Aku kehabisan kata-kata. Takdir berkonspirasi dengan Waktu untuk
mencipta pertemuan kembali hadir di antara kita. Kenangan tentangmu di masa
silam seketika menyeruak cepat, menghentak dadaku; senyuman terakhirmu yang
berdiam di pikiranku, mendadak menyala terang di mataku. Semestaku luruh dalam
sekejap.
Aku sedang tidak bermimpi, kan?
Kita menyulam segala yang pernah terlepas oleh detik dan tanggal.
Saat dari kejauhan langkah kakimu tertangkap oleh kedua mataku saat suaramu
mulai menyelusup ke dalam ruang-ruang pikiranku, aku sadar betul bahwa aku
telah kehilangan kata-kata.
Rindu itu begitu tajam. Menikam harapan menjadi serpihan,
meninggalkan luka mendalam di relung perasaan, dan kemudian Ia menyatukannya
lagi menjadi utuh. Ini benar kamu, kan?
Rasanya masih saja takpercaya. Dalam perjalanan menemukan ini aku
selalu percaya bahwa Waktu pasti akan menciptakan pertemuan kedua dengan
sesiapa pun yang dikehendakinya untukku. Dan ternayata dari semua perempuan
yang pernah kutemui, Ia memilih kamu.
Sungguh, pertemuan kedua yang senyap serasa membunuh begitu aku
menyia-nyiakan kesempatan yang ada dan membiarkanmu bicara sendiri. Bibirku
kelu. Dadaku begitu menyesak. Kamu hadir kembali di hadapanku dan apa yang
terjadi di antara kita serupa lalu angin yang hanya berdesau menyampaikan kabar
belaka.
Detik bergerak semakin menjauh. Namamu semakin keras diteriakkan
di hatiku. Dan aku ... berdiam diri, menatapmu kembali pergi. Sementara
kepulangan terus memanggilku untuk menjauhimu. Aku tidak tahu apakah pertemuan
kita akan ditakdirkan lagi atau tidak, tapi rasanya malam ini sungguh dingin
dan menusuk tubuh.
Aku kehabisan kata-kata. Oleh rasa yang diam-diam menghangat di
wajahku.
0 comments:
Post a Comment