Monday, December 4, 2017

Analisa Materialisme Dialektika Dan Historis Versi Tan Malaka


Alan Woods dan Ted Grants, seorang revolusioner yg berasal dari International Marxism Tendency (yg merupakan kelanjutan dari Internationale IV) telah mengarang buku yg menjelaskan bagaimana MDH berlaku dalam alam semesta dan kehidupannya - Reason on Revolt. Kedua orang tersebut telah berhasil merangkum seluruh ilmu pengetahuan dan menganalisanya teori-teori tersebut dengan analisa MDH. Alhasil, banyak kesimpulan-kesimpulan yg briliant yg bisa kita ambil dari buku tersebut, yaitu kebenaran Darwinisme, Dialektika tanpa akhir yg berlaku terhadap alam semesta, Dialektika dalam geologi, dan hancurnya nilai mistisme dalam kehidupan. Tak segan-segan, kedua orang tersebut bahkan menuduh Stephen Hawking sebagai seorang idealis tanggungan. Tetapi sebelum mereka berdua membuat buku tersebut, Tan Malaka pada awal kemerdekaan Indonesia telah membuktikan kebenaran MDH melalui analisanya yg berjudul MADILOG.
MADILOG, banyak orang yg menyatakan bahwa risalah tersebut merupakan pemikiran Tan Malaka yg orisinil. Bahkan, tidak sedikit yg menyatakan bahwa risalah tersebut adalah MDH ala Indonesia atau lebih kejamnya lagi menyebut risalah tersebut sebagai kumpulan pemikiran yg revisionis. Agaknya terlalu berlebihan jika kita menyebut Tan Malaka sebagai seorang revisionis. Pasalnya, Tan Malaka adalah seorang yg amat mengagumi analisa Lenin dan Revolusi Oktober, terlebih lagi, ia amat membenci Stalin namun tidak mau disebut Trotskyis. Alhasil, ia dibenci partai komunis serta blok imperialis.

Inilah yg membuatnya dituduh sebagai revisionis kesepian. Suatu kesalahan pula bagi partai murba yg membakukan ajarannya sebagai murbaisme. Mungkin hal itu dikarenakan Tan Malaka mempunyai pandangan sendiri dalam penempatan kelas pekerja sebagai garda depan rakyat. Tetapi sebelum kita mengulik lebih jauh soal pemikiran Tan Malaka, kita perlu mengulik madilog sebagai dasar dari seluruh pemikiran Tan Malaka.

Memangnya apa isi dari madilog tersebut ?
Sama halnya dengan Reason on Revolt yg merupakan analisa MDH terhadap segala jenis pengetahuan mengenai alam semesta, madilog pun demikian. Namun perbedaan susunan penulisan menjadikan madilog sangat menarik untuk diulik. Madilog di awali dengan penjelasan mengenai Logika Mistika dan di akhiri dengan Logika Ilmiah. Sedangkan mengenai Materialisme Dialektika menjadi bagian isi yg banyak di bahas dalam pertengahan isi buku. Tan Malaka mencoba memberikan gambaran mengenai kesalahan berpikir jika kita memakai Logika Mistika. Maksud dari Logika Mistika menurut Tan Malaka merupakan cara berpikir dengan melibatkan sarana spiritual sebagai basis utamanya sehingga seperti apa yg ditulis Tan Malaka, bahwa tidak mungkin penciptaan alam semesta hanya sekedar ucapan "pada mulanya ialah firman" atau "maka berfirmanlah maha dewa Ra".
Seperti yg di ungkapkan Alan Woods, bahwa apa yg bermula tidak mungkin tercipta hanya melalui ucapan-ucapan firman Yg Maha Kuasa. Semua membutuhkan proses-proses lompatan kuantitatif menjadi kualitatif. Inilah mengapa cara berpikir dengan Logika Mistika merupakan cara berpikir orang yg malas berpikir dengan menggantungkan kesimpulan selalu pada firman Tuhan yg menurut kaum agamawan memang benar.
Setelah memberikan penjelasan mengenai Logika Mistika, Tan Malaka memberikan gambaran mengenai pertempuran filsafat antara Idealisme dengan Materialisme yg pada akhirnya dimenangkan oleh Materialisme dengan tampilnya para filsuf Materialis Mekanis di akhir abad kegelapan. Marx sendiri muncul sebagai pemikir puncak Materialisme yg menggunakan Dialektika dalam menjelaskan pandangan mengenai dunia dan masyarakatnya. Tan Malaka mencoba memberikan pendekatan ilmiah mengenai Materialisme dengan munculnya teori-teori yg sanggup membuka kebobrokan cara berpikir Logika Mistika. Tidak hanya itu, ia sanggup menjelaskan analisa pemikiran para ilmuwan dengan jalan MDH.
Dialektika menjadi isi madilog selanjutnya. Tan Malaka memberikan analisa panjang mengenai sejarah Dialektika dari Socrates hingga Marx. Ia menjelaskan bahwa Dialektika yg dipadu dengan Materialisme menjadi suatu filsafat analisa yg sempurna. Tak tanggung-tanggung, ia memberikan berbagai contoh yg membuktikan kebenaran analisa Materialisme Dialektika. Kunci Dialektika menurutnya terletak pada susunan thesis-antithesis-sintesis. Sistem Dialektika yg sederhana tersebut dikembangkan oleh Hegel untuk menjelaskan bagaimana manusia mengalami perkembangan dari sejak zaman dahulu hingga kini. Namun, Tan Malaka mengakui bahwa Dialektika Hegel mempunyai kekurangan, sehingga tampilnya Marx memberikan kesempurnaan terhadap Dialektika. 3 hukum Dialektika dipertegas oleh Friederick Engels sebagai cara berpikir untuk menjelaskan hal ihwal keduniaan.
Tan Malaka menyetujui hal tersebut dengan memberikan apresiasi besarnya terhadap teori evolusi Darwin sebagai teori yg sanggup memberikan pandangan Materialisme Historis dalam perjalanan perkembangan makhluk hidup. Tan Malaka juga menuliskan bahwa sejatinya perkembangan manusia terjadi karena adanya peran "kerja" dalam memproduksi setiap kebutuhannya. Inilah mengapa Tan Malaka mengakui kebenaran Darwinisme karena ia sesuai dengan Materialisme Dialektika.
Pasal selanjutnya, Tan Malaka menjabarkan mengenai peran "Logika" dalam cara berpikir karena menurutnya, Dialektika saja tidak cukup untuk memberikan pandangan mengenai keduniaan. Ini bukanlah pemikiran revisionis, namun merupakan suatu pemikiran rasional. Engels sendiri berkata dalam risalahnya, Ludwig Feuerbach dan Akhir Filsafat Klasik Jerman bahwa Logika Formal menjadi kunci keberhasilan cara berpikir Dialektika. Namun tidak semerta-merta bahwa Logika Formal menjadi cara berpikir pula.
Dalam buku "Logika Marx" karya Ernst Mendel dijelaskan bahwa Logika Formal bukanlah metode berpikir yg tepat, namun ia menjadi penerang dari proses Dialektika yg ada. Inilah yg coba dijelaskan oleh Tan Malaka. Tan Malaka memulainya dengan pengertian Logika hingga tunduknya Logika di bawah Dialektika. Sebuah kesalahan fakltal jika menyebut Tan Malaka sebagai revisionis, padahal ia belum memahami struktur penulisan Madilog. Tan Malaka sendiri mengakui kelemahan logika dan keunggulan Dialektika sebagai cara berpikir.
Risalah Madilog diakhiri dengan analisa terhadap seluruh gerakan alam semesta. Tan Malaka menyuguhkan perbandingan analisa yg menggunakan Materialisme Dialektika dengan Logika formal. Tan Malaka memperlihatkan bahwa logika formal sangat lemah untuk dijadikan pisau analisa, namun bisa digunakan untuk menyokong analisa Dialektika. Sebelum Tan Malaka, Karl Kautsky, Lenin, dan Plekhanov telah mengakui hal tersebut. Logika formal sangatlah lemah namun ia bisa menyokong analisa dialektika.

Lalu dimana letak Materialisme Historis dalam madilog ?
Engels menyebutkan bahwa Materialisme Historis merupakan analisa sejarah manusia dengan menggunakan Materialisme Dialektika. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Lenin, Plekhanov dan tentunya Alan Woods dalam Reason on Revoltnya. Dengan merujuk kepada pengertian diatas, kita bisa menebak dimana Tan Malaka menempatkan Materialisme Historis dalam madilog. Tentunya bab mengenai Dialektika cukup membuktikan bahwa manusia berkembang menurut perkembangan corak produksinya.
Tan Malaka memang tidak mwnegaskan hal tersebut, namun cukup untuk memberikan bukti bahwa Materialisme Historis memang dibahas dalam madilog. Kita bisa menemukan Materialisme Historis dalam risalahnya yg lain, yg berjudul "Pandangan Hidup". Dalam risalah tersebut, Tan Malaka cukup lugas memberikan penjelasan mengenai bagaimana manusia berkembang berdasarkan corak produksinya.
Sebelum menentukan apakah Tan Malaka itu seorang revisionis atau bukan, ada baiknya perlu untuk membaca karya asli Marx dan Engels dalam risalah-risalah "Kata Pengantar pada Sumbangan Kritik Terhadap Ekonomi Politik", "Kata Pengantar edisi pertama Das Kapital", "Ludwig Feuerbach dan Akhir dari Filsafat Klasik Jerman", "Anti Duhring", "Peranan Kerja dalam Masa Peralihan dari Kera Menjadi Manusia", "Grundise", "Manifesto Partai Komunis", "Ideologi Jerman", dan "Manuskrip Paris". Selain itu, ada baiknya kita juga memahami karya Lenin yg berjudul "Materialisme dan Empiriokritisme" sehingga kita paham betul mengenai dasar-dasar dari Materialisme Dialektika dan Historis.
Kebanyakan ahli Marxis yg menyebut Tan Malaka sebagai revisionis ialah karena dendam politik mereka terhadap Tan Malaka seperti para stalinis PKI. Yg terbuka pikirannya ialah para pendukung Persatuan Perjuangan seperti Iwa Kusumasumantri dan Chaerul Saleh. Sedangkan murbaisme merupakan suatu hiperbola dari para fans fanatik beliau. Sama halnya dengan membakukan ajaran Leninisme yg dilakukan oleh Stalin sebagai bentuk Marxisme ala Rusia, Murbaisme menjadi bentuk Marxisme yg dibakukan sebagai pesaing ketat dari Marhaenisme dalam merebut hegemoni kelas pekerja. Padahal, hal demikian lah yg menjadikan Marxisme banyak terpecah. Apakah hal tersebut dapat dikategorikan sebagai Revisionis ? John Myleunix dalam bukunya "Mana Tradisi Marxis yg Sejati" telah membuka kemunafikan para revisionis bahwa Marxisme sejati bukanlah Marxisme ala Stalin, PKI, Soekarno, Mao, Ho Cinh Min, Castro, ataupun Tito. Marxisme sejati ialah yg sepemikiran dengan Lenin, Rossa, Trotsky, ataupun Plekhanov di masa muda. Inilah mengapa penting untuk membaca keseluruhan dari sebuah teori sebelum mengkritiknya.

0 comments:

Post a Comment

 
;