“Kaum Bolshevik
tidak boleh menunggu Kongres Soviet... Mereka harus merebut kekuasaan segera...
Kemenangan sudah dijamin dan ada peluang sembilan dari sepuluh bahwa tidak akan
ada pertumpahan darah... Menunggu adalah kejahatan terhadap revolusi” [1]
Begitulah suara pidato Lenin pada saat persiapan
sebelum revolusi sehingga bisa membawa sepuluh ribu kaum buruh Petograd dan
kaum Bolshevik ke dalam nuansa revolusi dan tidak gentar untuk merebut
kantor-kantor pemerintahan Tsar dan menasionalisasi semua aset milik asing.
Semua aset produksi milik para Kapitalis direbut secara serentak di berbagai
daerah di Rusia sehingga kemenangan revolusi membawa mereka ke puncak otoritas
untuk menghapus kelas di Uni Soviet.
Revolusi Rusia di awali dengan pemogokan besar-besaran
kaum buruh pada 1905. Gelombang pemogokan besar yang dilakukan pada masa itu
dianggap sebagai gladiresik bagi revolusi Oktober di kemudian hari. Soviet atau
dewan kelas pekerja pertama terbentuk di Petograd pada 1905 dengan Leon Trotsky
sebagai pimpinannya. Tetapi Tsar Nicholas bertindak kejam dengan menembaki para
pemogok kerja, tragedi berdarah akhirnya menjadi awal dari pergolakan
selanjutnya. Trotsky ditangkap pada tahun 1907 dan Lenin pergi ke Jerman. Buruh
dalam keadaan tekanan yang sangat luar biasa pada saat itu sehingga perlunya
revolusi di rasa sebagai jalan satu-satunya untuk membebaskan kaum kelas
pekerja dari penindasannya.
Pecahnya revolusi selanjutnya pada Februari 1917. Kaum
buruh dan borjuis demokratik yang tergabung dalam Partai Kadet akhirnya
berhasil menjatuhkan pemerintahan Tsar. Kelas pekerja pada masa itu banyak
membentuk soviet-soviet di tiap kota, bersamaan dengan itu juga kaum borjuasi
juga membentuk Pemerintahan Provisial sehingga menimbulkan pemerintahan ganda.
Gelombang protes terus dilakukan karena Pemerintahan Borjuis pada saat itu
tetap mempertahankan kebijakan Tsar. Bulan April, Lenin kembali dari
pengasingannya di Jerman. Lenin menulis Thesis April sebagai panduan
tugas-tugas kaum buruh untuk melakukan revolusi meruntuhkan Borjuis. Lenin
menyatakan :
“Karakteristik
utama situasi di Rusia saat ini adalah bahwa negara ini sedang beralih dari
tahap pertama revolusi --yang, disebabkan karena kurangnya kesadaran-kelas dan
organisasi kaum proletariat, telah menempatkan kekuasaan di tangan kaum borjuis
-- menuju tahapan kedua, yang harus menempatkan kekuasaan di tangan kaum
proletar dan golongan-golongan termiskin dari kaum tani.” [2]
Thesis no.2 tersebut menjelaskan keinginan Lenin agar
kaum buruh dan tani di Rusia mempunyai kesadaran kelas untuk merebut kekuasaan.
Kondisi-kondisi pada masa itu memungkinkan kaum proletar untuk merebut
kekuasaan. Namun, partai Sosial Demokrat pada masa itu mempunyai jumlah yang
minoritas, satu-satunya kekuatan yang mendorong partai melakukan revolusi
adalah massa kaum buruh yang terbangun akibat tekanan yang parah di bawah
pemerintahan transisi. Dalam hal ini, Lenin sejalan pemikirannya dengan Trotsky
dan bersebrangan paham dengan Menshevik. Menshevik menyerukan agar proletar
bisa menyelesaikan tugas-tugas kaum borjuis yaitu melakukan revolusi demokratik
borjuis, namun Lenin berpendapat bahwa revolusi Februari merupakan sudah
revolusi demokratik borjuis itu.
Pada Oktober 1917, Lenin bersama Trotsky menggerakkan
kaum proletar menuju pusat pemerintahan Provisial di Moskow dan soviet lain
secara bersama-sama menghancurkan pemerintahan provisial. Revolusi berhasil
merebut seluruh aset negara. Lenin, Partai Komunis, dan soviet-soviet segera
merevolusi seluruh struktural pemerintahan. Lenin menyatakan dalam Thesis April
:
“Nasionalisasi
seluruh tanah di dalam negeri, tanah diatur oleh Soviet-soviet lokal yang
terdiri atas Utusan-utusan Buruh Tani. Organisasi terpisah dari Soviet-soviet
yang terdiri atas Utusan-utusan Tani Miskin. Pendirian sebuah model pertanian
di setiap tanah milik yang besar (luasnya berkisar dari 100 hingga 300
desiatin, [4] sesuai dengan daerah dan kondisi-kondisi lainnya, dan sesuai dengan
keputusan-keputusan dari badan-badan setempat) di bawah kontrol Soviet-soviet
yang terdiri atas Utusan-utusan Buruh Tani, dan dimanfaatkan untuk kepentingan
umum.”
Jelas bahwa revolusi membawa perubahan struktural
pemerintahan yang tadinya hanya dikuasai oleh segolongan saja menjadi
pemerintahan demokrasi rakyat. Lenin menyerukan agar menghapus seluruh bentuk
alat kenegaraan seperti tentara dan polisi dan menggantinya dengan milisi
kerakyatan yang di pimpin kaum buruh. Bahkan Lenin juga menghapus birokrasi
secara perlahan dengan 2 cara yaitu :
1.
Setiap orang harus
bergiliran menjadi birokrat sehingga ketika semua kaum proletar dan tani telah
memegang kekuasaan birokrasi, maka tidak ada lagi yang namanya birokrasi.
Sehingga seorang tukang roti harus bisa menjadi perdana menteri.
2.
Gaji seluruh
birokrat tidak melebihi rata-rata upah seorang pekerja yang terampil.
Demokrasi yang demikian akan menghapus seluruh bentuk
alat negara seperti birokrasi dan tentara seperti yang di cita-citakan
Sosialisme. Revolusi telah membawa kaum buruh ke pembebasannya dan akhirnya
menciptakan kediktatoran proletariat dengan demokrasi rakyat yang sangat
teratur [3]. Keputusan kongres pada saat itu datang dari kongres-kongres soviet
tiap kota dan kaum buruh wajib berpolitik ketika pengurangan jam kerja sudah
terlaksana. Semboyan mereka pada saat itu adalah “Tanah, Perdamaian, dan Roti”
serta “Yang Tidak Bekerja Tidak Mendapat Makanan”. Lewat kaum buruh yang
progressif, manusia kembali ke hakikat dasarnya yaitu bekerja untuk memenuhi kebutuhan
dan bekerja sesuai kemampuan masing-masing sehingga kegiatan tersebut menghapus
kelas-kelas yang saling menindas satu sama lain.
Lalu apa yang mendasari kaum buruh berhasil mendirikan
pemerintahan semi negara soviet Rusia pada saat itu ? Dan apa yang dapat
menjamin bahwa buruh dapat memimpin pemerintahan dan menuntun kita menghapus
kelas yang menindas ?
Jawabannya adalah Materialisme Dialektika, pedoman
filsafat bagi kaum buruh revolusioner yang berjuang untuk menghapus kelas.
Revolusi bukanlah sesuatu yang turun dari langit secara fantasi.
Kondisi-kondisi Rusia pra Revolusi lah yang mendukung terjadinya revolusi [4].
Hal ini di utarakan Leon Trotsky pada bukunya “Result and Prospect”. Namun,
kondisi yang memungkinkan terjadinya revolusi yang paling utama adalah
kesadaran kelas buruh yang merasakan tekanan untuk berpolitik. Kesadaran itu
ternyata bukan muncul dari langit, melainkan muncul akibat krisis yang terjadi
di masa itu. Krisis tersebut juga terjadi karena adanya perang antara Rusia
dengan Jepang dan keterlibatan Tsar dengan Perang Dunia I. Kondisi tersebut
akhirnya menciptakan keadaan mendesak untuk melakukan revolusi.
Dengan berpedoman pada Materialisme Dialektika, maka
kaum buruh juga menciptakan pemerintahan semi negara yang sesuai dengan cita-cita
ilmiahnya Marx dan Engels. Lenin memberikan pedoman politik kepada kaum buruh
yaitu Thesis April dan bukunya yang bertitel “State and Revolution”. Dalam hal
ini, Lenin juga berpedoman kepada Engels sebagai seorang Marxis pertama yang
menjadi sahabat Karl Marx dalam menuntun ideologinya ke dalam perjuangan.
Materialisme Dialektika telah menuntun kaum buruh menuju puncak kekuasaannya.
Keniscayaan ini juga berdasarkan Materialisme Historis yang menjelaskan bahwa
Kapitalisme telah menggali lubang kuburannya sendiri dengan memberikan
pengetahuan kepada kaum buruh soal kesadaran terdesaknya tersebut. Revolusi
Oktober memberikan kita sebuah pengetahuan bahwa sejarah bukanlah sesuatu yang
idealis, karena ia digerakkan oleh manusia.
Marx menyatakan bahwa manusia lah yang menciptakan
sejarah, manusialah yang memberikan warna bagi sejarah, bukan Tuhan ataupun
bentuk keghaiban lainnya [5]. Peristiwa sejarah yang terjadi bukan tercipta
sebagai hadiah dari langit, melainkan karena pergerakan material yang menjadi basis
dasarnya. Corak produksi, pengalaman, dan juga kondisi masyarakat yang menjadi
prasyarat kondisi dari terciptanya peristiwa sejarah. Jadi, Materialisme
Dialektika memberikan kita pemahaman bahwa segala sesuatu bukan datang secara
tiba-tiba, melainkan harus di usahakan berdasarkan analisa keadaan yang
terjadi. Pergerakan material menuju perkembangan yang mencapai tahap tertinggi
lah yang akhirnya mencapai kemenangan. Inilah yang namanya Dialektika.
Catatan Sumber:
[1] Pidato
Vladimir Illyanov Lenin, Oktober 1917
[2] Vladimir
Lenin. 1917. Tugas-tugas Kaum Proletariat Dalam Revolusi Sekarang Ini (Thesis
April). No.2
[3] Militan
Indonesia Edisi 17/November-Desember 2014. Mengingat Revolusi Oktober.
[4] Trotsky
menyatakan bahwa kondisi-kondisi Rusia pada saat itu memang mendukung
terjadinya revolusi, namun yang terjadi, pernyataan Trotsky tersebut di tentang
oleh Martov dkk karena tugas-tugas kaum borjuis belum terpenuhi. Untuk
selengkapnya baca The Permanent Revolution karya Trotsky.
[5] Bagi kaum Idealis, ide merupakan kekuatan
penggerak sejarah, hal ini dinyatakan secara lengkap oleh Hegel. Namun, Marx
membalikkan keadaan dengan menyatakan bahkan ide tersebut muncul dari keadaan
material pula, bahkan Mao dalam bukunya About Contradiction menjelaskan bahwa
ide berasal dari tiga hal yaitu proses produksi, keadaan masyarakat, dan
pengalaman. Dengan berdasarkan pernyataan tersebut, Marx menyatakan bahwa
manusialah yang menjadi kekuatan penggerak sejarah, bukan ide. Karena ide
sendiri muncul dari manusia itu sendiri.
0 comments:
Post a Comment