Hari
ini adalah hari tergila ku, hari keterbalikan semua akal logika, hari titik
balik seorang mahasiswa biasa yang terbuang tak memiliki suara menjadi seorang
yang memiliki suara merubah arah perjalanan. Hari yang mencampur aduk perasaan
dipangkal pikiranku, rasa senang, iri, sedih, marah, dan bangga bercampur
menjadi satu melebur dalam keringat perjuangan.
Rasa
senang ku, adalah yang biasanya aku hanya berada dibarisan belakang, suaraku
tak didengar, bahkan aku tak dianggap ada, berniat memberi lebih tapi selalu
dipandang tak berguna, hanya menjadi mahasiswa pendengar dan berteriak tak bersua.
Kemarin suaraku didengar tidak hanya oleh barisan keluargaku saja, namun oleh
seluruh barisan. Senang memang namun tak seseru dibarisan keluarga tercinta.
Lalu
rasa sedihku, adalah karena melihat keluargaku berfikiran dan menatap sinis
keluarga lain saat mereka dengan lantang menjaga keluarganya walaupun dengan
kericuhan. Memang terlihat kekanak-kanakan, namun bukankah keluarga seharusnya
seperti itu ketika satu keluarga kita dipukul anggota keluarga yang lain tidak
hanya bisa tinggal diam, mereka membalas orang yang memukul keluarganya dan
membelanya, walaupun dengan cara yang tidak bijak. Namuan keluarga tersebut
memiliki sosok seorang kepala keluarga yang selalu paling depan menenangkan
keluarga itu dengan arif dan bijak.