Saturday, October 21, 2017

Tentang Bagaimana Materialisme Dialektika Menjadi Filsafat Penggerak Sejarah Saat Revolusi Oktober


“Kaum Bolshevik tidak boleh menunggu Kongres Soviet... Mereka harus merebut kekuasaan segera... Kemenangan sudah dijamin dan ada peluang sembilan dari sepuluh bahwa tidak akan ada pertumpahan darah... Menunggu adalah kejahatan terhadap revolusi” [1]
Begitulah suara pidato Lenin pada saat persiapan sebelum revolusi sehingga bisa membawa sepuluh ribu kaum buruh Petograd dan kaum Bolshevik ke dalam nuansa revolusi dan tidak gentar untuk merebut kantor-kantor pemerintahan Tsar dan menasionalisasi semua aset milik asing. Semua aset produksi milik para Kapitalis direbut secara serentak di berbagai daerah di Rusia sehingga kemenangan revolusi membawa mereka ke puncak otoritas untuk menghapus kelas di Uni Soviet.
Revolusi Rusia di awali dengan pemogokan besar-besaran kaum buruh pada 1905. Gelombang pemogokan besar yang dilakukan pada masa itu dianggap sebagai gladiresik bagi revolusi Oktober di kemudian hari. Soviet atau dewan kelas pekerja pertama terbentuk di Petograd pada 1905 dengan Leon Trotsky sebagai pimpinannya. Tetapi Tsar Nicholas bertindak kejam dengan menembaki para pemogok kerja, tragedi berdarah akhirnya menjadi awal dari pergolakan selanjutnya. Trotsky ditangkap pada tahun 1907 dan Lenin pergi ke Jerman. Buruh dalam keadaan tekanan yang sangat luar biasa pada saat itu sehingga perlunya revolusi di rasa sebagai jalan satu-satunya untuk membebaskan kaum kelas pekerja dari penindasannya.

Pecahnya revolusi selanjutnya pada Februari 1917. Kaum buruh dan borjuis demokratik yang tergabung dalam Partai Kadet akhirnya berhasil menjatuhkan pemerintahan Tsar. Kelas pekerja pada masa itu banyak membentuk soviet-soviet di tiap kota, bersamaan dengan itu juga kaum borjuasi juga membentuk Pemerintahan Provisial sehingga menimbulkan pemerintahan ganda. Gelombang protes terus dilakukan karena Pemerintahan Borjuis pada saat itu tetap mempertahankan kebijakan Tsar. Bulan April, Lenin kembali dari pengasingannya di Jerman. Lenin menulis Thesis April sebagai panduan tugas-tugas kaum buruh untuk melakukan revolusi meruntuhkan Borjuis. Lenin menyatakan :
“Karakteristik utama situasi di Rusia saat ini adalah bahwa negara ini sedang beralih dari tahap pertama revolusi --yang, disebabkan karena kurangnya kesadaran-kelas dan organisasi kaum proletariat, telah menempatkan kekuasaan di tangan kaum borjuis -- menuju tahapan kedua, yang harus menempatkan kekuasaan di tangan kaum proletar dan golongan-golongan termiskin dari kaum tani.” [2]
Thesis no.2 tersebut menjelaskan keinginan Lenin agar kaum buruh dan tani di Rusia mempunyai kesadaran kelas untuk merebut kekuasaan. Kondisi-kondisi pada masa itu memungkinkan kaum proletar untuk merebut kekuasaan. Namun, partai Sosial Demokrat pada masa itu mempunyai jumlah yang minoritas, satu-satunya kekuatan yang mendorong partai melakukan revolusi adalah massa kaum buruh yang terbangun akibat tekanan yang parah di bawah pemerintahan transisi. Dalam hal ini, Lenin sejalan pemikirannya dengan Trotsky dan bersebrangan paham dengan Menshevik. Menshevik menyerukan agar proletar bisa menyelesaikan tugas-tugas kaum borjuis yaitu melakukan revolusi demokratik borjuis, namun Lenin berpendapat bahwa revolusi Februari merupakan sudah revolusi demokratik borjuis itu.
Pada Oktober 1917, Lenin bersama Trotsky menggerakkan kaum proletar menuju pusat pemerintahan Provisial di Moskow dan soviet lain secara bersama-sama menghancurkan pemerintahan provisial. Revolusi berhasil merebut seluruh aset negara. Lenin, Partai Komunis, dan soviet-soviet segera merevolusi seluruh struktural pemerintahan. Lenin menyatakan dalam Thesis April :
“Nasionalisasi seluruh tanah di dalam negeri, tanah diatur oleh Soviet-soviet lokal yang terdiri atas Utusan-utusan Buruh Tani. Organisasi terpisah dari Soviet-soviet yang terdiri atas Utusan-utusan Tani Miskin. Pendirian sebuah model pertanian di setiap tanah milik yang besar (luasnya berkisar dari 100 hingga 300 desiatin, [4] sesuai dengan daerah dan kondisi-kondisi lainnya, dan sesuai dengan keputusan-keputusan dari badan-badan setempat) di bawah kontrol Soviet-soviet yang terdiri atas Utusan-utusan Buruh Tani, dan dimanfaatkan untuk kepentingan umum.”
Jelas bahwa revolusi membawa perubahan struktural pemerintahan yang tadinya hanya dikuasai oleh segolongan saja menjadi pemerintahan demokrasi rakyat. Lenin menyerukan agar menghapus seluruh bentuk alat kenegaraan seperti tentara dan polisi dan menggantinya dengan milisi kerakyatan yang di pimpin kaum buruh. Bahkan Lenin juga menghapus birokrasi secara perlahan dengan 2 cara yaitu :
1.         Setiap orang harus bergiliran menjadi birokrat sehingga ketika semua kaum proletar dan tani telah memegang kekuasaan birokrasi, maka tidak ada lagi yang namanya birokrasi. Sehingga seorang tukang roti harus bisa menjadi perdana menteri.
2.         Gaji seluruh birokrat tidak melebihi rata-rata upah seorang pekerja yang terampil.
Demokrasi yang demikian akan menghapus seluruh bentuk alat negara seperti birokrasi dan tentara seperti yang di cita-citakan Sosialisme. Revolusi telah membawa kaum buruh ke pembebasannya dan akhirnya menciptakan kediktatoran proletariat dengan demokrasi rakyat yang sangat teratur [3]. Keputusan kongres pada saat itu datang dari kongres-kongres soviet tiap kota dan kaum buruh wajib berpolitik ketika pengurangan jam kerja sudah terlaksana. Semboyan mereka pada saat itu adalah “Tanah, Perdamaian, dan Roti” serta “Yang Tidak Bekerja Tidak Mendapat Makanan”. Lewat kaum buruh yang progressif, manusia kembali ke hakikat dasarnya yaitu bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan bekerja sesuai kemampuan masing-masing sehingga kegiatan tersebut menghapus kelas-kelas yang saling menindas satu sama lain.
Lalu apa yang mendasari kaum buruh berhasil mendirikan pemerintahan semi negara soviet Rusia pada saat itu ? Dan apa yang dapat menjamin bahwa buruh dapat memimpin pemerintahan dan menuntun kita menghapus kelas yang menindas ?
Jawabannya adalah Materialisme Dialektika, pedoman filsafat bagi kaum buruh revolusioner yang berjuang untuk menghapus kelas. Revolusi bukanlah sesuatu yang turun dari langit secara fantasi. Kondisi-kondisi Rusia pra Revolusi lah yang mendukung terjadinya revolusi [4]. Hal ini di utarakan Leon Trotsky pada bukunya “Result and Prospect”. Namun, kondisi yang memungkinkan terjadinya revolusi yang paling utama adalah kesadaran kelas buruh yang merasakan tekanan untuk berpolitik. Kesadaran itu ternyata bukan muncul dari langit, melainkan muncul akibat krisis yang terjadi di masa itu. Krisis tersebut juga terjadi karena adanya perang antara Rusia dengan Jepang dan keterlibatan Tsar dengan Perang Dunia I. Kondisi tersebut akhirnya menciptakan keadaan mendesak untuk melakukan revolusi.
Dengan berpedoman pada Materialisme Dialektika, maka kaum buruh juga menciptakan pemerintahan semi negara yang sesuai dengan cita-cita ilmiahnya Marx dan Engels. Lenin memberikan pedoman politik kepada kaum buruh yaitu Thesis April dan bukunya yang bertitel “State and Revolution”. Dalam hal ini, Lenin juga berpedoman kepada Engels sebagai seorang Marxis pertama yang menjadi sahabat Karl Marx dalam menuntun ideologinya ke dalam perjuangan. Materialisme Dialektika telah menuntun kaum buruh menuju puncak kekuasaannya. Keniscayaan ini juga berdasarkan Materialisme Historis yang menjelaskan bahwa Kapitalisme telah menggali lubang kuburannya sendiri dengan memberikan pengetahuan kepada kaum buruh soal kesadaran terdesaknya tersebut. Revolusi Oktober memberikan kita sebuah pengetahuan bahwa sejarah bukanlah sesuatu yang idealis, karena ia digerakkan oleh manusia.
Marx menyatakan bahwa manusia lah yang menciptakan sejarah, manusialah yang memberikan warna bagi sejarah, bukan Tuhan ataupun bentuk keghaiban lainnya [5]. Peristiwa sejarah yang terjadi bukan tercipta sebagai hadiah dari langit, melainkan karena pergerakan material yang menjadi basis dasarnya. Corak produksi, pengalaman, dan juga kondisi masyarakat yang menjadi prasyarat kondisi dari terciptanya peristiwa sejarah. Jadi, Materialisme Dialektika memberikan kita pemahaman bahwa segala sesuatu bukan datang secara tiba-tiba, melainkan harus di usahakan berdasarkan analisa keadaan yang terjadi. Pergerakan material menuju perkembangan yang mencapai tahap tertinggi lah yang akhirnya mencapai kemenangan. Inilah yang namanya Dialektika.

Catatan Sumber:
 [1] Pidato Vladimir Illyanov Lenin, Oktober 1917
 [2] Vladimir Lenin. 1917. Tugas-tugas Kaum Proletariat Dalam Revolusi Sekarang Ini (Thesis April). No.2
 [3] Militan Indonesia Edisi 17/November-Desember 2014. Mengingat Revolusi Oktober.
 [4] Trotsky menyatakan bahwa kondisi-kondisi Rusia pada saat itu memang mendukung terjadinya revolusi, namun yang terjadi, pernyataan Trotsky tersebut di tentang oleh Martov dkk karena tugas-tugas kaum borjuis belum terpenuhi. Untuk selengkapnya baca The Permanent Revolution karya Trotsky.
[5] Bagi kaum Idealis, ide merupakan kekuatan penggerak sejarah, hal ini dinyatakan secara lengkap oleh Hegel. Namun, Marx membalikkan keadaan dengan menyatakan bahkan ide tersebut muncul dari keadaan material pula, bahkan Mao dalam bukunya About Contradiction menjelaskan bahwa ide berasal dari tiga hal yaitu proses produksi, keadaan masyarakat, dan pengalaman. Dengan berdasarkan pernyataan tersebut, Marx menyatakan bahwa manusialah yang menjadi kekuatan penggerak sejarah, bukan ide. Karena ide sendiri muncul dari manusia itu sendiri.

0 comments:

Post a Comment

 
;