Thursday, February 28, 2019

Dibalik Peristiwa Malari, 1974



Ali Moertopo adalah salah satu dari elite militer yang menduduki posisi-posisi penting pada masa pemerintahan Soeharto. Beliau merupakan seorang yang sangat dekat dengan Soeharto, seseorang yang selalu berusaha menyingkirkan lawan politiknya orde baru. Beliau terkenal sangat Macchiavelis dan terkenal jenius dalam menyingkirkan lawan. Beberapa posisi penting yang pernah ia duduki antara lain : Deputi Kepala Operasi Khusus (1969 – 1974), Wakil Kepala Bidang Intelijen (1974 – 1978), Penasihat Badan Pemenangan Pemilu Golkar, dan Menteri Penerangan RI (1978 – 1983). Sosoknya dikenal sangat dekat dengan Soeharto. Kedeketan mereka terjalin sejak Ali membantu Soeharto dalam menduduki jabatan sebagai Pangdam Dipenogoro dengan pangkat kolonel, sebagai imbalan atas naiknya Soeharto tersebut, Ali ditunjuk sebagai Asisten Teritorial.
Dibalik kekejamannya terhadap lawan politik Orde Baru saat itu, Ali juga banyak melakukan reformasi di bidang intelijen Negara, mendirikan CSIS (Centre of Strategic and International Studies), dan menerbitkan tulisan Dasar-dasar Pemikiran Tentang Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahunyang selanjutnya diterima oleh MPR pada saat itu sebagai strategi pembangunan jangka panjang. Jelas, karya-karya Ali tersebut sangat berpengaruh bagi kelangsungan dunia pemerintahan Indonesia hingga sekarang.

Ali juga merupakan seseorang yang bermain di balik pemberangusan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan gerakan Islam dan beberapa gerakan elemen mahasiswa seperti peristiwa Malari yang merupakan sebuah bagian dari sejarah pergerakan mahasiswa yang sangat kelam dimana saat itu mahasiswa berdemonstrasi menolak kedatangan PM Jepang, Kakuei Tanaka yang terjadi antara tanggal 15 – 17 Januari 1974. Kejadian tersebut memakan korban 11 orang meninggal, 177 mengalami luka berat, 120 orang mengalami luka ringan, dan 775 orang di tangkap.
Peristiwa tersebut sebenarnya banyak diwarnai kontroversi, apa lagi saat itu, 2 jenderal yang dikenal sebagai tangan kanan dari Soeharto yaitu Soemitro dan Ali Moertopo berseteru hebat. Di duga kedua jenderal tersebut terlibat dalam peristiwa yang memakan korban tersebut. Dalam laporannya, Ali Moertopo menyatakan bahwa Soemitro terlibat dalam peristiwa tersebut, tetapi hal tersebut dibantah oleh Soemitro secara tegas. Menurut Ali, Soemitro dianggap sebagai orang yang berusaha merebut kepemimpinan Soeharto lewat peristiwa Malari tersebut. Pernyataan Ali Moertopo tersebut di perkuat dengan adanya dokumen dari seseorang yang bernama Ramadi yang disampaikan oleh Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin), Jenderal Sutopo Juwono. Menurut Sutopo, sosok Ramadi dikenal dekat dengan salah satu asisten pribadi (Aspri) Soeharto yaitu Mayjen Soedjono Hoemardani, kebetulan Ali Moertopo merupakan Aspri Soeharto yang kedua.
Bantahan Soemitro di dukung dengan tuduhan peristiwa Malari tersebut kepada Ali Moertopo dengan menuduh Ali Moertopo memfitnah pihak PSI (Partai Sosialis Indonesia) dan Masyumi serta dirinya sebagai dalang dari kerusuhan tersebut. Selain itu, Soemitro mengetahui, keterlibatan Opsus yang dipimpin oleh Ali bahkan secara jelas dengan hadirnya Hariman Siregar, yang di tunjuk menjadi ketua Dewan Mahasiswa UI karena bantuan dari GMNI, PMKRI, GDUI, dan Ali Moertopo dengan Opsusnya itu sendiri.
Tetapi beberapa tindakan Hariman tidak mematuhi perintah Opsus karena Hariman menyatakan berhak mempunyai wewenang sendiri dalam mengatur kebijakannya seperti menunjuk Judilherry Rustam dari HMI sebagai sekjen Dewan Mahasiswa. Padahal Opsus sudah mewanti-wanti Hariman agar tidak melibatkan HMI dalam Dewan Mahasiswa. Hariman ditangkap dan di penjara 6 tahun atas tuduhan melakukan subversi diantara kalangan mahasiswa se Jawa yang terlibat dalam peristiwa Malari tersebut, walaupun sebenarnya tuduhan tersebut belum terbukti secara jelas, tetapi hakim berdalih bahwa tuduhan tersebut di rasa tepat karena Hariman di anggap lalai dalam mengkonsolidasi mahasiswa sehingga terjadilah peristiwa Malari. Penangkapan Hariman sendiri di duga kuat karena adanya ketidakpuasan Ali dan Opsus terhadap kinerja Hariman yang melibatkan HMI dalam Dewan Mahasiswa tersebut. 
Disini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sosok Ali Moertopo merupakan sosok yang paling fenomenal, sangat dibenci oleh lawan politik Orde Baru, dan menjadi orang kepercayaan Soeharto dalam melenyapkan lawan politiknya. Ali di duga kuat terlibat dalam peristiwa Malari ketika beberapa dokumen dan tuduhan menyatakan bahwa aksi mahasiswa tersebut di tunggangi oleh perseteruan antara Soemitro dan Ali Moertopo. Perseteruan tersebut memanfaatkan momen saat mahasiswa merasa tidak puas dengan investasi Jepang dan barang-barang pasar asing yang masuk secara bebas ke Indonesia. Bagaimanapun. Peristiwa Malari tersebut sungguh menjadi catatan kelam bagi pergerakan mahasiswa.

0 comments:

Post a Comment

 
;