Showing posts with label Mahasiswa. Show all posts
Showing posts with label Mahasiswa. Show all posts
Wednesday, December 30, 2020 0 comments

Pandemi Korona Menguak Wajah Kita

 

Dua fenomena yang muncul saat wabah korona merambah di Indonesia adalah sulitnya mengatur penjarakan sosial (social distancing), namun pada saat yang sama muncul pula gerakan volunterisme yang dianggap sebagai cerminan gotong royong. Masyarakat berbondong membuka dapur umum, menyisihkan uang dan barangnya untuk membelikan masker, APD, ventilator. Pertanyaannya adalah, mengapa penjarakan sosial cukup sulit di lakukan di Indonesia? Apakah gotong royong dan voluntarisme, adalah sifat alami dari masyarakat Indonesia atau ia reaksi terhadap kondisi politik ekonomi saat ini?

Mengapa Social Distance Sulit Diterapkan

Sulitnya penerapan social distancing bukan karena watak esensial masyarakat kita yang komunal. Kerekatan sosial adalah reaksi terhadap corak pemerintahan kita yang selama ini minim dalam menyediakan sistem kesejahteraan terhadap masyarakatnya.

Thursday, December 17, 2020 0 comments

Membayangkan Politik Dunia Setelah Korona

“Di abad ke-21, perasaan bukan lagi algoritma terbaik di dunia.”

—Yuval Noah Harari, Homo Deus

“Prinsip kepemilikan-diri adalah sebuah prinsip yang menempati kedudukan penting dalam ideologi kapitalisme. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak milik pribadi yang utuh atas diri dan tenaganya sendiri.”

—G.A. Cohen, Self-Ownership, Freedom and Equality

SEPERTI halnya dalam ekonomi, COVID-19 adalah sebuah keadaan kahar dalam politik dunia. Keadaan ini membatalkan begitu banyak asumsi politik sehari-hari kita. Hampir seluruh segi kehidupan politik kita bertopang pada mobilisasi rakyat banyak: mobilisasi suara, mobilisasi massa di jalanan, mobilisasi kekuatan bersama yang di Indonesia dikenal sebagai gotong royong. Itulah juga yang menandai demokrasi yang kita kenal selama ini. Kaitan itu begitu eratnya hingga kita bisa menyimpulkan: tidak ada demokrasi tanpa keramaian. Hak untuk berkumpul dan membuat keramaian adalah motor yang menggerakkan demokrasi. Dengan penjarakan fisik yang diakibatkan oleh COVID-19, hal-hal itu ditangguhkan buat sementara waktu. Bersama dengan itu banyak segi kehidupan politik kita yang juga tertangguhkan. Maka tidak kelirulah bila dikatakan bahwa virus korona menghadirkan sebuah situasi darurat (state of emergency) dalam tatanan politik global.

Thursday, February 13, 2020 0 comments

Pendidikan Indonesia Di Bawah Kuasa Kapitalisme



Kapitalisme merupakan sistem yang serakah. Segala sesuatu diperdagangkan. Apa yang bisa dijadikan keuntungan akan dihisap, tidak peduli itu menyangkut kepentingan seluruh masyarakat. Bahkanseringkali kepentingan ini mengabaikan unsur kemanusiaan. Kapitalisme sadar bahwa manusia tidak hanya hidup dengan makanan dan minuman. Ada kebutuhan-kebutuhan lain seperti kesehatan dan pendidikan. Mereka paham kalau dalam dunia modern sekarang, manusia butuh pendidikan untuk memenuhi tuntutan kerja. Kebutuhan pendidikan yang seharusnya menjadi tanggungjawab masyarakat dibebankan pada rakyat pekerja.
engan membebankan biaya pendidikan pada rakyat pekerja, kelas kapitalis membuat pasar atas kebutuhan pokok masyarakat ini, sehingga pendidikan menjadi kebutuhan komersil yang menghabiskan jutaan rupiah untuk menebusnya. Tidak heran bila setiap tahun terjadi peningkatan biaya pendidikan. Menurut Badan Pusat Statistik kenaikan ini mencapai 10 persen. Hal sama juga disebutkan oleh lembaga ZAP Finance yang mengatakan bahwa peningkatan ini mencapai 20 persen. Hal ini menjadi parah ketika kenaikan gaji buruh tidak sebanding dengan kenaikan biaya pendidikan.Saat ini kenaikan gaji berkisar antara 7 sampai 10 persen tiap tahunnya.
Para pakar pendidikan berkomentar mengenai ini. Mereka menyalahkan rakyat karena memiliki kesadaran yang rendah mengenai pendidikan. Seperti  yang dituturkan oleh Arief Rachman, salah satu tokoh pendidikan Indonesia:
“Kesadaran berencana rendah, semua tindakan dilakukan serba spontan. ... Begitu mau bayar uang masuk kuliah, baru mikir mau jual perhiasan atau tanah,” begitulah komentar Arief Rachman.
Thursday, October 10, 2019 0 comments

Gerakan Mahasiswa Bangkit Kembali, Kabar Buruk bagi Penguasa!

Demonstrasi mahasiswa pecah. Setelah lebih dari dua dekade jatuhnya kediktatoran Orde Baru gerakan mahasiswa bangkit kembali. Kali ini gerakan memobilisasi dirinya untuk menentang paket perubahan undang-undang yang dianggap kontroversi. Di antaranya yang menyebabkan kemarahan adalah RUU pelemahan terhadap KPK dan beberapa RUU lain yang mencakup kriminalisasi pasangan pra-nikah, pemberangusan terhadap komunisme hingga membuat ilegal menghina presiden. Mereka tahu bahwa pengesahan RUU ini akan menjadi serangan bagi hak asasi manusia, kebebasan berekspresi dan demokrasi, yakni capaian-capaian yang telah dimenangkan oleh Gerakan Reformasi 1998.
Di Jakarta ribuan mahasiswa menduduki kantor DPR. 20 ribu polisi dan tentara dikerahkan. Dalam waktu dua hari kota-kota lain juga menempuh jalan yang sama. Ribuan mahasiswa mengorganisir dirinya keluar dari  kampus-kampus untuk menduduki kantor-kantor pemerintahan. Aparat yang tidak cukup sigap sepertinya terkejut melihat besarnya gerakan ini. Bentrokan pecah di jalanan. Asap gas air mata menyelimuti para demonstran. Respons negara adalah represi langsung. 500 orang dikabarkan ditangkap dan ada 90 lainnya yang dikabarkan hilang . Di Kendari 2 mahasiswa tewas. Di Makassar kendaraan lapis baja menabrakkan dirinya di antara kerumunan demonstran, yang menyebabkan 2 orang luka-luka.
Thursday, March 14, 2019 0 comments

Thesis Mahasiswa Menurut Analisis Marxis


Pengamatan terbaru terhadap mahasiswa saat ini :
1.      Saya kecewa ketika para mahasiswa tidak bertindak sebagai mahasiswa lagi. Pengungkapan 3 konsep fungsi mahasiswa yang pernah saya tulis dan saya sampaikan tidak lagi dijiwai oleh para mahasiswa tersebut.
2.      Beberapa missal sederhana tentang bobroknya mahasiswa masa kini salah satunya adalah membaca presentasi bukan mempresentasikan bacaan. Hal ini adalah salah satu bukti kemunduran intelektual mahasiswa. Padahal tugas mahasiswa sebagai pengembang ilmu sudah sepantasnya memberikan pengajaran argumentatif dengan kajian yang sudah cukup mendalam.
3.      Memang diakui, kreatifitas mahasiswa saat ini mencapai tingkat yang inovatif, berarti para mahasiswa berhasil mengembangkan kemampuan seni dan verbalistiknya secara tajam dan mendalam.
4.      Beberapa mahasiswa secara sadar merubah dirinya menjadi seorang yang revolusioner juga mengaku sebagai motor penggerak rakyat, tetapi sekali lagi mereka melupakan salah satu fungsi pokok mahasiswa yaitu berpikir kritis solutif.
5.      Adapun yang berpikir kritis, tetapi hanya menjadi bumbu omong kosong yang nyata. Apalagi disertai dengan tindakan yang tidak mencerminkan mereka sebagai seorang intelektual terdidik.
6.      Beberapa sanggup mengembangkan ilmu hingga ke tingkat yang paling membanggakan, tetapi mereka salah menafsirkan sehingga muncul persepsi egoisitas dan hilangnya rasa Sosialisme Intelektual di kalangan mereka.
7.      Beberapa dari mereka mencoba bergabung atau membentuk organisasi berlatar belakang paham kiri. Mahasiswa seperti ini sadar akan tujuan dari oposisi pemerintahan, tetapi tidak disertai kajian yang dalam, kita mengetahui bahwa jika paham merah tersebut tidak di mengerti dengan benar akan menimbulkan salah artian atau persepsi negative yang menjurus ke tindakan ekstrimitas yang ceroboh.
8.      Karena semakin maraknya Universalisme dalam paham Kapital – Liberal, maka mahasiswa sebagai garda depan tidak luput dari imbas tersebut. Hasilnya mereka semakin individualistis dan tidak lagi mencerminkan Sosialitas, jauh dari asas pokok bangsa Indonesia yang pernah di sampaikan Bung Karno yaitu “Gotong Royong”.
9.      Beberapa mahasiswa yang saya apresiasi adalah karena mereka mencoba memurnikan ajaran Pancasila. Seperti yang kita ketahui, merebaknya Universalisme Liberal telah mengubah arah dari filsafat Pancasila yang tidak lagi murni seperti pada awalnya.
10.  Organisasi – organisasi Mahasiswa masa kini yang berbeda asas dan paham seringkali bertikai, lebih parahnya lagi mereka mengakui hal itu terjadi karena atas nama rakyat.
11.  Pokok – pokok yang terjadi di atas adalah karena mereka kehilangan salah satu asas pokok kehidupan mansia yaitu agama. Mereka mencoba menyalahkan agama atas apa yang telah terjadi di kalangan masyarakat, yaitu pertentangan antar kelas, atau lebih parahnya lagi pertikaian, mengacu kepada pemikiran Marx yang disalah artikan oleh mereka.
12.  Pokok – pokok tersebut harusnya di kritisasi sehingga menghasilkan suatu solusi dari arah pergerakan mahasiswa Indonesia kedepannya, bukan menjadi suatu These yang tiada artinya sama sekali.

Antithese dari These Tentang Mahasiswa saat ini
1.            Mengembangkan 3 fungsi pokok kemahasiswaan yang pernah saya sampaikan pada forum diskusi atau tulisan – tulisan sebelumnya.
2.            Menghilangkan dan menghindari arus Universalisme paham Kapital – Liberal yang tidak sesuai dengan asas bangsa Indonesia yaitu “Gotong Royong”.
3.            Menerapkan prinsip Sosialisme Intelektual dengan menilik dari ajaran Robert Owen, Marx, Engels, dan para tokoh pergerakan Indonesia pada masa awal kemerdekaan.
4.            Mengembangkan salah satu asas pokok kehidupan manusia yaitu keagamaan, tentunya bukan berarti kita harus menelan mentah – mentah ajaran agama, tetapi melalui kajian yang dalam sehingga kita paham apa sebenarnya fungsi agama tersebut di masyarakat.

Synthese Mahasiswa saat ini
“ Menciptakan mahasiswa yang memiliki modal yang cukup untuk menjadi pengemban intelektual ilmiah yang berasaskan Sosialisme Agama dan menjadi motor penggerak bangsa Indonesia yang berada di garda depan dalam membawa arus masyarakat ke kehidupan yang modern dan sejahtera serta bisa bersaing dengan bangsa yang lainnya di dunia.”
Monday, June 27, 2016 1 comments

[Impian] Membangun Kampus Melalui Lembaga Eksekutif (Bagian 1)



Hidup Mahasiswa!!!
Melihat dari kinerja sejauh ini, BEM kema Tel-U(kabinet 2014, Kabinet 2015 maupun kabinet 2016) menurut opini saya belum mampu membentuk lingkungan kampus yang ideal untuk membuat perubahan yang sangat signifikan terhadap permasalahan diinternal(atau mungkin angan-angan saya yang kentinggian, hehehhe). Bahkan banyak terdengar suara sumbang dari mahasiswa bahkan dari beberapa lembaga internal kampus pun ikut-ikutan berbisik atas ketidak puasan mereka terhadap kinerja BEM kema Telkom yang sudah berusia hampir tiga tahun ini.
Jika dilihat dari usia yang hampir menginjak angka tiga tahun, maka seharusnya BEM kema Telkom sudah mampu membuat dasar pondasi yang kuat untuk memulai menjalankan program-program kerja jangka panjang yang selaras dengan visi/misi institusi. Dari pandangan saya, kongres mahasiswa yang dilaksanaka pada awal tahun mampu menghasilkan kesepakatan sebuah blueprint program kerja kontinu (program kerja jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang).
Program kerja yang dibuat untuk pembangunan yang maksimal, jadi saat pergantian presiden tidak selalu dimulai dari awal, melainkan meneruskan program kerja jangka panjang yang sesuai kebutuhan dan tujuan dibentuknya KEMA tel-u. Presiden mahasiswa yang baru dilantik dapat melaksanakan program-program kerjanya selama jabatan, namun harus ikut serta pula mensukseskan program kerja jangka panjang yang telah menjadi hasil kesepakatan didalam kongres mahasiswa diawal tahun.
Mungkin saya akan sedikit bercerita tentang angan-angan saya untuk gambaran jangka panjang untuk BEM Kema Tel-U yang saya cintai ini:
Tuesday, March 10, 2015 0 comments

Buktikan Totalitas dengan Kerja Keras

gambar dari sini
Akhir-akhir ini aku jadi malas untuk menulis, ya… sibuk. Alasan yang dari dulu menurutku kurang valid, bagai mana tidak? Setiap kali terlambat posting blog selalu alasan sibuk, ndak ada waktu, banyak tugas, sedang ujian. Namun disela-sela itu semua aku selalu memiliki waktu untuk nonton drama korea, selalu bisa menyempatkan maen game, lalu kenapa tidak memiliki waktu untuk nulis? Jawabanya entahlah, aku selalu sibuk mencari alasan atau benar-benar lelah.
“Pengkerdilan salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.”
Tak ku sangka setelah aku masuk dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), semua jadwal dalam hidupku berubah total, yang dulu aku sibuk dengan tugas, bermain, dan kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang semua aku ikuti. Kacau balau hanya dengan bergabung satu organisasi(BEM), semua tanggung jawab diUKM aku lepas, semua waktu bermain dengan sahabat-sahabatku berkurang, waktu tidurpun semakin sedikit, dan yang paling krusial adalah waktu membaca dan menulis ku terganggu sekali.
 
;