Lelah.
Itu kata yang tepat, setelah tetiap langkah yang kuciptakan, takpernah
benar-benar sampai padamu. Kau hanya bergeming—membuta. Bagaimana bisa kata itu
ada, sedang rautmu tak henti buktikan kegigihan. Jika saja kau tahu segala
jerih payahmu selalu sampai padaku. Hanya saja hatiku yang belum terbuka untuk
itu. Lalu, apa yang bisa menjelma kunci? Padaku kau hanya seperti malam—diam dan dingin. Tidak hanya katakata,
segala telah kulakukan. Tetapi, apa yang terjadi? Ketiadaan. Itu yang
kauberikan padaku.
Bukan maksudku membuat anganmu terusik dengan pribadiku.
Aku tetap seperti ini tanpa ubah. Dirimu sendiri yang menjadikanku tampak
berbeda. Tiada yang berbeda—pada sepasang bahagia yang kusematkan di matamu.
Pada samudra, yang alir dan tenang. Di sana, aku menanti senja—merah terbakar,
serupa harapanku, yang menjadi abu ketika tiada kejelasan yang kudapatkan.
Katakan padaku, bagaimana caranya aku bisa memilikimu?