Showing posts with label Resensi Film. Show all posts
Showing posts with label Resensi Film. Show all posts
Friday, October 16, 2020 0 comments

Prakerja, Cilaka, Minerba: Memanjakan Kapitalis, Menindas Pekerja

 

Virus Covid-19 tak hanya cepat menular dan membunuh manusia. Ia juga dengan gesit menggerogoti jantung perekonomian kapitalisme. Imbasnya, kapitalis tidak mempunyai jalan lain selain memecat sepihak buruhnya demi mengantisipasi kebangkrutan. Mayoritas buruh dipecat tanpa diberi pesangon. Mereka kemudian berduyun-duyun ke jalan, menggalang aksi menuntut pesangon serta nasib mereka kelak.

Dalam situasi kalut itu, pemerintah lalu meluncurkan kartu prakerja, yang sebenarnya merupakan program Jokowi dalam kampanyenya setahun silam. Kartu ini diharapkan menjadi solusi mengentaskan masalah para buruh sekarang.

Pada saat bersamaan, pemerintah juga mengesahkan RUU Minerba yang telah dibahas oleh panja RUU Minerba Komisi VII DPR RI dari Februari-Mei. Selain itu, pemerintah juga membahas RUU Cilaka (Cipta Lapangan Kerja) atau Cika. Kedua RUU tersebut ditargetkan pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan guna mengatasi pengangguran.

Saturday, March 30, 2019 0 comments

Resensi film “Young Karl Marx”



Karl Marx dan sahabat karib dan intelektualnya Friedrich Engels adalah dua tokoh yang namanya paling terkenal dalam sejarah modern. Gagasan yang mereka telurkan telah mengubah sejarah dunia dan akan terus mengubahnya. Film “Le jeune Karl Marx” atau Karl Marx Muda, karya sutradara Raoul Peck dari Haiti, yang dirilis pada awal 2017 menceritakan masa muda kedua figur penting ini, bagaimana mereka bertemu dan lalu berkolaborasi untuk melawan kapitalisme.  Walau judul filmnya hanya mengandung nama Marx, tetapi film ini sesungguhnya juga bercerita mengenai Engels. Ini seperti banyak tulisan Marx, yang juga adalah hasil kolaborasi intelektual dengan Engels. Begitu pula sebaliknya. Tidak ada Marx tanpa Engels, dan tidak ada Engels tanpa Marx.
Film ini mengambil setting pada tahun 1843, ketika negeri-negeri di Eropa diguncang gejolak sosialpolitik dan bertabur letupan-letupan revolusi yang lahir dari resesi, krisis ekonomi, dan kelaparan. Monarki absolut sedang diambang perubahan besar, terutama di Jerman. Sedang di Inggris perkembangan kapitalisme memuncak dalam Revolusi Industri, yang niscaya melahirkan kelas baru, yakni proletariat. Banyak organisasi-organisasi buruh didirikan sebagai respons atas penghisapan yang dialami kelas pekerja, tetapi mereka masih memiliki cita-cita sosialisme utopis, seperti yang termaktub dalam slogan “All men are brothers” atau “semua orang adalah saudara.”Di latar belakang ini hadir dua pemuda, Marx yang baru berumur 25 tahun, dan Engels 23 tahun.
Saturday, January 20, 2018 0 comments

“PANDANGAN SEORANG MARXIS TERHADAP SEJARAH MANUSIA”

Sejarah adalah sebuah ilmu yang mempelajari masa lampau, setidaknya itu merupakan esensi etimologi yang sederhana tentang sejarah. Dalam artian yang lebih besarnya, sejarah merupakan sistem kronologis waktu yang membahas tentang kemanusiaan sejak ditemukannya tulisan. Sejarah merupakan sebuah sistem teratur yang berjalan sesuai dengan perjalanan waktu yang bersifat lurus ke depan.
Sejarah dimulai ketika manusia telah mengenal sistem penulisan, setidaknya menurut catatan yang ada, sistem penulisan pertama telah ada sejak 5000 tahun yang lalu di Mesir walaupun ada beberapa yang mengatakan sistem penulisan pertama muncul di Mesopotamia ataupun Lembah Sungai Indus berbentuk piktograf. Sistem penulisan yang demikian di anggap sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia yang pada saat itu lebih mengenal visualisasi dengan bentuk yang mudah di terjemahkan dan di ingat daripada suatu semiotik yang mengandung sistem kerumitan dalam setiap penerjemahannya.
Walaupun sistem penulisan baru di temukan 5000 tahun yang lalu, tetapi bahasa dikabarkan lebih tua lagi usianya dari sistem penulisan. Hal ini dipandang sangat masuk akal karena komunikasi merupakan alat istimewa yang dimiliki oleh Hewan dan manusia dalam berinteraksi secara sosial satu sama lain. Manusia telah sempurna dalam memahami bahasa tersebut walaupun sistem penulisan sebagai bahasa interaksi yang lebih bisu ditemukan jauh setelah manusia mengenal sistem bahasa.
Menurut pemahaman saya, seharusnya suatu sejarah sudah di pelajari sejak manusia mengenal sistem bahasa, karena dari interaksi tersebut muncul cerita turun temurun yang walaupun bersifat sangat mitos tetapi setidaknya mengandung beberapa kesejarahan yang bisa di rasionalitaskan. Semua hal yang berkaitan dengan sejarah pasti rasional, walaupun perlu pemahaman yang dalam untuk menelusuri sejarah masa lampau yang masih mengandalkan bentuk komunikasi lewat bahasa karena manusia masih menggambarkan segala sesuatunya dengan mitos.
Pemahaman yang luar biasa itu harus dimiliki oleh seorang sejarawan sehingga para sejarawan bisa menentukan apa yang sedang terjadi di masa lampau tersebut, bahkan para sejarawan harus mampu menelusuri kisah yang terjadi di masa manusia belum mengenal tulisan. Saya berusaha untuk tidak setuju dengan pendapat mainstream yang mengatakan bahwa sejarah hanya bisa dilacak melalui tulisan saja. Peninggalan arkeologis dan kesusastraan juga bisa menentukan suatu kejadian yang ada di masa lampau dengan penyampaian yang tentunya berbeda dari tulisan.
Setelah kita berteori tentang asal usul kesejarahan manusia yang dapat dilacak melalui interaksi bahasa, kita juga dapat berspekulasi tentang pendapat Marx yang menyatakan bahwa sejarah manusia pada dasarnya tidak jauh dari pertentangan antar kelas. Pemikiran yang demikian bukan tidak ada buktinya, justru bukti tersebut muncul sejak manusia mulai mengenal interaksi sosial.
Marx mengatakan bahwa pertentangan kelas yang terjadi sepanjang kesejarahan manusia terjadi karena adanya faktor kebutuhan manusia itu sendiri, dengan kata lain sejarah pertentangan antar kelas disebabkan oleh munculnya faktor ekonomi. Saya memahami bahwa filsafat kesejarahan Marx yang didasarkan pada faktor ekonomi memang merupakan suatu kebenaran karena manusia secara kodratnya merupakan makhluk hidup yang berusaha hidup dengan memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri ataupun berkelompok. Tetapi Marx mengambil perspektif faktor ekonomi ini dari esensi manusianya sebagai makhluk sosial.
Saya berpendapat bahwa sejarah tercipta karena adanya pertentangan kelas dan kelas yang mempunyai kekuatan yang dominan selalu meraih kemenangan, dengan kemenangan tersebut akan timbul kelas baru yang akan selalu bertentangan dengan kelas yang baru meraih kemenangan tersebut. Dengan kata lain, kita kembali ke dialektika ala Hegel yang menyatakan bahwa dimana ada these selalu adaantithese yang merupakan kontra dari these itu sendiri. Pertentangan yang dialami oleh kedua hal tersebut akan memunculkan suatu kemenangan atau hasil yang disebut dengan synthese. Tetapi synthesetersebut akhirnya akan berubah menjadi these pula sebagai bentuk dasar dari suatu pertentangan.
Pro kontra dalam kesejarahan manusia akan terus muncul secara berulang dan akan selalu menghasilkan suatu synthese secara berulang pula sehingga mau tidak mau manusia terjebak dalam suatu kehidupan yang penuh dengan pertentangan. Marx berpendapat bahwa dialektika tersebut bisa di akhiri ketika suatu antithese berhasil melenyapkan suatu these sehingga tidak memunculkan synthese yang baru lagi. Atau dalam penerapan ilmu sosialnya bisa di bilang kita harus mencapai ke kesadaran masyarakat tanpa kelas yang utopi.
Saya menyadari kita sebagai manusia tidak mungkin mencapai kesadaran masyarakat tanpa kelas tersebut karena pada dasarnya manusia dilahirkan untuk bertentangan satu sama lainnya. Dalam sejarah, kita dapat melihat pertentangan antara kaum peblisit dan kaum patricia, pertentangan antara kaum feodal dengan borjuis, atau pertentangan antara kaum borjuis dengan proletar. Hampir-hampir saya mengambil kesimpulan kalau manusia ini tidak mungkin mencapai suatu kesadaran masyarakat komunis tanpa kelas.
Tetapi saya berpendapat, bisa saja kita mencapai suatu hal yang utopi sekalipun jika kita bisa mengubah sejarah yang demikian statisnya. Kaum proletar yang menjadi bagian penting dalam kehidupan sosialistik bisa saja menjadi akhir dari pertentangan sejarah tersebut. Suatu revolusi merupakan salah satu jalan untuk melenyapkan suatu these.
Kodrat manusia adalah untuk menjadi makhluk sosial, berarti untuk mencapai suatu kesadaran manusia yang demikian utopinya, kita harus kembali ke konteks yang primitif yaitu menghilangkan suatu kepemilikan pribadi atas produksi dan menggantinya dengan kepemilikan bersama yang diatur dalam suatu dewan rakyat (hal ini dinyatakan sebagai bentuk suatu kesadaran masyarakat yang bersifat modern walaupun harus memakai konteks yang primitif).
Dalam memakai konteks yang primitif tersebut, kita harus mengambil suatu jalan revolusi agar kita bisa melenyapkan suatu kelas yang terdiri dari orang-orang yang berkuasa, serakah, atau pemilik modal (dalam hal ini kaum kapitalist karena kaum feodal hampir semuanya merupakan suatu these dari kaum borjuis, pertentangan mereka dianggap telah hilang dan membentuk synthese yang baru yaitu kaum proletar dan kaum komunis).
Setelah suatu kelas tersebut lenyap, proletar dapat menguasai jalan sejarah manusia dan dalam peraturan yang demikian rumitnya, kelas proletar itu sendiri akan lenyap. Pendapat ini mungkin di selewengkan oleh Lenin dengan menciptakan suatu diktator proletariat sehingga nantinya akan memunculkan kasus baru. Suatu kelas baru yang lahir dari kaum proletar itu sendiri, hal ini menyalahi aturan dari Dialektika Hegel itu sendiri.
Untuk menciptakan sejarah baru dengan menghilangkan pertentangan antar kelas tersebut, kelas proletar yang telah memperoleh kemenangan harus berlaku sama rasa sama rata satu dengan yang lainnya sehingga masyarakat mengalami pemerataan ekonomi yang tidak menimbulkan pertentangan yang besar layaknya pertentangan antar kelas.
Saya menyadari bahwa hal yang bersifat utopi yang demikian tidak akan bisa di wujudkan, tetapi setidaknya kita mendekati hal tersebut. Pertentangan memang akan tetap ada hingga sejarah manusia itu sendiri habis, tetapi pertentangan itu akhirnya harus di minimalisir hingga tidak menimbulkan suatusynthese yang baru.
Kembali ke dasar materi, Marx pada dasarnya menamakan filsafat kesejarahannya dengan Historical Materialism. Suatu sejarah yang terjadi karena adanya pertentangan antar kelas yang di dasari pada faktor ekonomi (atau faktor materi). Tetapi saya patut mengkritisi Marx dalam persoalan filsafat ini.
Saya berpendapat Historical Materialism memang merupakan suatu filsafat yang jelas adanya. Ketika kita dihadapi suatu kenyataan bahwa memang pertentangan antar kelas tersebut tidak akan bisa lepas dari faktor materi, tetapi Marx mengesampingkan masalah mistisme yang merupakan bagian yang tak bisa terpisahkan dari sejarah manusia. Walaupun saya sendiri menyadari bahwa hal mistis tersebut diragukan, tetapi setidaknya pengaruh hal tersebut tidak bisa di anggap remeh.
Suatu kemistisan yang di alami oleh manusia merupakan suatu dasar dari kepercayaan manusia terhadap hal gaib, dalam hal ini saya mengatakan bahwa agama manusia yang bersifat konservatif berdasarkan pada hal yang mistis. Seperti kata Feuerbach, agama diciptakan sebagai suatu reaksi dari ketakutan manusia terhadap sesuatu.
Disini letak perbedaan pendapat antara saya dengan senior saya, Marx. Marx hampir-hampir mengesampingkan masalah keagamaan yang juga jadi sebab terjadinya pertentangan antar kelas walaupun memang diakui bahwa faktor ekonomi memang menjadi sebab utama dari sejarah manusia. Argumen saya cukup pada suatu kesimpulan bahwa agama yang dimaksudkan disini adalah agama yang di ekonomikan. Hal ini yang membuat agama tidak suci lagi bagi manusia karena sudah bercampur dengan faktor ekonomi.
Pertentangan antar kelas dalam sejarah juga tidak lepas dari faktor keagamaan seperti yang terjadi pada perang salib, reformasi gereja, ataupun pada masa aufklarung ketika para filsuf sudah mulai gerah dengan gerakan keagamaan yang sudah di ekonomikan. Beberapa faktor lain juga berpengaruh dalam sejarah manusia, tetapi akhirnya kita harus mengakui, manusia saling bertentangan hanya karena adanya masalah kebutuhan.
Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa Historical Materialism yang merupakan dasar dari filsafat Marx tentang sejarah mengandung arti bahwa sejarah manusia memang tidak luput dari faktor materi sehingga terjadi pertentangan antar kelas, walaupun seperti pendapat saya tadi bahwa faktor agama memang tidak bisa di remehkan sebagai suatu kekuatan untuk mengontrol sejarah manusia, tetapi dalam hal ini saya berpendapat bahwa faktor agama juga tidak bisa lepas dari faktor kebutuhan atau sistem tersebut menjadi sebuah sistem “agama yang di ekonomikan”.
Dengan sistem yang demikian, manusia akan menjadi gerah dengan agama-agama kolot yang tidak lagi menjadi pusat untuk melindungi diri dari suatu kemerosotan ekonomi tetapi tidak lebih dari sekedar alat kaum feodal dan borjuis untuk menguasai pikiran kaum proletariat agar tetap menjadi kelas yang tertindas selamanya. Mungkin faktor inilah yang membuat Marx menyatakan secara tegas bahwa “Agama adalah suatu candu bagi masyarakat”.
Tetapi saya percaya, setiap agama adalah persepsi pribadi dari individu, oleh karena itu bahkan faktor agama pun tidak lagi bisa menjadi suatu alasan kuat untuk menghasilkan suatu pertentangan antar kelas walaupun sebenarnya itu terjadi bagi agama yang konservatif. Lain halnya dengan agama yang bisa berkembang sesuai dengan aturan zaman seperti agama Islam.
Akhirnya kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa Historical Materialism yang di gagas oleh Marx dan Engels mengandung pengertian bahwa sejarah manusia selama ini merupakan suatu pertentangan kelas dari sejak manusia ada di muka bumi dengan alasan sederhana yaitu suatu faktor kebutuhan, secara luasnya juga mencakup faktor produksi, ekonomi dan agama.
Dengan adanya faktor produksi dan ekonomi, manusia saling bertentangan untuk memperjuangkan haknya masing-masing. Tetapi kalau kita lihat dari perspektif keagamaan, pertentangan antar kelas tidak lebih dari suatu perebutan pengaruh kekuasaan dan dogma. Bagi siapa yang merupakan pemuka agama, pendeta, rahib, atau kyai punya kuasa untuk mendogmakan agama ke masyarakat dan siapa yang menjadi bagian dari jama’ah, rakyat atau proletariat akhirnya menjadi budak dogma yang dihakimi agama sehingga para proletariat tersebut menjadi orang-orang yang taat pada orang-orang suci tersebut (para pemuka agama), bukan pada sistem keagamaannya yang bahkan sebenarnya telah mengatur adanya sejarah pertentangan kelas tersebut.

Sejarah menurut Marx adalah suatu rangkaian peristiwa yang terjadi akibat dari pertentangan antar kelas sejak manusia ada di bumi disebabkan oleh faktor materi. Beberapa teori di atas yang saya kemukakan juga merupakan bagian dari teori filsafat Marx selanjutnya yang bernama Dialectic of Materialism yang merupakan gabungan dari teori Hegel, Marx, dan Engels.
Monday, December 4, 2017 0 comments

Analisa Materialisme Dialektika Dan Historis Versi Tan Malaka


Alan Woods dan Ted Grants, seorang revolusioner yg berasal dari International Marxism Tendency (yg merupakan kelanjutan dari Internationale IV) telah mengarang buku yg menjelaskan bagaimana MDH berlaku dalam alam semesta dan kehidupannya - Reason on Revolt. Kedua orang tersebut telah berhasil merangkum seluruh ilmu pengetahuan dan menganalisanya teori-teori tersebut dengan analisa MDH. Alhasil, banyak kesimpulan-kesimpulan yg briliant yg bisa kita ambil dari buku tersebut, yaitu kebenaran Darwinisme, Dialektika tanpa akhir yg berlaku terhadap alam semesta, Dialektika dalam geologi, dan hancurnya nilai mistisme dalam kehidupan. Tak segan-segan, kedua orang tersebut bahkan menuduh Stephen Hawking sebagai seorang idealis tanggungan. Tetapi sebelum mereka berdua membuat buku tersebut, Tan Malaka pada awal kemerdekaan Indonesia telah membuktikan kebenaran MDH melalui analisanya yg berjudul MADILOG.
MADILOG, banyak orang yg menyatakan bahwa risalah tersebut merupakan pemikiran Tan Malaka yg orisinil. Bahkan, tidak sedikit yg menyatakan bahwa risalah tersebut adalah MDH ala Indonesia atau lebih kejamnya lagi menyebut risalah tersebut sebagai kumpulan pemikiran yg revisionis. Agaknya terlalu berlebihan jika kita menyebut Tan Malaka sebagai seorang revisionis. Pasalnya, Tan Malaka adalah seorang yg amat mengagumi analisa Lenin dan Revolusi Oktober, terlebih lagi, ia amat membenci Stalin namun tidak mau disebut Trotskyis. Alhasil, ia dibenci partai komunis serta blok imperialis.
Thursday, February 5, 2015 0 comments

[Review] Resensi The Nut Jobs

Movie Rilis                 : 17 Januari 2014
Rilis di Indonesia      : Februari 2014
Genre                          : Animation 3D Family Comedy
Writer                         : Lorne Cameron, Peter Lepeniotis
Director                      : Peter Lepeniotis
Production                 : Open Road Films
Cast                             : Katherine Heigl, Will Arnett, Brendan Fraser, Stephen Lang, Jeff      
   Dunham, Sarah Gadon.


Review:
            “Jika kau seekor hewan, hidup itu tidak seimbang. Setiap hari pergi mencari makanan untuk tetap hidup. Hidup itu hanya untuk mencuri agar tetap bisa bertahan.”
Surly adalah seorang tupai yang paling banyak dibenci oleh hewan-hewan lain di taman kota Oakton karena tingkah lakunya. Awalnya dia hanya dibenci kemudian berubah menjadi lebih parah ketika semua hewan di taman kota dibawah kepemimpinan Raccoon susah payah mengumpulkan makanan untuk persedian musim dingin dan Surly beserta Buddy seekor tikus teman baiknya hanya mengumpulkan makanan untuk diri mereka sendiri. Tidak hanya itu saja, akibat ulah dari Surly pun cadangan makanan yang telah dikumpulkan didalam pohon Oak terbakar habis tanpa tersisa. Akibat dari ulahnya kini dia pun diusir dari taman kota dan harus bertahan hidup di kota.
Saturday, November 1, 2014 1 comments

[Preview Film] TimeLine 2014 film Thailand

Judul                : Timeline
Info                 : http://www.imdb.com/title/tt3222720/
Release Date   : 13 Februari 2014 (Thailand)
Genre              : Romance
Stars                :  Jarinporn Joonkiat, Jirayu Tangsrisuk, Piyathida Woramusik (Full Cast)
Rating IMDB  : 7.6 

Malam minggu yang kelabu untuk dilalui oleh para jomblo, upss. Malam minggu ini jadwal untuk menonton film terbaru, film yang katanya bikin nangiis trus galau maksimal. film ini berjudul “Timeline”, dilihat dari judulnya sih kalian pasti bakal mikir film ini tentang time line yang ada di facebook. Hmmm nggak salah sih memang judul film ini berkaitan dengan time line facebook pemeran utamanya. Tapi jangan menilai sebuah film dari judulnya broo, kalo habis lihat film nya pasti galau maksimal trus nagih nonton lagi. Hehhehheh Oke langsung saja yaa Putra ceritain gimana cerita film timeline.
Film ini dimulai dari cerita tentang sepasang kekasih muda yang baru saja menikah yang cewek namanya Mat(kepanjangan dari maMAT, hehehheh) yang cowok suaminya Mat(ya iya lah, hehhehehe Putra nggak tahu namanya soalnya nggak dikasih tau namanya), sepasang kekasih yang bahagia nan romantic. Lalu, si cowok bilang bahwa umurnya nggak lama lagi untuk menemani si Mat menjalani kehidupan. Setelah itu si mat ngilang(nggak diceritaiin bahwa si cowok meninggal atau ilang diculik alien, entahlah).

Lalu diceritaiin Mat punya anak yang namanya Tan. Saat tan sudah lulus sma, si mat pengen anaknya si tan kuliah ngambil jurusan pertanian, tapi si tan sudah mendaftarkan dirinya di jurusan jurnalistik tanpa sepengetahuan ibunya, lalu ada adegan si mat ngambek nggak bicara sana anaknya selama 100 tahun (lebay parah, pdhl film nya aja Cuma 2 jam). Lalu si mat mengijinkan anaknya untuk sekolah di jurusan jurnalistik yang ada dikota Bangkok, saat si tan meninggalkan ibunya sendirian untuk kuliah ke Bangkok, disini adeganya sangat haru banget(siap-siap tisu banyak).
 
;