Thursday, February 21, 2019

INTERNASIONALE, Lenin, dan Revolusi Proletariat


“Bangunlah kaum yang lapar”
“Bangunlah kaum yang hina”
“...........................................”
“Dan Internasionale pasti lah di dunia” 
Penggalan lirik terakhir dari lagu Internasionale menggema seluruh bumi. Lirik tersebut menggambarkan kepastian bahwa internasionalisme proletar yang di cita-citakan Karl Marx di abad 19 akan terjadi. Impian tersebut tidak hanya sekedar impian karena Karl Marx bukanlah seorang utopian yang memimpikan Sosialisme. Karl Marx dan Friederick Engels memastikan Sosialisme dengan teori-teori ilmiah yang masuk akal, bukan hanya omong kosong belaka. Karl Marx bahkan berkata bahwa teorinya tersebut akan menjadi usang jika tidak dibarengi dengan praktek. Maka seorang Lenin lah yang menggemakan praktek tersebut untuk pertama kalinya di dunia. Negara buruh pertama di dunia berdiri dengan megah pada tahun 1917. Ini semua bukan karena impian, namun karena sebuah usaha yang di maksimalkan.

Internasionale atau L’Internationale sendiri merupakan sebuah lagu kebangsaan bagi kaum yang lapar dan terhina di seluruh dunia, liriknya berisi kesan-kesan semangat revolusi yang digemakan lewat alunan mars. Lagu tersebut diciptakan oleh Eugene Potter, seorang anggota Internasionale II di tahun 1871. Untuk pertama kalinya lagu tersebut di gubah oleh seorang anggota Internasionale II juga yang bernama Pierre Degeyter pada tahun 1888. Sedangkan, di Indonesia sendiri, Internasionale di terjemahkan pertama kali oleh pahlawan pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara dan menjadi lagu yang menggemakan negeri bersama Indonesia Raya sejak PKI mempopulerkannya di tahun 1950an. Internasionale bahkan pernah menjadi lagu kebangsaan Uni Soviet sejak 1917 hingga 1922. Lenin lah yang menggelorakan lagu tersebut.
Bertepatan dengan ulang tahun sang revolusioner besok, maka agaknya kita perlu merayakan maulid Lenin agar kita flashback kembali bagaimana sebuah peristiwa revolusi bahkan bisa menggelombang dan menghantam Kapitalisme hingga mendekati ajalnya di abad 20. Namun, ketika Kapitalisme sekarang di puncak jayanya, Lenin menangis karena jiwa revolusioner tersebut pupus. Tidak perlulah Lenin yang lama karena beliau sudah terawetkan dalam Mausoleum di Moskow. Sekarang kita memerlukan Lenin-Lenin baru untuk menggemakan Internasionale kembali agar kembali lagi mendunia. Kita perlu jiwa-jiwa yang terus bergerola maju membentuk sebuah border yang menggilas Kapitalisme kembali sambil menyanyikan Internasionale bersama karena lagu tersebut tetap menjadi sebuah nasyid suci yang dinyanyikan proletariat sebagai semangat membangun masyarakat Internasionalisme.
Sekarang, Lenin dan Internasionale menjadi dua elemen yang tak terpisahkan karena keduanya menjadi ikon dari perjuangan proletariat. Internasionale sebagai nyawa perjuangan dan Lenin sebagai contoh penggerak perjuangannya. Setelah Uni Soviet runtuh, perjuangan tidak akan runtuh karena keruntuhan suatu pemerintahan bukan berarti pertanda dari keruntuhan suatu perjuangan juga. Internasionale masih menggema di dunia dan dinyanyikan sebagian besar kaum buruh dan tani yang kelaparan dan terhina. Masyarakat Internasionalisme bukanlah mimpi-mimpi utopia yang di sumpah serapahkan sebagai negeri matahari yang di cetuskan para utopian Perancis yang di caci Marx. Masyarakat Internasionalisme juga bukan masyarakat messianik yang di tunggu-tunggu kehadirannya oleh para agamawan. Masyarakat Internasionalisme bukan tidak mungkin, tapi itu merupakan suatu kepastian karena Internasionale dan Lenin masih ada di dalam hati seluruh proletariat.
Revolusi proletariat juga bukanlah sebuah teori usang karena itu kita harus wujudkan bersama demi sebuah kesejahteraan. Marx pernah berkata “Kaum buruh tidaklah kehilangan apa-apa kecuali sifat perbudakannya”, bahkan kaum buruh kan bisa menguasai alat produksi secara kolektif sehingga tiada lagi kelas-kelas yang memisahkan mereka akibat penguasaan pribadi. Maka dari itu, wujudkanlah cita-cita Karl Marx, Friederick Engels, dan Vladimir Illyanov Lenin serta mari bung semua kita nyanyikanL’Internationale sebagai wujud dari jiwa pemberontakan yang sudah lelah merasa kelaparan akibat kepemilikan pribadi. Semoga di dunia yang telah berganti rupa ini, kita sebagai rakyat yang telah sadar bisa menyingkirkan paham dan adat yang konservatif tuk ciptakan Internasionale yang pasti di dunia.
PROLETAR OF THE WORLD, UNITE !!!

0 comments:

Post a Comment

 
;