai Menteri Pertahanan Uni Soviet hingga tahun 1925.
[6][6] Dr. Zayar. The Iranian
Revolution: History and Relevation For Future. Bab. Catatan Atas Sejarah
Iran.
[17][17] V. I. Lenin. Declaration of the
Editorial Board of Iskra. Hal. 4. Terjemahan Ted Sprague dalam http://www.marxists.org.
[18][18] Menshevik dalam bahasa Rusia berarti kaum minoritas, penamaan tersebut
menggambarkan bahwa kaum minoritas tidak mendukung revolusi secepatnya yang
digembor-gemborkan oleh Lenin.
[19][19] Bolshevik dalam bahasa Rusia berarti kaum mayoritas, yaitu kaum yang
mendukung Lenin dan menolak revolusi dua tahap yang digulirkan oleh Martov dan
Plekhanov. Selanjutnya, faksi Bolshevik meraih kemenangan di tahun 1917 dan
bertransformasi menjadi Partai Komunis Uni Soviet.
[20][20] Soviet dalam bahasa Rusia berarti Dewan Kelas Pekerja, merupakan
tingkat tertinggi dari serikat pekerja.
[31][31] Dr. Zayar. The Iranian
Revolution: History and Relevation For Future Bab. Communist Party of Iran.
0 comments:
Post a Comment