Wednesday, January 27, 2021 0 comments

Konsep Sosialisme Marx (Bagian II)

Kritik terhadap Marxis Jerman

Pembahasan lebih lengkap tentang masyarakat pasca-kapitalis dari Marx, yang mengembangkan komentarnya tentang masyarakat baru di Capital, terletak dalam karyanya Critique of the Gotha Program tahun 1875. Karya ini memuat kritik tajam terhadap “Marxis” Jerman di masa itu yang menyepakati penyatuan organisasional dengan partai sosialis yang didirikan Ferdinand Lassalle. Lasalle sebelumnya dikecam Marx sebagai “diktator masa depan kelas pekerja.” Marx menyadari bahwa pengikutnya sendiri menderita kecacatan konsepsi yang akut mengenai alternatif terhadap kapitalisme.

Marx secara langsung menentang kegagalan Program Gotha “untuk membahas keadaan masa depan dari masyarakat komunis” (MECW 24:95). Dengan melakukan itu, ia membedakan fase komunisme yang lebih tinggi dan fase komunisme lebih rendah. Kata “sosialisme” tidak pernah muncul di dalam Critique, karena bagi Marx sosialisme

Thursday, January 21, 2021 0 comments

Konsep Sosialisme Marx (Bagian I)

 

Meskipun karya Marx terus memberi pengaruh sangat besar terhadap perdebatan mengenai watak kapitalisme, ada satu dimensi kerangka berpikirnya yang paling jarang diteorikan yaitu perihal konsepsinya tentang bentuk masyarakat yang akan menggantikan kapitalisme. Meskipun Marx tidak pernah memfokuskan diri membuat karya khusus yang membahas kehidupan setelah kapitalisme, sebagian besar karena keengganannya terlibat dalam refleksi utopis dan spekulatif soal masa depan, kritiknya secara khusus perihal pusat realitas kapitalisme—seperti karakter ganda dari kerja, waktu kerja yang diperlukan secara sosial, serta hukum soal nilai dan nilai lebih—mengisyaratkan suatu bentuk relasi sosial di masa depan yang jauh lebih membebaskan daripada yang disadari secara umum.

Berbagai perdebatan dan diskusi sejak 2018 lalu yang mengiringi perayaan 200 tahun kelahiran Karl Marx telah menyediakan kesempatan berharga bagi pengujian kembali terhadap berbagai aspek politik dan filosofis dari peninggalan Marx yang sebelumnya terbengkalai. Yang paling utama di antaranya ialah sejauh mana kerangka berpikir Marx memberikan sumber daya konseptual untuk mengembangkan energi emansipatoris yang layak menghadapi kapitalisme di abad 21.

Friday, January 15, 2021 0 comments

Kapitalisme Merusak Sains

 

Marketisasi merangkak telah menciptakan insentif yang merugikan bagi para peneliti – korupsi besar-besaran yang terus mengancam sains itu sendiri.

 Universitas sudah eksis sebelum kapitalisme. Dalam kehadirannya, ia terkadang menolak untuk patuh kepada dikte pasar kapitalis, memilih untuk mengejar kebenaran dan pengetahuan ketimbang profit. Akan tetapi, kapitalisme melahap apapun yang bisa ia lahap. Sementara kapitalisme terus melebarkan dominasinya, menjadi sedikit mengejutkan bahwa universitas modern semakin patuh kepada apa yang disebut Ellen Meiksins Wood “dikte pasar kapitalis – imperatif kompetisi, akumulasi, maksimalisasi laba, dan peningkatan produktivitas tenaga kerja.”

Di dunia akademis, imperatif pasar kapitalis memanifestasikan dirinya dalam cara yang terlihat: publish atau binasa, funding atau paceklik.

Tanpa investasi publik, universitas-universitas dipaksa untuk sesuai dengan aturan sektor swasta, yaitu, beroperasi layaknya bisnis. Dalam bisnis, tentu saja, segalanya adalah tentang hasil akhir keuangan (bottom line) –

Thursday, January 7, 2021 0 comments

Sekaleng Coca-Cola dan Realita (2)

 

DALAM artikel sebelumnya kita telah membahas bagaimana bentuk masyarakat hari ini mampu dikenali hanya melalui sekaleng Coca-Cola. Masyarakat yang kita maksud tentu merupakan kumpulan dari relasi-relasi manusia dalam suatu waktu dan tempat tertentu. Bayangkan saja pemandangan orang yang berlalu-lalang di Shibuya, Time Square, atau Stasiun Dukuh Atas. Ratusan hingga ribuan orang dari latar belakang berbeda, pekerjaan yang berbeda dan dengan urusannya yang juga berbeda bertemu di suatu waktu dan tempat yang sama. Siapa yang membuat kemejanya? Siapa yang menyiapkan sarapannya tadi pagi? Atau bahkan siapa yang membuat mereka sampai bertemu di saat yang bersamaan di sana? Keterkaitan dan kesalinghubungan antar orang atau antar kelompok orang itu bersifat kasat mata.

Sehingga yang menampak cuma suatu kumpulan orang banyak yang memenuhi suatu tempat pada waktu tertentu. Seperti itulah kiranya suatu masyarakat. Lantas apa yang membuatnya hadir dan bertahan? Tentu karena ada manusianya, tapi ada yang lebih esensial di balik manusia-manusia itu. Inilah yang akan kita bahas dalam tulisan kali ini.

Friday, January 1, 2021 0 comments

Sekaleng Coca-Cola dan Realita (1)

 

BEBERAPA dari kita yang bekerja di bawah teriknya langit Jakarta pada siang hari, pastinya akan melihat minuman kaleng merah dengan font khas berwarna putih di dalam lemari pendingin warung bagaikan oasis di padang gurun. Iya, betul. Kali ini kita akan membahas Coca-Cola dalam kemasan kaleng. Ada apa dengan sekaleng minuman ini? Tentu ada apa-apanya sehingga saya membahas kaleng ini. Mari kita bedah sedikit perihal seonggok kaleng ini. Suatu benda berbentuk tabung dari kaleng dengan lubang untuk minum yang tersegel aman khas pabrik. Ukuran tinggi sekitar 5 sampai 10 cm, dengan diameter kira-kira 2 cm dan berisi cairan soda sekitar 250ml. Namun, apakah kaleng berisi cairan segar ini muncul secara ujug-ujug di lemari pendingin warung? Jawabnya tidak. Sekaleng Coca-Cola ini hadir melalui serangkaian proses yang panjang. Proses yang bagaimana? Akan kita jawab dalam tulisan ini.

Sudah tentu benda-benda yang ada di lemari pendingin itu dibuat. Benda yang dibuat manusia itu digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Karena kemampuan manusia terbatas, manusia membutuhkan sarana-sarana untuk pemenuhan kebutuhannya. Salah satunya pada masa awal-awal kehadiran nenek moyang manusia, mereka mulai membuat alat-alat sederhana dari batu atau kayu.

 
;