Alan Woods dan Ted Grants, seorang revolusioner yg
berasal dari International Marxism Tendency (yg merupakan kelanjutan dari
Internationale IV) telah mengarang buku yg menjelaskan bagaimana MDH berlaku
dalam alam semesta dan kehidupannya - Reason on Revolt. Kedua orang tersebut
telah berhasil merangkum seluruh ilmu pengetahuan dan menganalisanya
teori-teori tersebut dengan analisa MDH. Alhasil, banyak kesimpulan-kesimpulan
yg briliant yg bisa kita ambil dari buku tersebut, yaitu kebenaran Darwinisme,
Dialektika tanpa akhir yg berlaku terhadap alam semesta, Dialektika dalam
geologi, dan hancurnya nilai mistisme dalam kehidupan. Tak segan-segan, kedua
orang tersebut bahkan menuduh Stephen Hawking sebagai seorang idealis
tanggungan. Tetapi sebelum mereka berdua membuat buku tersebut, Tan Malaka pada
awal kemerdekaan Indonesia telah membuktikan kebenaran MDH melalui analisanya
yg berjudul MADILOG.
MADILOG, banyak orang yg menyatakan bahwa risalah
tersebut merupakan pemikiran Tan Malaka yg orisinil. Bahkan, tidak sedikit yg
menyatakan bahwa risalah tersebut adalah MDH ala Indonesia atau lebih kejamnya
lagi menyebut risalah tersebut sebagai kumpulan pemikiran yg revisionis.
Agaknya terlalu berlebihan jika kita menyebut Tan Malaka sebagai seorang
revisionis. Pasalnya, Tan Malaka adalah seorang yg amat mengagumi analisa Lenin
dan Revolusi Oktober, terlebih lagi, ia amat membenci Stalin namun tidak mau
disebut Trotskyis. Alhasil, ia dibenci partai komunis serta blok imperialis.
Inilah yg membuatnya dituduh sebagai revisionis
kesepian. Suatu kesalahan pula bagi partai murba yg membakukan ajarannya
sebagai murbaisme. Mungkin hal itu dikarenakan Tan Malaka mempunyai pandangan
sendiri dalam penempatan kelas pekerja sebagai garda depan rakyat. Tetapi
sebelum kita mengulik lebih jauh soal pemikiran Tan Malaka, kita perlu mengulik
madilog sebagai dasar dari seluruh pemikiran Tan Malaka.
Memangnya apa isi dari madilog tersebut ?
Sama halnya dengan Reason on Revolt yg merupakan
analisa MDH terhadap segala jenis pengetahuan mengenai alam semesta, madilog
pun demikian. Namun perbedaan susunan penulisan menjadikan madilog sangat
menarik untuk diulik. Madilog di awali dengan penjelasan mengenai Logika Mistika
dan di akhiri dengan Logika Ilmiah. Sedangkan mengenai Materialisme Dialektika
menjadi bagian isi yg banyak di bahas dalam pertengahan isi buku. Tan Malaka
mencoba memberikan gambaran mengenai kesalahan berpikir jika kita memakai
Logika Mistika. Maksud dari Logika Mistika menurut Tan Malaka merupakan cara
berpikir dengan melibatkan sarana spiritual sebagai basis utamanya sehingga
seperti apa yg ditulis Tan Malaka, bahwa tidak mungkin penciptaan alam semesta
hanya sekedar ucapan "pada mulanya ialah firman" atau "maka
berfirmanlah maha dewa Ra".
Seperti yg di ungkapkan Alan Woods, bahwa apa yg
bermula tidak mungkin tercipta hanya melalui ucapan-ucapan firman Yg Maha
Kuasa. Semua membutuhkan proses-proses lompatan kuantitatif menjadi kualitatif.
Inilah mengapa cara berpikir dengan Logika Mistika merupakan cara berpikir
orang yg malas berpikir dengan menggantungkan kesimpulan selalu pada firman
Tuhan yg menurut kaum agamawan memang benar.
Setelah memberikan penjelasan mengenai Logika Mistika,
Tan Malaka memberikan gambaran mengenai pertempuran filsafat antara Idealisme
dengan Materialisme yg pada akhirnya dimenangkan oleh Materialisme dengan
tampilnya para filsuf Materialis Mekanis di akhir abad kegelapan. Marx sendiri
muncul sebagai pemikir puncak Materialisme yg menggunakan Dialektika dalam
menjelaskan pandangan mengenai dunia dan masyarakatnya. Tan Malaka mencoba
memberikan pendekatan ilmiah mengenai Materialisme dengan munculnya teori-teori
yg sanggup membuka kebobrokan cara berpikir Logika Mistika. Tidak hanya itu, ia
sanggup menjelaskan analisa pemikiran para ilmuwan dengan jalan MDH.
Dialektika menjadi isi madilog selanjutnya. Tan Malaka
memberikan analisa panjang mengenai sejarah Dialektika dari Socrates hingga
Marx. Ia menjelaskan bahwa Dialektika yg dipadu dengan Materialisme menjadi
suatu filsafat analisa yg sempurna. Tak tanggung-tanggung, ia memberikan
berbagai contoh yg membuktikan kebenaran analisa Materialisme Dialektika. Kunci
Dialektika menurutnya terletak pada susunan thesis-antithesis-sintesis. Sistem
Dialektika yg sederhana tersebut dikembangkan oleh Hegel untuk menjelaskan
bagaimana manusia mengalami perkembangan dari sejak zaman dahulu hingga kini.
Namun, Tan Malaka mengakui bahwa Dialektika Hegel mempunyai kekurangan,
sehingga tampilnya Marx memberikan kesempurnaan terhadap Dialektika. 3 hukum
Dialektika dipertegas oleh Friederick Engels sebagai cara berpikir untuk
menjelaskan hal ihwal keduniaan.
Tan Malaka menyetujui hal tersebut dengan memberikan
apresiasi besarnya terhadap teori evolusi Darwin sebagai teori yg sanggup
memberikan pandangan Materialisme Historis dalam perjalanan perkembangan
makhluk hidup. Tan Malaka juga menuliskan bahwa sejatinya perkembangan manusia
terjadi karena adanya peran "kerja" dalam memproduksi setiap kebutuhannya.
Inilah mengapa Tan Malaka mengakui kebenaran Darwinisme karena ia sesuai dengan
Materialisme Dialektika.
Pasal selanjutnya, Tan Malaka menjabarkan mengenai
peran "Logika" dalam cara berpikir karena menurutnya, Dialektika saja
tidak cukup untuk memberikan pandangan mengenai keduniaan. Ini bukanlah
pemikiran revisionis, namun merupakan suatu pemikiran rasional. Engels sendiri
berkata dalam risalahnya, Ludwig Feuerbach dan Akhir Filsafat Klasik Jerman
bahwa Logika Formal menjadi kunci keberhasilan cara berpikir Dialektika. Namun
tidak semerta-merta bahwa Logika Formal menjadi cara berpikir pula.
Dalam buku "Logika Marx" karya Ernst Mendel
dijelaskan bahwa Logika Formal bukanlah metode berpikir yg tepat, namun ia
menjadi penerang dari proses Dialektika yg ada. Inilah yg coba dijelaskan oleh
Tan Malaka. Tan Malaka memulainya dengan pengertian Logika hingga tunduknya
Logika di bawah Dialektika. Sebuah kesalahan fakltal jika menyebut Tan Malaka
sebagai revisionis, padahal ia belum memahami struktur penulisan Madilog. Tan
Malaka sendiri mengakui kelemahan logika dan keunggulan Dialektika sebagai cara
berpikir.
Risalah Madilog diakhiri dengan analisa terhadap
seluruh gerakan alam semesta. Tan Malaka menyuguhkan perbandingan analisa yg
menggunakan Materialisme Dialektika dengan Logika formal. Tan Malaka
memperlihatkan bahwa logika formal sangat lemah untuk dijadikan pisau analisa,
namun bisa digunakan untuk menyokong analisa Dialektika. Sebelum Tan Malaka,
Karl Kautsky, Lenin, dan Plekhanov telah mengakui hal tersebut. Logika formal
sangatlah lemah namun ia bisa menyokong analisa dialektika.
Lalu dimana letak Materialisme Historis dalam madilog ?
Engels menyebutkan bahwa Materialisme Historis
merupakan analisa sejarah manusia dengan menggunakan Materialisme Dialektika. Pernyataan
senada juga diungkapkan oleh Lenin, Plekhanov dan tentunya Alan Woods dalam
Reason on Revoltnya. Dengan merujuk kepada pengertian diatas, kita bisa menebak
dimana Tan Malaka menempatkan Materialisme Historis dalam madilog. Tentunya bab
mengenai Dialektika cukup membuktikan bahwa manusia berkembang menurut
perkembangan corak produksinya.
Tan Malaka memang tidak mwnegaskan hal tersebut, namun
cukup untuk memberikan bukti bahwa Materialisme Historis memang dibahas dalam
madilog. Kita bisa menemukan Materialisme Historis dalam risalahnya yg lain, yg
berjudul "Pandangan Hidup". Dalam risalah tersebut, Tan Malaka cukup
lugas memberikan penjelasan mengenai bagaimana manusia berkembang berdasarkan
corak produksinya.
Sebelum menentukan apakah Tan Malaka itu seorang
revisionis atau bukan, ada baiknya perlu untuk membaca karya asli Marx dan
Engels dalam risalah-risalah "Kata Pengantar pada Sumbangan Kritik
Terhadap Ekonomi Politik", "Kata Pengantar edisi pertama Das
Kapital", "Ludwig Feuerbach dan Akhir dari Filsafat Klasik
Jerman", "Anti Duhring", "Peranan Kerja dalam Masa
Peralihan dari Kera Menjadi Manusia", "Grundise",
"Manifesto Partai Komunis", "Ideologi Jerman", dan
"Manuskrip Paris". Selain itu, ada baiknya kita juga memahami karya
Lenin yg berjudul "Materialisme dan Empiriokritisme" sehingga kita
paham betul mengenai dasar-dasar dari Materialisme Dialektika dan Historis.
Kebanyakan ahli Marxis yg menyebut Tan Malaka sebagai
revisionis ialah karena dendam politik mereka terhadap Tan Malaka seperti para
stalinis PKI. Yg terbuka pikirannya ialah para pendukung Persatuan Perjuangan
seperti Iwa Kusumasumantri dan Chaerul Saleh. Sedangkan murbaisme merupakan
suatu hiperbola dari para fans fanatik beliau. Sama halnya dengan membakukan
ajaran Leninisme yg dilakukan oleh Stalin sebagai bentuk Marxisme ala Rusia,
Murbaisme menjadi bentuk Marxisme yg dibakukan sebagai pesaing ketat dari
Marhaenisme dalam merebut hegemoni kelas pekerja. Padahal, hal demikian lah yg
menjadikan Marxisme banyak terpecah. Apakah hal tersebut dapat dikategorikan
sebagai Revisionis ? John Myleunix dalam bukunya "Mana Tradisi Marxis yg
Sejati" telah membuka kemunafikan para revisionis bahwa Marxisme sejati
bukanlah Marxisme ala Stalin, PKI, Soekarno, Mao, Ho Cinh Min, Castro, ataupun
Tito. Marxisme sejati ialah yg sepemikiran dengan Lenin, Rossa, Trotsky,
ataupun Plekhanov di masa muda. Inilah mengapa penting untuk membaca
keseluruhan dari sebuah teori sebelum mengkritiknya.
0 comments:
Post a Comment