Aku
membayangkan akan indah apa bila kita manusia menghargai manusia lain tanpa
melihat pangkat, status masyarakat, dan tingkatan social orang lain, melainkan
tulus ihklas memandang orang lain dengan derajat yang sama yaitu sesame manusia
ciptaan tuhan yang maha Esa. Membayangkan diindonesia setiap orang akan saling
menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Yaa mungkin suatu saat nanti negeri
yang aku cintai ini bisa seperti sebagai mana leluhur-leluhur kami terdahulu. Pernahkah
kalian merasa bahwa ada yang salah dinegeri ini, salah cara memandang sesama manusia.
Orang-orang
di negeri ini kebanyakan dari meraka menganggap sebuah Title (Pangkat/gelar) itu lebih penting dimata meraka, sebab tanpa Title yang tinggi kalian tidak akan
dipandang dinegeri ini, mungkin ini hanya perasaan ku saja, ya semoga hanya
perasaanku saja. Kemarin, ketika aku mengurus photo e-KTP dikelurahan, aku
berangkat pagi sekali karena malas untuk mengantri berlama-lama. Aku mengambil
urutan photo no sepuluh ya mungkin sekitar satu jam lagi giliranku untuk photo.
Setalah
aku menunggu hampir satu jam antrian sudah sampai di no delapan, kurang dua
antrian lagi giliranku tiba, akan tetapi datang seorang remaja umurnya
kira-kira hampir sama dengan ku, bersama ayahnya yang seorang perwira polisi. Tak
perlu menunggu lama anak perwira polisi tersebut langsung disuruh menunggu
didalam untuk langsung diphoto, momotong antrian yang telah berlangsung. Melihat
kejadian ini pun orang-orang yang disitu seperti memakluminya, petani, tukang
becak, orang-orang kecil yang berada diruang tunggu pun hanya memakluminya
saja, tanpa protes atas ketidak adilan ini.
Melihat
kejadian itu aku pun mengajukan protes ke salah satu pegawai negeri yang berada
diruang itu,”pak bukankah seharusnya
antrian no sembilan yang masuk untuk diphoto?” petugas itu menjawab tanpa
menoleh kepadaku ”iya, itu yang sekarang
diphoto itu no antrian sembilan.” Tapi, bukankan bapak tukang becak yang
ada disampingku itu yang memiliki no antrian Sembilan? Yang dari tadi mengobrol
dengan ku.
Lalu,
aku bertanya kepada bapak itu,”bapak,
bukankah bapak yang seharusnya diphoto sekarang?tapi, kenapa bapak diam saja?”,
bapak itu menjawab “sudah biarkan,
kita ini kan hanya rakyat kecil, sudah manut(patuh) saja dengan orang besar!”. Miris
mendengar jawaban bapak itu, apakah manusia yang tak memiliki title tinggi tidak memiliki hak yang
sama dengan orang yang memiliki pangkat dan kekuasaan. Bukankah mereka juga
manusia sama-sama ciptaan tuhan?
Tak hanya itu saja, saat kalian melamar pekerjaan di negeri ini, saat wawancara kalian akan ditanya tidak jauh-jauh dari pertanyaan berikut “kamu lulusan apa? Kuliah dimana? IPK kamu berapa? Orang tuamu kerja apa, dimana?”. Bukankan itu termasuk mendiskriminasi atau mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan pangkat dan derajat.
Bukankah
seharusnya manusia itu dilihat karena apa yang telah dia lakukan? Ilmu yang dia
miliki? Bukan dari pangkat, harta dan kekuasaan yang dia punya? Setiap manusia
memiliki hak untuk dipandang sama dengan manusia yang lain tanpa melihat
pangkat dan status socialnya. Bukankah seorang rakyat kecil dan seorang mentri
harus dihormati sederajat sebagai manusia, hanya hak dan kewajiban merekalah
yang membedakannya tidak lebih.
Aku muak melihat negeri yang aku cintai seperti ini, aku ingin merubahnya paling tidak merubah orang disekitarku untuk memiliki pandangan ini. Pandangan bahwa setiap orang yang hidup dibumi ini adalah sama, memiliki hak yang sama untuk dihormati dan dihargai. Disiniah kemanusiaan kita dipertanyakan!
0 comments:
Post a Comment