Semenjak runtuhnya Uni Soviet hampir
semua orang mengatakan sosialisme sudah gagal. Krisis di Venezuela juga mendorong
banyak orang untuk berteriak bahwa sosialisme tidak dapat bertahan. Dari semua
pendapat yang mengalir ini apa yang ingin disampaikan adalah sistem
kapitalisme, kendati semua keburukannya, merupakan sistem yang paling mungkin
bagi umat manusia. Kejatuhan sosialisme Uni Soviet dianggap sebagai kegagalan
dari teori di baliknya, yakni teori Marxisme.
Semenjak itu semua orang
berbondong-bondong mencari-cari ‘ide-ide baru’. Mereka terus mencari perpaduan
ideologi atau jalan tengah antara sosialisme dan kapitalisme. Dari ini kita
mengenal ‘teori baru’ seperti teori Sosialisme Abad 21, yang mengklaim berbeda
dengan sosialisme pendahulunya yang ada di Uni Soviet. Adalah Heinz Dieterich
seorang sosiolog Frankfurt yang belajar dengan Adorno, Horkheimer dan Habermas
yang memperkenalkan teori Sosialisme Abad 21. Heinz Dieterich, sang ‘penemu’
Sosialisme Abad 21, mengklaim bahwa revolusi dan perjuangan kelas sudah tidak
lagi dibutuhkan. Dieterich menganggap jika pasar mampu dijinakkan maka
pasar akan memenuhi kebutuhan semua orang.
“Jika pasar tidak monopolistik dan jika
Anda memiliki daya beli untuk barang yang Anda hasilkan dan untuk layanan, maka
pasar berkoordinasi cukup baik. Anda dapat pergi ke negara raksasa, seperti
Amerika Serikat, dan Anda dapat membeli apa saja, di mana saja di negara
raksasa itu, kapan saja. Jadi, [pasar] itu berfungsi dengan baik, jika Anda
memenuhi dua kondisi ini.” (Rekaman video Heinz Dieterich oleh O. Ressler,
Jerman)
Faktanya pasar tidak pernah bisa
dijinakkan. Pasar bersifat impulsif dan kacau. Bila saja pasar bisa dijinakkan
tentu kapitalisme tidak akan pernah mengalami krisis dan Venezuela bisa berjaya
berkat anjuran Dieterich. Tapi toh akhirnya teori Sosialisme Abad 21 juga tidak
mampu bertahan di hadapan realitas. Venezuela mengalami krisis dan inflasi yang
tajam justru karena ingin mempertahankan program-program kesejahteraan sembari
tetap mengadopsi ekonomi pasar kapitalis. Dengan kata lain ekonomi Venezuela
tidak pernah benar-benar menghapuskan kapitalisme.
Selain itu, dari semua kritik dan
gagasan yang diajukan atas kegagalan sosialisme di Uni Soviet, tidak satupun
dari mereka yang memahami Uni Soviet dan keruntuhannya. Kenyataannya,
keruntuhan Uni Soviet merupakan produk dari keterisolasian Revolusi Rusia yang
jauh telah diprediksi sebelumnya oleh Lenin dan Trotski. Lenin dan Trotski
sejak awal telah menekankan bahwa tanpa revolusi di Eropa, terutama di Jerman
waktu itu, maka Revolusi Rusia akan kalah. Prediksi ini terbukti benar.
Keterisolasian dan kesulitan internal akibat warisan keterbelakangan ekonomi
Rusia di masa lalu membangkitkan kembali sampah lama birokrasi yang telah
diperangi oleh negara buruh ini. Proses degenerasi birokratik ini berlangsung
untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya Stalinisme mengubur capaian-capaian
Revolusi Oktober pada 1991.
Berkebalikan dengan Stalinisme yang
birokratik, sosialisme sejatinya merupakan sebuah sistem dimana tuas-tuas
ekonomi dimiliki dan dijalankan secara demokratik oleh kelas pekerja. Yang
belakangan ini sangatlah penting, karena demokrasi buruh adalah oksigen bagi
sosialisme. Tanpanya sosialisme akan tercekik.
Untuk mencegah agar negara buruh yang
baru terbentuk dari revolusi sosialis tidak mengalami birokratisasi, Lenin
menganjurkan empat kondisi yang harus dipenuhi oleh negara buruh: (1) Pemilu
bebas untuk semua jabatan pemerintah dan setiap orang bisa direcall setiap
saat; (2) Gaji pejabat pemerintah tidak boleh lebih tinggi daripada gaji buruh
terampil; (3) semua posisi pemerintah harus digilir di antara rakyat pekerja, sehingga
bila semua adalah birokrat maka tidak ada lagi birokrat; (4) Menghapus tentara
tetap, dan menggantikannya dengan rakyat bersenjata.
Lenin juga menambahkan bahwa negara
buruh adalah negara yang akan akhirnya pupus dan menghilang. Tidak ada satupun
kondisi ini yang dipenuhi oleh Uni Soviet di bawah Stalin dan
penerus-penerusnya. Yang ada adalah negara birokratik dengan
privilese-privilese bagi para pejabat dan mesin kekerasan yang kejam. Dari
fakta ini, apa yang gagal di Rusia bukanlah sosialisme melainkan Stalinisme,
sebuah karikatur sosialisme birokratis dan totaliter.
Bagaimanapun juga Revolusi Rusia telah
memberikan pengalaman besar bagi kelas buruh bagaimana revolusi sosialis bisa
dimenangkan. Mereka yang mengklaim mendirikan ‘ide-ide baru’ sosialisme minus
revolusi dan perjuangan kelas hanyalah mengulang ide tua reformisme yang telah
terbukti memimpin ke jalan buntu. Kelas pekerja hanya bisa berhasil
menggulingkan kapitalisme dengan mempelajari pengalaman-pengalaman kelas mereka
sendiri. Akhirnya, mempelajari Revolusi Rusia menjadi penting, bukan sebagai
pengejaran terhadap kepentingan abstrak akademis tetapi sebagai jalan bagaimana
memahami dunia dan lantas mengubahnya. Bukan sebagai ‘intelektual akademis’
tapi sebagai seorang revolusioner!
0 comments:
Post a Comment