Saturday, April 28, 2018

“APA ITU MARXISME – LENINISME?”


“Ada hantu berkeliaran di Eropa – Hantu Komunisme”, kalimat ini terus menggema dalam pikiran saya. Saya mengenal Marxisme sejak saya masih kecil dengan persepsi awal bahwa Marxisme adalah teori perjuangan untuk menyelamatkan kaum proletar dari penindasnya, yaitu kaum modal. Tapi, arti Marxisme tidak hanya sekedar itu, arti Marxisme dalam berbagai bidang keilmuan sangatlah luas. Perkembangan teori Marxisme yang membawa ranah Marxisme ke bidang perpolitikan, yaitu Leninisme membawa suasana lengkapnya teori-teori Marxisme. Tak heran bahwa seluruh Kapitalisme di dunia sangat takut akan hadirnya Marxisme di dunia.

Marxisme, dapat dipahami sebagai sebuah ideologi yang melingkupi seluruh bidang keilmuan. Para ahli berpendapat bahwa Marxisme merupakan teori terlengkap sepanjang masa modern. Dari dulu hingga sekarang saya pahami bahwa hanya dua teori yang sangat lengkap pada akhirnya yaitu Marxisme dan Islam. Namun, perbedaan dari keduanya terletak pada adanya spiritualitas dalam Islam dalam hubungan vertikalnya, namun Marxisme bersifat Materialistik yang Dialektik. Kita dapat memahami Marxisme dengan mengerti pada 3 hal, yaitu Materialisme Dialektika, Ekonomi Politik Inggris, dan Sosialisme Perancis. Kita juga dapat memahami Leninisme dengan mengerti konsep Partai Komunis, Komunisme Internasional, dan What is to be Done?nya Lenin.
Materialisme Dialektika merupakan suatu filsafat yang menjadi inti dari seluruh ajaran Marxisme – Leninisme. Filsafat Materialisme Dialektika merupakan teori filsafat terakhir yang masih relevan hingga kini. Pernyataan Marx pada Thesis on Feuerbach no. 10 yang menyebutkan :
 “Para ahli filsafat hanya telah menafsirkan dunia, dengan berbagai cara; akan tetapi soalnya ialah mengubahnya”
 Menjadi inti dari filsafat Marx yang bersifat dialektik. Untuk mengerti Materialisme Dialektika, maka kita harus memadukan antara teori dengan praxis sebagai jalan satu-satunya mengubah keadaan. Materialisme Marx berbeda dengan materialisme pada umumnya yang hanya menyebutkan bahwa persoalan yang ada hanyalah berkutat pada materi. Semua berawal dari materi dan berakhir dari materi. Pernyataan dangkal soal materialisme tersebut membawa kita terseret kepada kesesatan Atheisme. Materialisme Marx juga bukan seperti teori Positivismenya Comte yang menyebutkan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan puncak dari segala peradaban manusia. Perbedaan dari keduanya adalah persoalan mengubah peradaban bukan hanya dengan ilmu, tapi dengan aksi nyata.
Marx mengkritik Materialisme pada umumnya termasuk Materialisme Feuerbach karena kekakuan teorinya. Marx juga mengkritik seluruh filsafat Idealisme karena menurut Marx, pada dasarnya apa yang membuat pengaruh pada alam semesta adalah materi, bukan ide atau roh absolut seperti kata Hegel. Dialektika Marx bersandarkan pada Dialektika Hegel. Namun, perbedaan dari keduanya terletak pada konsep Dialektika Marx yang materialistis dan Dialektika Hegel yang idealis.
Materialisme Marx menyatakan bahwa segala sesuatu bukan bersandarkan pada hal ihwal kepanca inderaan, melainkan kepada aktivitas gerak materi tersebut (termasuk manusia). Disini tidak mungkin membahas panjang lebar soal Materialisme Dialektika, tetapi bisa disimpulkan bahwa Materialisme Dialektika bersandarkan pada hukum pergerakan dan pertentangan antara materi. Sedangkan, pertentangan materi yang menciptakan sejarah disebut Materialisme Historis.
Materialisme Historis merupakan sempalan dari Darwinisme yang bersifat sosial. Materialisme Historis menyatakan bahwa peristiwa sejarah disebabkan oleh aktivitas manusia dan hubungannya dengan corak produksi dari zaman ke zaman. Marx membagi periode sejarah menjadi 5 yaitu tahap masyarakat komunal purba, masyarakat budak, masyarakat feodalis, masyarakat kapitalis, dan masyarakat Sosialistik Komunisme. Perkembangan sejarah manusia tersebut di dasarkan pada corak produksi yang berubah dari zaman ke zaman. Dalam Manifesto Komunis, Marx menulis bahwa seluruh sejarah yang ada pada manusia pada dasarnya adalah sejarah pertentangan antar kelas.
Sampailah kita pada teori Marx soal ekonomi politik yang banyak bersandar pada teori ekonomi politik dari ahli ekonomi politik Inggris. Marx banyak menulis soal teori ekonomi politik termasuk di karya besarnya yaitu Daas Kapital. Selain itu, Marx menulis soal ekonomi politik juga pada bukunya The Poverty of Philosophy, Economic & Political Manuscript, Wage Labour & Capital, Value Price & Profit, dll. Hal ini menyiratkan bahwa bangunan dasar Marxisme adalah ekonomi. Bahkan Materialisme Historis juga berdasarkan pada corak ekonomi. Menurut Marx, semua sejarah manusia terjadi karena berdasarkan pertentangan antar kelas akibat kebutuhan ekonomi (walaupun bukan berarti sebab lain tidak menjadi pencipta peristiwa sejarah seperti agama dan lainnya). Tafsiran yang salah atas Materialisme Historis akhirnya membawa kita ke bentuk Determinisme Ekonomi.
Menurut Marx dan Engels, Kapitalisme akan menemui kehancurannya sendiri akibat adanya krisis over produksi. Kapitalisme yang bersandarkan pada hukum permintaan membuat produksi berlebih terhadap barang-barang yang akhirnya akan menurunkan daya konsumsi proletar. Kejadian tersebut bahkan telah kita alami berkali-kali, namun para borjuis selalu membuat terobosan baru untuk mengatasi krisis tersebut misalnya membuat program-program investasi yang akhirnya membawa negara dunia ketiga terperosok kepada hutang-hutang yang sangat besar.
Seorang pemilik modal selalu membayar buruh menurut jam kerjanya. Hal ini menjadikan buruh sebagai manusia yang terasing dari objeknya. Contohnya adalah ketika para kapitalis pabrik sepatu mempunyai buruh yang bekerja selama 12 jam sehari untuk membuat sepatu, para buruh akan mempunyai surplus yang sama sesuai jam kerjanya walaupun hasil kerjanya berbeda. Hal ini lah yang membuat para buruh menyia-nyiakan waktunya untuk mengejar Tuhan yang baru yaitu uang. Sedangkan menurut Marx, seharusnya manusia itu bekerja sesuai dengan kebutuhannya, bukan sesuai dengan hukum permintaan. Untuk menciptakan kondisi yang demikian, buruh harus melakukan revolusi merebut perusahaan-perusahaan si kapitalis dan menghapus kepemilikan pribadi atas alat produksi secara paksa. Teori ini disempurnakan oleh Lenin dengan menciptakan partai komunis sebagai wadah untuk menciptakan revolusi tersebut.
Selain itu, Marx juga banyak berbicara soal nilai lebih yang di peroleh si kapitalis dengan menyatakan bahwa pada awalnya si kapitalis mempunyai modal awal yang dipergunakan untuk membuat sesuatu dengan membeli tenaga si buruh. Namun ketika barang hasil produksi tersebut di jual, hasilnya si kapitalis mendapatkan nilai lebih yang biasa kita kenal dengan laba. Menurut Marx, laba tersebut diperoleh karena adanya pembayaran tenaga kaum buruh dan pemeliharaan alat produksi, selebihnya adalah surplus yang pasti diterima oleh si kapitalis. Hal ini di rasa tidak adil karena surplus yang merupakan hak kaum buruh yang bekerja harus jatuh ke tangan pemilik modal. Marx menilai, buruh adalah manusia yang paling terasing karena buruh akhirnya bekerja terus menerus bukan karena faktor kebutuhan pokok, melainkan karena suatu keharusan untuk memperoleh uang yang tidak seberapa. Sedangkan si kapitalis akhirnya tanpa bekerja pun mendapatkan laba atau surplus yang besar dari hasil pemerasan kaum buruh. Marx juga mengatakan bahwa si kapitalis juga merasakan keterasingan karena tidak adanya rasa sosial dalam dirinya.
Teori ekonomi politik Marx adalah hasil kritik dari teori ekonomi politik Adam Smith, Robertson, Proudhon, dan Ricardo. Terutama Adam Smith, Marx sangat banyak memberi catatan padanya akibat teori ekonomi Kapitalismenya yang membuat buruh sangat terasing. Sedangkan Marx menilai teori Ricardo soal nilai lebih lebih berharga ketimbang teori Adam Smith soal mengejar kekayaan pribadi tersebut. Penghapusan hak milik pribadi atas alat produksi di rasa perlu untuk menciptakan hak milik bersama atas alat produksi. Teori ini di praktekkan sangat baik ketika Uni Soviet dan RRC berdiri.
Marxisme mempunyai konsep terakhir yaitu Sosialisme yang banyak berasal dari para ahli Sosialisme Perancis. Para ahli Sosialisme Perancis merupakan kumpulan tokoh-tokoh revolusioner yang memimpikan negeri-negeri sosialis. Sosialisme mereka, kita sebut sebagai Sosialisme yang utopis. Mengapa demikian? Salah satu ahli Sosialisme Perancis yang paling berpengaruh adalah Saint Simon. Saint Simon merupakan salah satu putra revolusi Perancis. Sumbangan besarnya dalam Sosialisme di catat amat baik dalam karya Engels yaitu Anti Duhring :
“Bagi Saint Simon, antagonisme di antara golongan ketiga dan kelas-kelas berhak – istimewa mengambil bentuk suatu antagonisme antara ‘kaum buruh’ dan ‘kaum penganggur’, kaum penganggur itu bukan semata-mata kelas-kelas lama yang berhak – istimewa, tetapi juga semua orang yang, tanpa mengambil sesuatu bagian apapun di dalam produksi atau distribusi, hidup dari penghasilan-penghasilan mereka. Dan kaum buruh tidak hanya kaum buruh – upahan, tetapi juga para pengusaha manufaktur, kaum saudagar, kaum bankir. Bahwa kaum penganggur telah kehilangan kemampuan akan kepemimpinan intelektual dan supremasi politik telah dibuktikan, dan akhirnya ditetapkan (kedudukan/nasibnya) oleh revolusi. Bahwa kelas-kelas yang tidak bermilik; tidak mempunyai kemampuan ini dianggap Saint Simon telah terbukti dengan pengalaman-pengalaman kekuasaan terror.
Menurut Saint Simon, yang mesti memimpin dan memerintah adalah ilmu pengetahuan dan industri yang keduanya disatukan oleh suatu ikatan religius yang baru. Jelas bagaimana utopisnya Saint Simon mengenai hal ini. Pemikir Sosialisme Utopis yang lainnya adalah Robert Owen, Fouhrier, Blanqui, Babeuf, dan yang lainnya. Sebagian besar dari mereka berasal dari Perancis. Ada beberapa kondisi sosial yang menyebabkan Sosialisme besar di Perancis diantaranya adalah Perancis telah mengalami revolusi borjuis yang besar pada abad 18. Selain itu, kaum buruh Perancis juga merupakan kaum yang sangat merasakan penderitaan.
Marx menilai, Sosialisme bukanlah suatu bentuk ideologi idealis, yang penuh angan-angan, dan tidak mempunyai praktek yang berarti. Sosialisme itu harus diwujudkan tentunya memakai metode ilmiah yang ada. Menurut Marx, Sosialisme bisa di wujudkan secara bertahap. Disini Lenin mengembangkan Marxisme menjadi suatu bentuk yang lebih revolusioner lagi dengan adanya konsep partai Komunis dan juga kediktatoran proletariat. Marx menyatakan bahwa munculnya kesadaran masyarakat tanpa kelas bukan semata-mata diwujudkan dengan dihapusnya negara secara langsung dan membentuk koperasi-koperasi atau federasi komunitas seperti yang dikatakan kaum Anarkhis, negara akan melenyap dengan sendirinya dengan melalui beberapa tahap. Revolusi merupakan tahap awal di wujudkannya Sosialisme.
Lenin menyebutkan bahwa, kediktatoran proletariat harus diwujudkan dengan revolusi aksi massa yang serentak yang dipimpin oleh kaum buruh bersama kaum tani. Mengapa harus kaum buruh? Kaum buruh mempunyai kesadaran sosial politik yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kondisi pekerjaan mereka yang membuat mereka terasing yang memaksa mereka harus membentuk suatu serikat pekerja yang menjadi wadah perjuangan. Marx dan Lenin sepaham bahwa kaum buruh jangan hanya menuntut kenaikan upah saja, melainkan harus menuntut kepemilikan bersama atas alat produksi. Lenin lah yang mengonsepkan pertama kali bahwa kepemilikan bersama atas alat produksi dijalankan oleh negara. Maka, Lenin telah memberi corak politik kepada Marxisme, terutama dalam fungsi partai komunis sebagai kontrol atas jalannya kediktatoran proletariat.
Pada masa kediktatoran proletariat, para proletar bersama kaum petani menasionalisasi semua kekayaan negara dan merebutnya dari tangan para pemilik modal. Di masa ini, kaum buruh harus melenyapkan kaum borjuis secara revolusioner, artinya melalui metode massa aksi. Ketika borjuis telah hilang, dengan sendirinya negara akan melenyap atau dalam tahap selanjutnya sifat politik dalam negara sosialis akan lenyap. Engels lah yang pertama kali mengonsepkan soal ini, konsep tersebut diteruskan oleh Lenin dan dimantapkan dengan prakteknya pada revolusi oktober. Engels menyebutkan bahwa dalam beberapa hal termasuk revolusi, kekerasan diperlukan sebagai jalan satu-satunya tuk menghancurkan dinding kapitalisme.
Revolusi oktober yang dilakukan Lenin oleh para pengkritik Marxis disebutkan bahwa menyalahi teori Marxisme dengan meloncati tahap Feodalisme menjadi Sosialisme secara langsung. Namun, Lenin menjawab kritik tersebut secara dalam dan sekali kandas dengan menyebutkan bahwa Imperialisme sebagai tahap akhir dari Kapitalisme. Maka revolusi oktober bersifat revolusi sosialis karena merubuhkan dinding Imperialisme Tsar yang maha agung. Trotsky melengkapi teori Lenin tersebut dengan menyebutkan bahwa revolusi rusia terjadi 2 kali di tahun 1917. Revolusi pertama merupakan revolusi nasional, kaum sosial demokrat Rusia menjalani tugas yang tidak mampu di emban oleh para borjuis. Revolusi kedua pada bulan oktober menjadi sebuah revolusi sosialis. Tugas akhir borjuis tersebut akhirnya diambil alih oleh para proletar bersama kaum tani. Muncullah slogan “Gulingkan pemerintahan Tsar, dirikan pemerintahan buruh dan tani”.
Marxisme-Leninisme yang telah diterangkan tersebut menjadi suatu ideologi revolusioner progressif yang masih relevan hingga kapitalisme hancur. Ketika masyarakat Komunisme tercipta, semua orang bahkan tidak lagi membutuhkan ideologi lagi karena masyarakat sudah makmur dan hidup menurut kebutuhan, bukan lagi berdasarkan permintaan dan penawaran. Marxisme-Leninisme mengangkat derajat kaum buruh dan tani hingga menjadi suatu kelas yang menindas adat dan paham lama yang tidak revolusioner. Mereka adalah kaum yang di tempa untuk tidak pasrah lagi dan berserah pada agama, melainkan pada kerja dan revolusi agar tercapai masyarakat yang sejahtera. Agama adalah tempat keluh kesah masyarakat yang tertindas, begitulah kata Marx. Maka cukuplah revolusi yang menggenapi segala kesejahteraan yang ada sehingga tercipta masyarakat Komunisme yang menghilangkan batas negara dan kelas-kelas yang bertentangan.
Setelah Uni Soviet hancur dan China berdiri sebagai negara Kapitalisme, maka masih relevankah teori tersebut ? Jawabannya, teori Marxisme-Leninisme sebagai basis dasar perjuangan kaum yang tertindas akan relevan hingga pada saat Kapitalisme dan Liberalisme hancur dan masyarakat tanpa kelas telah berdiri. Artikel-artikel selanjutnya akan menjawab bagaimana relevansi Marxisme itu bisa berjalan di era kini.

0 comments:

Post a Comment

 
;