“Bangunlah kaum yang lapar”
“Bangunlah kaum yang hina”
“...........................................”
“Dan Internasionale pasti lah di dunia”
Penggalan lirik terakhir dari lagu Internasionale menggema
seluruh bumi. Lirik tersebut menggambarkan kepastian bahwa internasionalisme
proletar yang di cita-citakan Karl Marx di abad 19 akan terjadi. Impian
tersebut tidak hanya sekedar impian karena Karl Marx bukanlah seorang utopian
yang memimpikan Sosialisme. Karl Marx dan Friederick Engels memastikan
Sosialisme dengan teori-teori ilmiah yang masuk akal, bukan hanya omong kosong
belaka. Karl Marx bahkan berkata bahwa teorinya tersebut akan menjadi usang
jika tidak dibarengi dengan praktek. Maka seorang Lenin lah yang menggemakan
praktek tersebut untuk pertama kalinya di dunia. Negara buruh pertama di dunia
berdiri dengan megah pada tahun 1917. Ini semua bukan karena impian, namun
karena sebuah usaha yang di maksimalkan.
Internasionale atau L’Internationale sendiri
merupakan sebuah lagu kebangsaan bagi kaum yang lapar dan terhina di seluruh
dunia, liriknya berisi kesan-kesan semangat revolusi yang digemakan lewat
alunan mars. Lagu tersebut diciptakan oleh Eugene Potter, seorang anggota
Internasionale II di tahun 1871. Untuk pertama kalinya lagu tersebut di gubah
oleh seorang anggota Internasionale II juga yang bernama Pierre Degeyter pada
tahun 1888. Sedangkan, di Indonesia sendiri, Internasionale di terjemahkan
pertama kali oleh pahlawan pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara dan menjadi
lagu yang menggemakan negeri bersama Indonesia Raya sejak PKI mempopulerkannya
di tahun 1950an. Internasionale bahkan pernah menjadi lagu kebangsaan Uni
Soviet sejak 1917 hingga 1922. Lenin lah yang menggelorakan lagu tersebut.
Bertepatan dengan ulang tahun sang revolusioner besok,
maka agaknya kita perlu merayakan maulid Lenin agar
kita flashback kembali bagaimana sebuah peristiwa revolusi bahkan
bisa menggelombang dan menghantam Kapitalisme hingga mendekati ajalnya di abad
20. Namun, ketika Kapitalisme sekarang di puncak jayanya, Lenin menangis karena
jiwa revolusioner tersebut pupus. Tidak perlulah Lenin yang lama karena beliau
sudah terawetkan dalam Mausoleum di Moskow. Sekarang kita memerlukan
Lenin-Lenin baru untuk menggemakan Internasionale kembali agar kembali lagi
mendunia. Kita perlu jiwa-jiwa yang terus bergerola maju membentuk
sebuah border yang menggilas Kapitalisme kembali sambil menyanyikan
Internasionale bersama karena lagu tersebut tetap menjadi sebuah nasyid suci
yang dinyanyikan proletariat sebagai semangat membangun masyarakat
Internasionalisme.
Sekarang, Lenin dan Internasionale menjadi dua elemen
yang tak terpisahkan karena keduanya menjadi ikon dari perjuangan proletariat.
Internasionale sebagai nyawa perjuangan dan Lenin sebagai contoh penggerak
perjuangannya. Setelah Uni Soviet runtuh, perjuangan tidak akan runtuh karena
keruntuhan suatu pemerintahan bukan berarti pertanda dari keruntuhan suatu
perjuangan juga. Internasionale masih menggema di dunia dan dinyanyikan
sebagian besar kaum buruh dan tani yang kelaparan dan terhina. Masyarakat
Internasionalisme bukanlah mimpi-mimpi utopia yang di sumpah serapahkan sebagai
negeri matahari yang di cetuskan para utopian Perancis yang di caci Marx.
Masyarakat Internasionalisme juga bukan masyarakat messianik yang di
tunggu-tunggu kehadirannya oleh para agamawan. Masyarakat Internasionalisme
bukan tidak mungkin, tapi itu merupakan suatu kepastian karena Internasionale
dan Lenin masih ada di dalam hati seluruh proletariat.
Revolusi proletariat juga bukanlah sebuah teori usang
karena itu kita harus wujudkan bersama demi sebuah kesejahteraan. Marx pernah
berkata “Kaum buruh tidaklah kehilangan apa-apa kecuali sifat
perbudakannya”, bahkan kaum buruh kan bisa menguasai alat produksi secara
kolektif sehingga tiada lagi kelas-kelas yang memisahkan mereka akibat
penguasaan pribadi. Maka dari itu, wujudkanlah cita-cita Karl Marx, Friederick
Engels, dan Vladimir Illyanov Lenin serta mari bung semua kita
nyanyikanL’Internationale sebagai wujud dari jiwa pemberontakan yang sudah
lelah merasa kelaparan akibat kepemilikan pribadi. Semoga di dunia yang telah
berganti rupa ini, kita sebagai rakyat yang telah sadar bisa menyingkirkan
paham dan adat yang konservatif tuk ciptakan Internasionale yang pasti di
dunia.
PROLETAR OF THE WORLD, UNITE !!!
0 comments:
Post a Comment