Monday, April 29, 2013 0 comments

Sebuah cahaya dalam pintu



Aku punya cerita,
Idenya saat tengah malam datang.
Aku berada disebuah taman...disana
banyak orang yang berkumpul entah kenapa...?
Wajah mereka pada tertunduk lesu, tanpa kata,
tanpa suara yang terdengar, hanya hening...
Sunday, April 28, 2013 0 comments

Rembulan dalam Cappuccino

Seminggu setelah perceraiannya, perempuan itu memasuki sebuah kafe, dan memesan Rembulan dalam Cappuccino. Ia datang bersama senja, dan ia harus menunggu malam tiba untuk mendapatkan pesanannya.

Cappuccino¹ dalam lautan berwarna coklat, datang langsung dari tercemplung cangkir, tenggelam sebentar, tapi lantas pingpong-tapi bukan bola pingpong, ini rembulan. Semua orang berada dalam kafe diam-diam melangkah keluar, menengok ke langit, ingin membuktikan dengan mata kepala sendiri bahwa terapung-apung cangkir perempuan sebenarnya, seperti telah pelajari semenjak di sekolah dasar, yakni yang tiada pernah mereka saksikan sisi gelapnya, dan rembulan itu memang sudah tidak ada.
Wednesday, April 24, 2013 0 comments

Setyawati



Setyawati adalah nama ibuku. Dia wanita tercantik yang pernah kukenal dan walaupun aku banyak mengenal wanita yang menawan, tapi hanya dia yang lulus ujian sebagai perempuan walaupun dengan pengujian yang paling kritis sekalipun.
Hal pertama yang kuingat dari diri Ibu adalah kalau malam dia suka memakai gaun sutra berwarna putih. Aku pernah menanyakan kenapa dia suka memakainya dan kata Ibu itu agar aku lebih mudah menemukannya di dalam kegelapan. Kalau siang, warna gaunnya lebih beraneka ragam, tapi biasanya bermotif bunga. Di dekatnya selalu tercium wangi melati, kadang memang sedikit tercampur bau kue atau masakan di dapur, tapi wangi melatinya masih tercium.
Saturday, April 20, 2013 0 comments

Hari Baik



Pendeta itu ringkih dan renta, jalannya perlahan, terbungkuk-bungkuk, kadang beberapa langkah ia berhenti mengatur napas, mempererat genggaman tongkatnya agar tumpuan lebih kuat, sebelum tubuh sanggup berayun lagi ke depan. Sekujur kulitnya keriput, tapi matanya bercahaya, wajahnya berwibawa. Jika ia datang di tempat upacara dan orang tergopoh-gopoh memapahnya, ia selalu menolak dengan menggerak- gerakkan kepala sembari tersenyum. Orang-orang pun berhenti terpaku mencakupkan kedua tangan di depan dada, kadang ada yang bersimpuh mencium lututnya, menyerahkan hormat dengan takjub. Pendeta kemudian mengusap-usap kepala orang itu, begitu sejuk menyiram ubun-ubun.
Saat ini pendeta akan merestui sepasang pengantin. Seperti biasa ia akan melantunkan mantra- mantra, dengan api, dupa, tirta. Tangannya yang kurus akan menggoyang-goyang genta, memberkati sepasang anak manusia agar hidup bahagia, segera beranak pinak, dilimpahi rezeki, dijauhkan dari cekcok dan malapetaka. Dengan sisa- sisa tenaga renta, ia menaiki tangga menuju pamiosan, bangunan bambu dengan balai- balai setinggi hampir dua meter, dibangun khusus bagi pendeta yang siap memuja. Beberapa orang dari keluarga pengantin wanita cemas menyaksikan pendeta itu tertatih-tatih mendaki tangga.
Wednesday, April 17, 2013 0 comments

UN Merubah Kepribadian Dan Kebiasaan Seseorang



Wah ini kenapa diSosial Network anak sma kita pada galau ya…??? Dan ternyata desas-desusnya lagi pada UN. Hahahhah :D (rasain lo pada kakakak). Setiap phase kehidupan pasti ada proses dimana kita akan berada pada puncak sesuatu, berada pada phase dimana kalian harus diuji apa yang telah kalian dapat pada masa belajar diSMA, jadi UN ini adalah puncak dari masa SMA (kalo pada lulus, heheh semoga yang baca post putra ini diberi kelulusan yang memuaskan amin). Jadi keinget setahun yang lalu saat melaksanakan UN, (nostalgia deh jadinya…).
Tuesday, April 9, 2013 0 comments

Rumah yang Dikuburkan

Kalau pada suatu hari ia jumpai ayahnya sudah dalam keadaan gantung diri, maka ia akan langsung bersyukur. Kalau pada suatu hari ia pergoki ibunya sedang bermesraan dengan entah siapa di gudang belakang rumah, tentu ia juga akan bersyukur. Sudah sewajarnya jika ayahnya harus mengambil keputusan gantung diri. Rasanya, hanya jalan itulah yang paling memungkinkan, mengingat istrinya sendiri semakin nekat mengumbar keinginan. Dulu, ia sempat menduga, kejadian di gudang belakang rumah tak akan terulang, dan sebagai laki-laki, ayahnya akan dengan mudah melupakan. Rupa-rupanya kejadian di gudang belakang rumah itu terus terulang, bahkan seperti meminta dengan sengaja bahwa ayahnya bisa melihat dengan mata kepala sendiri.
Bagaimana, ayah?” ia pernah bertanya.
Saturday, April 6, 2013 0 comments

Ini Futsal Apa Tinju…?


Malam ini hujan turun lagi, seperti malam-malam yang lalu, membosankan, hanya terkapar didalam kamar sendirian setelah teman sekamar pulang kampong, tidak deras, hanya gerimis itu pun jarang-jarang. Duduk dikamar, internetan dan sesekali membuka facebook yang hanya gitu-gitu saja.

[berdiri : putra, idam, wong jowo, Adi gondrong, riza]
[jongkok : Rossid, yusuf, Hadi, Rafif, Yoku]
Sesekali memegangi kepala yang tarasa nyut-nyutan hasil dari pertandingan futsal kemaren, hahaha setelah seminggu menjalani UTS yang melelahkan cukup untuk menguras mental dan ketahanan fisik. Jumat malam putra dan temen-temen yang terpilih menjadi tim 1 dari hasil musyawarah sebelumnya, tim yang dibuat untuk menghadapi turnamen futsal liga daerah bandung selatan.
Wednesday, April 3, 2013 0 comments

Pikiran Itu Seperti Air Sabun.



Pikiran yang digunakan itu bagaikan air sabun yang diaduk dalam sebuah gelas kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh air. Semakin cepat anda mengaduk semakin kencang pusaran.
Merenung adalah menghentikan adukan. Dan membiarkan air berputar perlahan. Perhatikan partikel sabun turun satu persatu, menyentuh dasar gelas. Benar-benar perlahan. Tanpa suara. 
Tuesday, April 2, 2013 0 comments

Tiga...Nol...Tiga...Tiga...



Kata-kata tak berdaya untuk melukiskan betapa buruknya nasib penjudi togel yang satu ini. Dan siapakah yang bisa menuturkan dengan saksama perasaan petaruh yang selalu menelengkan kupiahnya ini, yang selama lebih empat puluh tahun terus-menerus menggantungkan sebagian dari nasibnya pada keberuntungan yang dijanjikan oleh angka-angka liar. Dan siapa yang bisa bertahan terhadap kekecewaan seteguh Huripto, yang selama hidupnya mengotak-atik angka, tapi tak sekali pun tebakannya yang mengena.
Dia mulai berangan- angan jadi kaya dengan menebak toto sepak bola awal 1960-an. Ketika padang rumput di bagian barat Stasiun Gambir masih jadi lapangan sepak bola, karena imajinasi yang melambung belum menggoda Presiden Soekarno untuk membangun monumen di situ. Sehingga hampir saban hari di lapangan itu ada pertandingan bola, yang dijadikan penduduk kota sebagai ajang mengadu nasib di meja toto. Sejak zaman itu judi benar-benar menggoda hidup Huripto.
 
;