Di suatu stasiun, aku menemukanmu
terduduk di salah satu bangku sendirian. Air matamu mengalir deras, meriakkan
pilu yang alur dengan lembut di sana. Tanpa suara, aku tahu kamu sedang
menangis. Padahal hujan sedang tidak turun sore ini. Tiada siapa pun di sini.
Hanya aku dan kamu. Meski sepasang rel kereta api menjadi jarak di antara kita.
Kamu,
dengan gerimis yang menggenangi wajahmu. Tanpa bicara, angin memberi tahu bahwa
kamu baru saja melepas pergi kekasihmu. Melepas semua bahagia yang pernah kamu
rajut bersamanya. Bahagia yang dulu juga kurasakan ketika melepaskanmu. Pada
akhirnya, kamu juga merasakan apa yang kurasakan, kan?
Aku
tidak akan menertawaimu. Aku ingin ada di sampingmu. Menawari sapu tangan untuk
menyapu air mata dan menggantinya dengan kelakar dan tawa. Aku tidak rela
matahari enggan terbit di wajahmu. Karena biasanya, di sanalah aku menemukan
kehangatan ketika melihatmu dari kejauhan. Dari jarak, di mana kamu tidak
menemukan aku.
Dulu,
aku tidak percaya bahwa kamu akhirnya benar-benar memilih seseorang sebagai
tempat bersandar bahu; tempatmu menumpahkan segala yang dilalui setiap hari.
Sementara aku tetap di sini, berjaga-jaga lelaki itu tidak ada untukmu dan
barangkali, kamu membutuhkan bahu yang lain. Dan, aku siap menawarkan itu.
Bersama dengan segenap rindu yang telah buncah di dalam dada.
Sepasang
kereta bergantian menelusuri peron dan kutemukan kamu masih di sana, menunduk;
memandangi tetiap sesak dan perih yang mendera. Merasakan sepotong dirimu yang
pecah menjadi setengahnya. Lalu setengahnya lagi, hingga tiada. Melepaskan
tidak akan pernah mudah. Menunggumu, aku tidak pernah lelah. Meski sekali
waktu, ingin rasanya untuk menyerah.
Tanpa
bicara, aku tahu apa yang kamu rasakan. Bila kamu menginginkannya, aku di sini,
di hadapan sudut penglihatanmu yang nyata. Jangan lupakan ada seseorang yang
selalu hadir untukmu. Meskipun kamu tidak menyadarinya dia di sana. Meskipun
kamu tidak pernah tahu, di antara semua lelaki yang berbaris menantimu, hanya
ada satu yang rela melupakan detik dan tanggal hanya untuk memastikan bahwa
pada akhirnya, takdir mempertemukannya denganmu.
Meskipun
kamu tahu, seseorang itu aku.
0 comments:
Post a Comment